DI antara 192 negara di seluruh dunia, Indonesia menduduki posisi nomor 2 terbesar sebagai penyumbang sampah plastik di lautan. Ini adalah hasil penelitian Dr. Jenna Jambeck, seorang peneliti manajemen sampah dari Universitas Georgia, Amerika Serikat, yang diakui secara global dan menjadi bahan diskusi berbagai organisasi tingkat tinggi, seperti U.S. Congress, G7, G20 dan United Nation Environment Program (UNEP).
Adapun
menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikeluarkan Juni 2021
lalu, jumlah sampah plastik di negeri kita mencapai 64 juta ton per
tahun. Dari jumlah ini hanya sebagian kecil saja yang bisa diolah.
Sementara menurut hasil penelitian LIPI, selama masa pandemi Covid-19
sampah plastik rumah tangga juga mengalami pelonjakan sampai 5 kali
lipat dibandingkan masa sebelum pandemi, sebagai akibat dari peningkatan
belanja online oleh masyarakat yang kemasannya menggunakan plastik.
“Dampak
sampah plastik tidak bisa dianggap sepele. Karena membahayakan
keberlangsungan rantai makanan, mencemari air dan tanah, polusi udara,
hingga pemanasan global yang sangat besar dampaknya bagi kelangsungan
hidup umat manusia,” kata Dekan Fakultas Kedokteran Unair Prof. Dr. dr.
Budi Santoso, SpOG (K).
Dengan
data riset sampah seperti di atas, lanjut Prof.Budi Santoso, Alumni
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Angkatan 1997 merasa
terpanggil untuk turut ambil bagian dengan mengadakan kegiatan
pengabdian masyarakat (Pengmas) bertajuk “Gerakan Sedekah Sampah Plastik
FK-Unair” untuk memperingati Dies Natalis Universitas Airlangga
ke-108.
Sementara Wakil
Dekan II Fakultas Kedokteran Unair, Dr. dr. Hanik Badriyah Hidayati, SpS
(K), menjelaskan Dies Natalis kali ini mengusung tiga tajuk besar
yakni: Peduli difabel, kegiatan ilmiah serta reuni bersama.
Untuk
bantuan kepada para difabel bukan hanya dilakukan oleh angkatan 1997
saja, tetapi secara serentak dilakukan mulai angkatan 1963 sampai
angkatan 2015 yang tesebar di seluruh Indonesia, mulai dari paling barat
di Pematang Siantar (Sumut) sampai paling timur di Jayapura. “Khusus
untuk angkatan 1997 penyaluran bantuan diberikan kepada Yayasan Peduli
Kasih ABK yang dikelola oleh dr. Sawitri. Semoga apa yang kami lakukan
menginspirasi banyak orang atau lembaga untuk lebih peduli pada para
difabel,” jelas dr. Hanik, dalam sambutannya.
SAMPAH TUKAR SEMBAKO
Harapan
lebih lanjut dari kegiatan ini, menurut Panitia Pengmas Dr. dr. Anna
Surgean Veterini, SpAn., KIC., adalah berbagai lapisan masyarakat akan
terdorong untuk menginisiasi gerakan yang sama, dengan turut aktif
memanfaatkan plastik dengan bijak. Kaum akademisi juga diharapkan bisa
melakukan inovasi pengolahan sampah plastik, dan pemerintah juga akan
mendukung perusahaan-perusahaan pengolah limbah plastik.
Implementasi
dari kegiatan gerakan sedekah sampah ini adalah acara pengumpulan
sampah yang akan dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 28 Nopember 2021
di dua titik, yaitu di lobby Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
Jl. Dr. Moestopo, pukul 07.00 dan di Yayasan Peduli Kasih di Jl. Manyar
Sabrangan 1A Surabaya. Panitia Pengmas akan menerima sampah plastik dari
masyarakat, termasuk dari Yayasan Peduli Kasih sebuah lembaga sosial
anak-anak difabel yang dikelola oleh Dr. dr. Sawitri Retno, MQHC.
Sebaliknya yang menyetor sampah akan mendapat sembako serta berbagai
bentuk bantuan lain dari panitia.
Kemudian,
sampah plastik yang terkumpul tersebut oleh panitia akan disalurkan ke
pengepul dan dikirim ke perusahaan atau pabrik pengolah limbah plastik.
“Jadi tujuan dari kegiatan sedekah sampah ini ganda. Selain peduli
dengan difabel sekaligus untuk penyelamatan bumi,” tambah ketua Pengmas,
dr. Arief Bachtiar, SpP.
MENYANYI DAN PUISI
Acara
Pengmas itu cukup menarik. Di awal acara dibuka pembacaan puisi yang
dibacakan oleh gadis kecil Nagita Nurul Umayah (13). Bagi, siswi kelas
satu SMP ini ketebatasan fisik tak menjadi penghalang untuk tetap
berkreativitas. Nagita yang belum lama ini mememangi lomba membaca puisi
dengan penuh ekspresi membaca puisi berjudul “Jayalah Pramuka
Indonesia.”
Demikian
pula di ujung acara, bebarapa dam dan remaja difabel bersama-sama
menyanyikan lagu “Harta Berharga.” Meski dengan penuh keterbatasan,
tetapi anak-anak yang sebagian diantaranya adalah penderita celebral
palsy tersebut tetap menunjukkan wajah ceria.
Dokter
Sawitri, mantan dosen fakultas kedokteran yang saat ini konsen di
bidang kemanusiaan, dengan wajah berbinar mengucapkan terimakasih kepada
panitia yang tak lain adik-adik almamaternya. “Saya berbahagia sekali
karena almamater saya, adik-adik saya, bahkan mungkin ada sebagian yang
anak-anak mantan mahasiswa saya yang perhatian kepada saya,” kata Dr.
dr. Sawitri Retno, yang secara simbolis menyerahkan kantung plastik
berisi aneka jenis sampah plastik kepada dr. Anna.(arso)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar