September 24, 2022

Eksistensi Industri Hulu Migas Efektif untuk Keberlanjutan UMKM serta Pendidikan

BALIKPAPAN, KABARKALTIM.CO.ID - Pandemi Covid-19 yang terus berlanjut hingga dua setengah tahun terakhir. Krisis ekonomi dunia masih mendampingi sebagai bom waktu. Selain dampak pandemi yang berpengaruh terhadap perekonomian negara, juga berkecamuknya perang Rusia dan Ukraina berakibat krisis energi melanda Indonesia. Mau tidak mau acuan harga minyak mentah dunia berubah drastis melonjak naik. 

Contoh minyak mentah jenis Brent yang tembus di level US$100 per barel di posisi tertinggi sejak 8 tahun lalu (2014), kedua minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) yang akan menyusul menyentuh angka US$ 100 per barel. 

Dan dampak yang terasa hingga saat ini, pihak pemerintah berupaya untuk membatasi subsidi BBM jenis Pertalite yang dikonsumsi kalangan atas. Sehingga secara terpaksa pil pahit ditelan masyarakat kelas menengah bawah dengan naiknya BBM jenis Pertalite di kisaran Rp 10 ribu per liter. 

Dari berbagai dampak yang terjadi, baik akibat perang maupun pandemi Covid-19, pemerintah di sektor energi terus berupaya dengan mengeluarkan kebijakan yang sangat berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat Indonesia. Di antaranya membuat perusahaan minyak lebih aktif dan bergairah untuk berinvestasi, walaupun secara perlahan dampaknya terasa bagi kegiatan produksi minyak dan gas. 

Dan upaya ini diharapkan berpotensi untuk mendorong pendapatan negara dari hasil penjualan minyak dan gas (migas). Pada 2020, Kontribusi hulu migas pada penerimaan Negara mencapai 122 triliun rupiah atau 144 % dari target APBN-P (Anggaran Pendapatan Belanja Negara-Perubahan) 2020. SKK Migas terus berupaya meningkatkan kontribusi penerimaan Negara. SKK Migas memperkirakan angka investasi yang digelontorkan KKKS terkait dengan target produksi nasional sebesar 1 juta barel per hari minyak dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) gas pada 2030 secara total akan mencapai US$ 187 miliar. 

Di sisi lain salah satu upaya pemerintah guna mengembangkan industri hulu mgas dapat berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat saat krisis berlangsung. Adalah program pengembangan masyarakat (PPM) yang masuk dalam manajemen Satuan Kerja Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Dengan merangkul perusahaan lain tergabung dalam Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), SKK Migas terus mendorong peningkatan peran industri penunjang jasa dan barang dalam negeri pada seluruh pelaksanaan industri hulu migas guna terciptanya efek berganda bagi perekonomian nasional dan daerah. 

Eksistensi industri hulu migas bagi daerah, termasuk Kalimantan dan Sulawesi, tidak hanya berdampak positif pada pendapatan pemerintah daerah melalui dana bagi hasil (DBH) migas dan participating interest (PI), tetapi juga berdampak tidak langsung pada masyarakat dengan beroperasinya suatu wilayah kerja migas. Yang paling tepat sasaran adalah adanya program pengembangan masyarakat (PPM), dengan menggelontorkan bantuan peduli lingkungan, pendidikan dan pembinaan pertanian, terutama untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). 

Kontribusi hulu migas inilah yang sangat diharapkan para pelaku UMKM dan pendidikan di daerah seperti Samboja Kutai Kartanegara Kalimantan Timur, di antaranya UMKM Joglo Tani Kolong Langit, Kelompok Tani Terpadu Berkat Al Arsyadi dan Sekolah Dasar Negeri 020 Samboja. 

Melalui PT Eni Muara Bakau dalam manajemen SKK Migas Perwakilan Kalimantan Sulawesi, mereka mendapat program pengembangan dan bantuan peduli lingkungan serta pelatihan pendidikan dan rehabilitasi bangunan sekolah. 

Menurut Ketua Kelompok Tani Terpadu Berkat Al Arsyadi, H Ilmi, sebelum mendapat support PT Eni Muara Bakau, hasil panen ikan sangat minim. “Tapi saat ini alhamdulillah hasilnya melimpah. Mampu panen ikan di selokan sekira 500 kilogram setiap empat bulan sekali,” Ucap H Ilmi. 

H Ilmi mengaku keberadaan PT Eni Muara Bakau memberikan dukungan penuh sekaligus pembinaan terhadap kelompok taninya dalam pembudidayaan ikan di selokan. 

“Kami ucapkan terima kasih kepada PT Eni Muara Bakau,” pungkasnya. 

Sementara itu, Muhtadin, Ketua Kelompok Joglo Tani Kolong Langit, menjelaskan keberadaan industri hulu migas dengan hadirnya PT Eni Muara Bakau dalam manajemen SKK Migas sangat dirasakan dalam pengembangan usaha taninya. 

“Awal mula kami bertani per komoditas saja, lalu paradigma itu kami rubah menjadi petani yang berkesinambungan, kemudian bergeser lagi menjadi petani hulu ke hilir,” ungkap Muhtadin penuh semangat. 

Lanjut Muhtadin, inisiatif dibentuknya Joglo Tani dipicu oleh tingginya harapan masyarakat lokal untuk bekerja di perusahaan yang membutuhkan kompetensi karena biaya, resiko dan teknologi tinggi. 

“Karena kami belajar, banyak petani yang macet di tengah jalan atau anak muda yang tidak mau jadi petani. Sedangkan petani tidak akan maju kalau hanya menjadi petani itu saja,” terangnya.(*/yun)

Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Follow Kami

NEWS UPDATE

POPULER

INFO LOWONGAN KERJA

JADWAL PENERBANGAN BANDARA SAMS SEPINGGAN BALIKPAPAN

INFO CUACA KALTIM