oleh : Andi Ar Evrai (jurnalis kabarkaltim.co.id)
Suasana pagi di Selat Gilimanuk |
Tepat sekira pukul 23.00 WIB pesawat
pun mendarat di bandara Djuanda Surabaya. Karena sejak awal saya sudah
merencanakan perjalanan dari Surabaya ke Bali melalui darat, dari bandara
Djuanda saya menggunakan bus Damri ke terminal Bungurasih.
Perjalanan kali ini memang cukup
repot karena selain membawa ransel saya pun juga harus menggandeng anak
perempuan saya paling kecil karena dia ngotot untuk tetap
ikut ke Bali. Maka dalam kondisi
terkantuk-kantuk dia pun saya tuntun ke bus Damri. Begitu sampai di terminal
Bungurasih, saya pun dengan segera menuju ke terminal bus luar kota.
Beruntunglah saya masih mendapatkan
bus terakhir yang menuju ke Denpasar sebab pada 24.00 WIB bus yang menuju ke
Denpasar sudah tidak ada. Setelah berada di atas bus, saya pun menyelesaikan
pembayaran ongkos untuk berdua. Karena sudah tengah malam, saat bus mulai
jalan, saya pun terlelap dalam tidur. Saat sedang lelap, tiba-tiba kernet
membangunkan saya dan memberitahukan untuk turun makan di sebuah rumah makan di
kawasan Situbondo.
Setelah istirahat selama 30 menit
perjalanan pun dilanjutkan, saya pun tidak bisa melanjutkan tidur karena
matahari sudah terbit. Rasanya sangat sayang melewatkan pemandangan yang begitu
indah di Situbondo ini, hamparan sawah yang menghijau, perbukitan yang
menjulang, pantai yang berombak belum lagi perkampungan penduduk yang tertata,
membuat mata tidak bisa dipejamkan karena pemandangan seperti ini jarang ada di
Kota Balikpapan.
Setelah beberapa saat bus pun
merapat di pelabuhan Ketapang. Saya kagum dengan kondisi pelabuhan Ketapang
yang kini sudah bersih dan tertata rapi, sangat cocok menjadi pelabuhan wisata.
Selat Gilimanuk pagi itu sangat cerah dan cukup banyak penumpang kapal yang
pagi itu bertolak ke Bali.
"Mau dipijat Pak?," tanya
seorang bapak usia lanjut saat saya sedang menikmati pemandangan selat
Gilimanuk. "Berapa bayarannya?," tanya saya. " lima puluh ribu
saja Pak,". "Kemahalan Pak," jawab saya. "Baik pak untuk
penglaris pagi cukup 30 ribu saja," jawab si bapak. Saya pun menerima
tawaran untuk dipijat. Sungguh nikmat rasanya berada di atas kapal sambil
menikmati pemandangan laut menyeruput segelas kopi panas dan dipijat pula,.amboi
asyiiknya.
Hampir sejam di atas kapal, lalu
merapat di pelabuhan Gilimanuk. Ternyata pihak pemerintah daerah Bali cukup
ketat mengawasi pendatang sebab sebelum melanjutkan perjalanan para penumpang
diperiksa dulu KTP-nya oleh petugas pemerintahan. Bagi yang kedapatan tidak
memiliki KTP maka siap-siap saja mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Setelah
diperiksa KTP maka perjalanan di Bali baru dimulai. Welcome to Bali. (*)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar