Masriah membatik. (baharsikki/kk) |
KUTIM,
KABARKALTIM. CO.ID- Batik khas Kutai Timur (Kutim) wakaroros
sudah dipatenkan. Peminatnya terus bertambah. Produksi batik
wakaroros dalam skala industri rumah tangga (home industry) di SP-5
Desa Manunggal Jaya, Kecamatan Rantau Pulung.
Pembatik
Masriah mengaku, hasil kerajinan kain batik yang di cap maupun di
tulis canting di kediamanya dijual dengan harga Rp 250.000,- ukuran
kain panjang 2 meter. Kalau di luar (tempat lain) harganya harga
batik wakaroros lebih mahal.
“Dalam
sebulan bisa jadi batik 20 lembar. Penghasilan kisaran lima jutaan
rupiah. Pesanan ada-ada saja. Batik wakaroros cocok untuk busana pria
maupun perempuan. Motoifnya unik dan menarik,” beber Masriah.
Bilas kain batik gunakan air panas. (baharsikki/kk) |
Ibu
rumah tangga berusia 39 tahun ini menekuni kerajinan batik merupakan
warisan orangtuanya. Ibu Masriah memang ketika ikut program
transmigrasi puluhan tahun silang dari Jawa ke Ranpul, Kutim, ibunya
memang sudah pintar membatik seewaktu orangtua Masriah di Jawa, sudah
membatik.
Sampai
di Ranpul keterempilan yang membutuhkan ketelitian, keuletan dan
kesabaran itu masih terus digeluti untuk dikembangkan sambil bercocok
tanam. “Pewarna kain batik wakaroros menggunakan pewarna alami.
Bisa dari serbuk kayu ulin. Kalau dari kayu ulin warna kainnya hitam
kecoklatan,” jelasnya.
Ketika
Rabu siang (16/1/2019) awak media Persatuan Wartawan Indonesia Kutim
Timur (PWI Kutim) menjambangi kediaman Masriah guna melihat dari
dekat prosesi pembuatan batik wakaroros. Masriah senang. Apalagi
Bupati Ismunandar mengharuskan pegawai Pemkab Kutim menggunakan batik
lokal wakaroros pada hari tertentu jam kerja kantor.
Di
rumah Masriah nampak bahan-bahan membatik di sana. Ada kain sudah
digambar untuk dicanting. Ada alat cap, ada wadah memberi warga
sesuai selera, dan ada dapur masak kain. Serta ada kain batik yang
sudah jadi dipajang di sana.
Proses
pembuatan batik, kain digambar, lalu ditulis menggunakan canting
lilit panas rebus. Setelah itu, kain yang sudah dibatik diberi
pewarna. Selanjutnya kain dicelupkan pada air mendidik guna
merontokan lilitnya. Usai itu kain dibilas, lalu dijemur.
(baharsikki)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar