Mei 02, 2017

Mimpi Panjang Konsep "Negara Khilafah" Hizbut Tahrir

KABARKALTIM.CO.ID, Balikpapan - Akhir-akhir ini gencar terjadi gelombang protes dan penolakan dari berbagai elemen masyarakat daerah di Indonesia terhadap paham yang getol diperjuangkan oleh Hizbut Tahrir tentang konsep "Negara Khilafah". Apa itu "negara khilafah"? Dari mana asal muasal ataupun cita-cita tentang konsep negara seperti itu? Siapa penggagas awal konsep itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya dan lebih afdol tentunya, kita simak penjelasan melalui tulisan singkat padat, dengan menggunakan bahasa populer, dan berkesan kocak dari Profesor Sumanto Al Qurtuby berikut ini.

Sumanto Al Qurtuby's profile photo, Image may contain: 1 person, smiling, standing and sunglassesOleh: Sumanto Al Qurtuby*

Salah satu pemimpi alias "tukang ngimpi" paling lama di dunia adalah cheerleaders Hizbut Tahrir (HT). Sejak pendirian ormas ini di Yerusalem tahun 1953 hingga sekarang, mereka masih terus bermimpi dan berkhayal ingin mendirikan "Negara Khilafah".

Berbagai konferensi digelar, berbagai seminar diadakan, berbagai demonstrasi dilaksanakan, berbagai kampanye dan propaganda disebarluaskan, tetapi "Negara Khilafah" itu tak kunjung datang. Mimpi tinggal mimpi, entah sampai kapan bisa terwujud.

Konsep "Negara Khilafah" atau juga kadang diembel-embeli "Khilafah Islam" yang digagas oleh HT adalah sebuah "negara super" berbentuk kesatuan (bukan berwujud federalisme) yang diharapkan mampu menyatukan seluruh umat Islam dari Maroko di Afrika Utara dan Arab di Timur Tengah sampai kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara.



Pendiri HT dan penggagas utama "Negara Khilafah" ini bernama Taqiuddin al-Nabhani (1909-1977), bekas hakim di Yerusalem. Dialah arsitek ideologi, platform, konstitusi, dan pernik-pernik lain yang berkaitan dengan ormas HT dan konsep atau desain "Negara Khilafah". Kelak, setelah ia meninggal, gagasan ini diteruskan dan diperdalam oleh penggantinya Abdul Qadim Zallum (1924-2003), juga dari Palestina. Sejak 2003, pemimpin global HT dipegang oleh Ata Abu Rastha, seorang insinyur yang juga kelahiran Palestina, yang ditangkap dan dipenjara beberapa kali oleh otoritas Jordan.

Jadi sebetulnya hanya tipu-tipu saja jika pengasong HT mengatakan konsep "Negara Khilafah" beserta konstitusinya itu berasal dari Tuhan. Taqiyuddin-lah "Tuhannya". Taqiyuddin al-Nabhani dan para "think tanks" HT-lah yang merumuskan segala aturan dan tetek-bengek ormas ini yang kemudian diberi merk "Islam".

Taqiyudin membentuk HT karena kesal dengan sejumlah negara Arab yang gagal mempertahankan Palestina dari aneksasi Israel dalam Perang Arab-Israel 1948. Sejak itu ia menuding negara-negara Arab sekuler sebagai "biang kerok" kekalahan Palestina sehingga perlu diganti dengan "negara Islami" menurut versinya.

Tetapi menariknya, bukannya mendapat sambutan luas, HT malah dilarang di tanah kelahirannya dan berbagai negara Arab (bahkan di berbagai negara mayoritas Islam di Asia Tengah, HT dicap sebagai "ormas teroris"). Pelarangan itu bukan hanya karena ormas ini dianggap menganggu stabilitas politik-ekonomi negara-negara Arab saja tetapi juga lantaran Taqiyuddin al-Nabhani dituding hendak membangkitkan kembali Dinasti Nabhani yang sudah tumbang.

Dinasti Nabhani atau Nabahina (leluhur Taqiyuddin al-Nabhani) pernah berkuasa di Oman dari abad ke-12 sampai abad ke-17. Dinasti Nabhani ini dulu berkuasa setelah berhasil menggulingkan Dinasti Saljuk. Kelak, Dinasti Nabhani dihancurkan oleh Dinasti Yaruba, yang membuat para elitnya kabur di berbagai negara.

Sekali lagi, hanya umat Islam yang lugu-njegu dan "bodo ela-elo" saja yang mau dikadali oleh para makelar dan pengasong HT di Indonesia dan dimana saja. Penyakit (sebagian) umat Islam di Indonesia itu kalau sudah disuguhi dengan hal-hal yang "bermerk" Islam apalagi dibumbuhi dengan ayat dan dalil lainnya, mereka langsung sakkauwww", teler, dan klepek-klepek.

Padahal semua itu, termasuk ide dan konsep Negara Khilafah yang "khilaf" ini, hanyalah bualan dan "jual kecap" belaka. Ibaratnya, para elit HT ini jualan kutang merek "khilafah" tetapi sebetulnya susunya sudah kedaluarsa karena diproduksi sejak 1953! [*\maxor]

Penulis: Sumanto Al Qurtuby* adalah professor, cultural anthropologist, author, columnist, public speaker, researcher, etc. Latar belakang pendidikan: # Senior Scholar at National University of Singapore 
# Cultural Anthropologist at King Fahd University of Petroleum & Minerals 
# Former Research Fellow/Visiting Professor at University of Notre Dame 
# Studied Anthropology at Boston University 
# Studied Conflict and Peace Studies at Eastern Mennonite University 
# Studied Sociology of religion at Satya Wacana 

Tulisan di atas telah diedit seperlunya dari judul asli: "Mimpi Panjang Cheerleader Hizbut Tahrir"

Editor: Max Oroh

Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Follow Kami

NEWS UPDATE

POPULER

INFO LOWONGAN KERJA

JADWAL PENERBANGAN BANDARA SAMS SEPINGGAN BALIKPAPAN

INFO CUACA KALTIM