Hery Sunaryo |
"Pemerintah Kota
Balikpapan maupun Legislatif
terlihat jelas acuh terhadap program pembangunan pendidikan di Kota
Balikpapan,” ungkap Ketua Forum Masyarakat Transparansi (FORMAT) Balikpapan Hery Sunaryo kepada kabarkaltim.co.id, Selasa
(4/7/17).
"Padahal problemnya
sangat jelas bahwa Balikpapan kekurangan sekolah baru dan atau kekurangan ruang
kelas baru. Tidak terintegrasinya sekolah negeri dan sekolah swasta, adanya
rencana pemerintah kembali menerapkan sekolah berbayar dan diterapkannya sistem zonasi,” ujarnya.
"Tahun kemarin
beberapa masyarakat telah mengingatkan pemerintah kota melalui demontrasi
di depan gedung DPRD Kota Balikpapan. Bahwa proses penerimaan siswa baru jangan
lagi sampai meresahkan masyarakat dengan proses kebijakan yang tidak jelas. Semisal
kebijakan BL yang dibatasi hanya 5 RT dekat sekolah. Ini jelas kebijakan yang
membuat masyarakat resah,”.
Dirinya menyidinri, membangun sekolah
tidak punya kemampuan, tetapi membangun gedung DPRD Balikpapan bisa.
"Ini kan jelas
menunjukkan amburadulnya sistem perencanaan pembangunan di Kota
Balikpapan.Dalam UU Sistem Pembangunan Nasional No 25 /2004, di dalamnya
menjelaskan tentang mekanisme skala prioritas. Nah pertanyaannya, penting mana
bangun gedung DPRD atau membangun sekolah, jelas jawabnya adalah penting membangun sekolah, tetapi DPRD malah mementingkan bangunan gedung DPRD,” tegasnya lagi.
Studi banding
anggota DPRD selama ini lebih
diprioritaskan dari pada membangun ruang kelas baru,padahal hasil studi bandingnya tidak jelas dan hasilnya tidak
pernah terekspos secara kajian akademik. Tidak terintegrasinya sekolah swasta
denga sekolah negeri dikarenakan tidak transparansiya penyalur dan penggunaan dan
BOS yang telah diatur di dalam UUD 1945 dan di dalam UU Sisdiknas sebesar 20 persen
dari total APBN dan APBD sehingga swasta bisa menerapkan sistem pendidikan
berbayar.
"Bisa dibayarkan kalau yang sekolah anak-anak yang orang tuanya
berpenghasilan rendah kemudian sekolah di swasta yang harus berbayar,” tandasnya.
"Jangan sampai ada
anak orang miskin tidak sekolah di
negeri, tetapi anak orang kaya atau anak pejabat bisa masuk sekolah apa saja
bebas yang dia mau yang ada di Kota Balikpapan. Belum lagi bicara tentang
kualitas dan fasilitas sekolah swasta. Jangankan sekolah swasta sekolah negeri
saja masih banyak bermasalah secara kualitas maupun secara fasilitas,” kata Hery.
"Penerimaan siswa
baru dengan pembatasan sistem zonasi online juga menimbulkan keresahan
di masyarakat, padahal jelas jangankan dibatasi lima RT satu zonasi per kecamatan
saja bermasalah. Karena jelas sekolah di Balikpapan baik SD, SLTP ,maupun
SLTA, belum merata. Dengan sistem zonasi model yang tidak jelas pastinya akan
ada sekolah-sekolah yang membludak pendaftarannya dan ada sekolah-sekolah yang
kurang siswanya,” tutup Hery. (beny)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar