Prof Aman B Pulungan |
Hasil penelitian IDAI tersebut dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Frontiers in pediatrics yang terbit 23 September 2021 lalu. Dikatakan oleh Prof. DR. Dr. Aman B. Pulungan, Sp.A(K), FAAP, FRCPI(Hon) selaku Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI.
“Penelitian ini adalah gambaran data terbesar pertama kasus Covid anak di Indonesia pada gelombang pertama Covid. Angka kematian yang cukup tinggi adalah hal yang harus dicegah dengan deteksi dini dan tatalaksana yang cepat dan tepat,” kata dia.
Dikatakan oleh Dr. Hikari Ambara Sjakti, Sp.A(K) - Sekretaris Umum Pengurus Pusat IDAI, berdasarkan laporan tersebut, diperoleh Case Fatality Rate (CFR) Covid pada anak di Indonesia: 522 kematian dari 35.506 kasus Suspek (CFR 1.4 persen), dan 177 kematian dari 37.706 kasus Terkonfirmasi (CFR 0.46 persen). Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa penyebab kematian anak akibat Covid terbanyak dikarenakan faktor Gagal Napas, Sepsis / Syok Sepsis, serta penyakit bawaan (komorbid).
Sementara komorbid terbanyak pada anak Covid yang meninggal adalah Malnutrisi dan Keganasan, disusul penyakit jantung bawaan, kelainan genetik, Tuberkulosis (TBC), penyakit ginjal kronik, celebral palsy, dan autoimun. Sementara 62 anak meninggal tanpa komorbid. Dikatakan oleh Dr. Yogi Prawira, Sp.A(K) - Ketua Satuan Tugas COVID-19 IDAI, factor penyebab Gagal Napas dan Sepsis / Syok Sepsis terjadi pada kondisi Covid yang berat sehingga pemantauan kondisi, serta tatalaksana secara dini dan tepat sangat penting untuk mencegah terjadinya dua kondisi tersebut.
Lebih lanjut, laporan riset IDAI tersebut juga menjabarkan distribusi regional kasus Covid pada anak, dimana terdapat 10 (sepuluh) daerah di Indonesia dengan kasus anak terkonfirmasi Covid terbanyak yakni: Jawa Barat, Riau, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Kalimantan Timur, Jawa Timur, Bali, Sumatera Utara, DIY dan Papua.
Juga
ada 7 (tujuh) daerah dengan
kasus kematian anak terkonfirmasi Covid terbanyak, yaitu : Jawa Tengah,
DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Sumatera Utara
dan Sulawesi Selatan. DisebutKAN DR Dr Antonius H Pudjiadi SpA(K) -
Ketua Bidang Ilmiah Pengurus Pusat IDAI, tidak meratanya
deteksi kasus ini terjadi karena fasilitas tes PCR dan fasilitas
kesehatan yang berbeda, kapasitas testing PCR saat itu di Indonesia
masih rendah dan anak bukan populasi prioritas untuk tes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar