Pzbrik singkong di Rantau Pulung. (baharsikki/kk) |
KUTIM,
KABARKALTIM. CO.ID- Dalam kegiatan usaha tak selalu ada
rintangan. Seperti pembangunan pabrik singkong gajah di SP-7 Desa
Kebon Agung, Kecamatan Rantau Pulung (Ranpul) bantuan PT Kaltim Prima
Coal (KPC). Sudah tahunan jadi, dan gonta-ganti manejemen, tapi
keberadaan pabrik singkong tersebut belum banyak memberi manfaat
peningkatan pendapatan warga setempat..
Ketika
Rabu (16/1/2019) rombongan Persatuan Wartawan Indonesia Kutai Timur
(PWI Kutim) mendatangi lokasi pabrik yang dibanggakan Pemkab.
Ternyata, pabrik itu tak bisa bunyi. Berulang-ulang operator memutar
kunci kontak berusaha menjalankan mesin itu tapi tetap saja tak mau
berputar. Mesinnya rusak-rusak.
“Mesinnya
susah bunyi. Ada kerusakan sedikit,” kata Yoyok selaku tim teknis
pabrik singkong.
Pabrik
singkong Ranpul berkapasitas 4 ton ber jam, atau 10 ton per hari beropersi terseok- seok
. Pasalnya, produksi singkong dari petani
terbilang sedikit dengan mutu rendah. Singkong yang diolah umur ada
yang lebih 2 tahun. Padahal umur singkong yang kualitas bagus
dipanen kisaran setahun.
Gaplek mutu rendah. (baharsikki/kk) |
“Bahan
baku singkong diambil dari warga di 9 desa se- Kecamatan Ranpul,
bahkan ada di angkut dari batu Ampar. Di kisaran lokasi pabrik
singkong ada kebun sawit sudah produksi (berbuah).
“Pabrik
singkong ini kerja sama dengan BUMDes. BUMDes ini milik masyarakat .
Hanya saja stok singkong sedikit,” jelas Yoyo ketika ditemui di
areal pabrik.
Harga
singkong per kilogram dihargai Rp 600,- Dengan harga jual di Jawa
hasil olahan berupa tapioka dan gaplek Rp 2.500,- per Kilogram. Biaya
kupas manual 25 tenaga manusia dengan gaji Rp 120.000,- per ton.
Rencana akhir Januari 2019, ada aksi pengangutan perdana 2 truk
tapoika sama gaplek ke Jawa Tengah. “Nanti hadir Bupati Kutim di
Ranpul dalam pengangkutan perdana hasil olahan singkong gajah,”
kata Camat Ranpul Mulyono.
Di
lokasi pabrik, drainase limbah belum bagus. Sisa kulit, dan air bekas
sucian singkong saluran belum memadai. Apalagi air keruh yang
digunakan untuk proses pemarukan singkong disedot langsung dari
sungai. “Kualitas air yang digunakan untuk proses penggilingan
kurang bagus. Sehingga, tapioka yang di angkut ke Jawa dalam kondisi
basah. Karena setimba di sana (Jateng) di bersihkan ulang. Begitu
pula gaplek akan di olah kembali setelah tiba di Jateng untuk bahan
pakan ternak. (baharsikki)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar