KABARKALTIM.CO.ID, Balikpapan - Akhir-akhir ini gencar terjadi gelombang protes dan penolakan dari berbagai elemen masyarakat daerah di Indonesia terhadap paham yang getol diperjuangkan oleh Hizbut Tahrir tentang konsep "Negara Khilafah". Apa itu "negara khilafah"? Dari mana asal muasal ataupun cita-cita tentang konsep negara seperti itu? Siapa penggagas awal konsep itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya dan lebih afdol tentunya, kita simak penjelasan melalui tulisan singkat padat, dengan menggunakan bahasa populer, dan berkesan kocak dari Profesor Sumanto Al Qurtuby berikut ini.
Salah satu pemimpi alias "tukang ngimpi" paling lama di dunia adalah
cheerleaders Hizbut Tahrir (HT). Sejak pendirian ormas ini di Yerusalem
tahun 1953 hingga sekarang, mereka masih terus bermimpi dan berkhayal
ingin mendirikan "Negara Khilafah".
Berbagai konferensi digelar,
berbagai seminar diadakan, berbagai demonstrasi dilaksanakan, berbagai
kampanye dan propaganda disebarluaskan, tetapi "Negara Khilafah" itu tak
kunjung datang. Mimpi tinggal mimpi, entah sampai kapan bisa terwujud.
Konsep "Negara Khilafah" atau juga kadang diembel-embeli "Khilafah
Islam" yang digagas oleh HT adalah sebuah "negara super" berbentuk
kesatuan (bukan berwujud federalisme) yang diharapkan mampu menyatukan
seluruh umat Islam dari Maroko di Afrika Utara dan Arab di Timur Tengah
sampai kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Pendiri HT dan
penggagas utama "Negara Khilafah" ini bernama Taqiuddin al-Nabhani
(1909-1977), bekas hakim di Yerusalem. Dialah arsitek ideologi,
platform, konstitusi, dan pernik-pernik lain yang berkaitan dengan ormas
HT dan konsep atau desain "Negara Khilafah". Kelak, setelah ia
meninggal, gagasan ini diteruskan dan diperdalam oleh penggantinya Abdul
Qadim Zallum (1924-2003), juga dari Palestina. Sejak 2003, pemimpin
global HT dipegang oleh Ata Abu Rastha, seorang insinyur yang juga
kelahiran Palestina, yang ditangkap dan dipenjara beberapa kali oleh
otoritas Jordan.
Jadi sebetulnya hanya tipu-tipu saja jika
pengasong HT mengatakan konsep "Negara Khilafah" beserta konstitusinya
itu berasal dari Tuhan. Taqiyuddin-lah "Tuhannya". Taqiyuddin al-Nabhani
dan para "think tanks" HT-lah yang merumuskan segala aturan dan
tetek-bengek ormas ini yang kemudian diberi merk "Islam".
Taqiyudin membentuk HT karena kesal dengan sejumlah negara Arab yang
gagal mempertahankan Palestina dari aneksasi Israel dalam Perang
Arab-Israel 1948. Sejak itu ia menuding negara-negara Arab sekuler
sebagai "biang kerok" kekalahan Palestina sehingga perlu diganti dengan
"negara Islami" menurut versinya.
Tetapi menariknya, bukannya
mendapat sambutan luas, HT malah dilarang di tanah kelahirannya dan
berbagai negara Arab (bahkan di berbagai negara mayoritas Islam di Asia
Tengah, HT dicap sebagai "ormas teroris"). Pelarangan itu bukan hanya
karena ormas ini dianggap menganggu stabilitas politik-ekonomi
negara-negara Arab saja tetapi juga lantaran Taqiyuddin al-Nabhani
dituding hendak membangkitkan kembali Dinasti Nabhani yang sudah
tumbang.
Dinasti Nabhani atau Nabahina (leluhur Taqiyuddin
al-Nabhani) pernah berkuasa di Oman dari abad ke-12 sampai abad ke-17.
Dinasti Nabhani ini dulu berkuasa setelah berhasil menggulingkan Dinasti
Saljuk. Kelak, Dinasti Nabhani dihancurkan oleh Dinasti Yaruba, yang
membuat para elitnya kabur di berbagai negara.
Sekali lagi, hanya
umat Islam yang lugu-njegu dan "bodo ela-elo" saja yang mau dikadali
oleh para makelar dan pengasong HT di Indonesia dan dimana saja.
Penyakit (sebagian) umat Islam di Indonesia itu kalau sudah disuguhi
dengan hal-hal yang "bermerk" Islam apalagi dibumbuhi dengan ayat dan
dalil lainnya, mereka langsung sakkauwww", teler, dan klepek-klepek.
Padahal semua itu, termasuk ide dan konsep Negara Khilafah yang "khilaf"
ini, hanyalah bualan dan "jual kecap" belaka. Ibaratnya, para elit HT
ini jualan kutang merek "khilafah" tetapi sebetulnya susunya sudah
kedaluarsa karena diproduksi sejak 1953! [*\maxor]
Penulis: Sumanto Al Qurtuby* adalah professor, cultural anthropologist, author, columnist, public speaker, researcher, etc. Latar belakang pendidikan: # Senior Scholar at National University of Singapore
# Cultural Anthropologist at King Fahd University of Petroleum & Minerals
# Former Research Fellow/Visiting Professor at University of Notre Dame
# Studied Anthropology at Boston University
# Studied Conflict and Peace Studies at Eastern Mennonite University
# Studied Sociology of religion at Satya Wacana
Tulisan di atas telah diedit seperlunya dari judul asli: "Mimpi Panjang Cheerleader Hizbut Tahrir"
Editor: Max Oroh
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar