SANGATTA,KABARKALTIM.CO.ID-
Peternak sapi
perah harus memiliki rasa tega bila
hendak menghasilkan susu lebih banyak.
Anak sapi perah hanya berhak meminum susu induknya 10 persen dari seluruh
produksi per ekor pada periode tertentu. Ini disampaikan Supt. Devalopment
Community Departement PT Kaltim Prima Coal (KPC) Sugeng Wiyatno dalam rangkaian
kegiatan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang diselenggarakan Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI) Kaltim di Sangatta, Kutim, 22-23 November 2017.
Sapi perah. (baharsikki/kk) |
“Begitu anak sapi lahir. Langsung dipisah dengan
induknya. Anak sapi perah tidak boleh
langsung menyusui induknya. Induknya pun tidak boleh mencium langsung
saat anaknya baru keluar dari rahim,” jelasnya.
Kalau induk sapi perah misalnya, sempat menjilat-jilat
anaknya atau merasakan bau anaknya, lalu kemudian dipisah, induk sapi perah
kadang berontak-berontak mencari anaknya itu. Juga bila anak sapi perah sempat
menyusui langsung induknya, maka anak sapi perah itu kadang malas mimum susu
induknya melalui bantuan peternak menggunakan dot ala bayi baru lahir.
Jadi kalau misalnya, per hari satu ekor menghasilkan susu
sepuluh liter, maka hanya satu liter diberikan ke anaknya. Jadi untuk
menumbuhkan anak sapi perah tidak semata-mata mengandalkan susu induknya. Tapi
ada tambahan vitamin atau nutrisi khusus untuk dikonsumsi anak sapi perah agar
setelah besar bisa menghasilkan susu lebih banyak lagi.
Untuk ternak sapi perah yang dikembangkan PT KPC lanjut
Sugeng, sudah ada 41 ekor. Sapi perah dipelihara di Peternakan Sapi Terpadu
(Pesat) wilayah Desa Swarga Bara, Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai
Timur (Kutim), Provinsi Kalimantan Timur. Susu hasil sapi perah di Pesat sudah
pernah di jual ke Balikpapan, Samarinda dan kota Sangatta.
Ketika rombongan PWI tur melihat kegiatan KPC. Di antaranya, melihat dari dekat kondisi sapi
perah yang dikandangkan menggunakan pendingin kipas angin. Sapi perah ada yang
tampak agak kurus terbaring, dan apa pula yang tampak gemuk. Bahkan di sana ada
anak sapi perah di lepas bebas karena sudah jinak. Momen itu dimanfaatkan
pengunjung untuk mengabadikan gambar sapi perah dengan menggunakan camera. (baharsikki)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar