Gazali Rakhman : Daftar Tunggu 3.740 Pelanggan
Gazali Rakhman |
Tetapi masalahnya saat ini,
kebutuhan akan terus meningkat karena laju pertumbuhan penduduk semakin besar.
Parahnya lagi, lanjut Gazali, peningkatan jumlah penduduk bukan karena faktor
tingginya angka kelahiran. Namun dari besarnya jumlah warga migrasi atau
pendatang. “Berapa banyak kami menyiapkan air baku, jika migrasi ini tidak bisa
terbendung. Bagaimana pun akan tetap kurang terus,” kata Gazali , Rabu
(29/3/2017).
Selain itu, faktor lainnya karena
Balikpapan tidak memiliki sungai untuk membantu suplai air. Sedangkan jika
hanya mengharapkan waduk yang hanya menampung air hujan, maka jumlah
penampungan air tidak bisa diprediksi dengan pasti. Adapun waduk yang ada dan
satu-satunya di Balikpapan saat ini adalah Waduk Manggar. Kapasitasnya 1.000
liter per detik.
“Sebagai pengelola, kami siap
melayani semua masyarakat. Berapa jumlah air baku termasuk dari waduk yang
disediakan pemkot akan kami gunakan maksimal. Namun wewenang untuk mencari
alternatif air baku, baik dari desalinasi atau injeksi air tanah, semua itu
keputusan pemkot,” ungkapnya. Gazali menyebutkan, hal yang tidak kalah penting,
PDAM juga masih menunggu hasil Surat Izin Pemanfaatan Air (SIPA). Surat izin
dari Dirjen Sumber Daya Air itu menyebutkan berapa besar air baku yang dapat
diolah PDAM.
Ia bercerita, gagasan desalinasi
air laut ini sudah muncul sejak 2014. Sebagai bentuk solusi dari sumber air
baku alternatif. “Tapi ‘kan kita perlu lihat bagaimana respons pemkot
dan masyarakat. Maka perlu melakukan diskusi publik.Kita dengar apa warga
bersedia membeli air dari desalinasi itu. Kalau memang ada pasarnya, kami siap
produksi. Kalau daftar tunggu sekitar 3 ribuan, berarti minat pelanggan masih
besar,” tegasnya.
Dia mengungkapkan, keputusan
penggunaan sumber air baku jelas wewenang Pemkot Balikpapan. Termasuk biaya
harga jual air. Jika terjadi selisih harga tergantung pemerintah daerah siap
atau tidak memberikan subsidi. Sebab hal itu tertuang dalam Permendagri Nomor
70 dan 71 Tahun 2016. Isinya mengatur tentang subsidi air minum, lalu
perhitungan dan penetapan tarif air minum.
“Kami masih berusaha memenuhi
kebutuhan air. Sementara ini, PDAM bisa melayani 76 persen dari seluruh jumlah
penduduk Balikpapan. Padahal target Pemkot Balikpapan yakni 100 persen semua
warga mendapatkan aliran air dari PDAM,” katanya. Berdasarkan data PDAM
Balikpapan hingga Februari 2017, jumlah pelanggan PDAM tercacat sekira 96.370
sambungan rumah.
Sementara hitungan cakupan
pelayanan berkisar 76,61 persen dari seluruh jumlah penduduk Balikpapan yakni
766.046 jiwa. Sedangkan daftar tunggu pelanggan mencapai 3.740 registrasi.
Sehingga dengan angka tersebut, PDAM masih berusaha mencari jalan keluar agar
krisis air baku tidak melanda Kota Beriman. Caranya dengan mencari air
baku lebih banyak.
Misal dari bangun waduk dan sumber
alternatif lain. Namun kembali lagi, keputusan untuk menyediakan air baku
merupakan wewenang Pemkot Balikpapan. Gazali menegaskan, pihaknya tidak berhak
memutuskan karena hanya bertindak sebagai pengelola. Tugas PDAM sekarang
mengejar kekurangan target yang masih sekitar 24 persen tersebut. Namun angka
itu tidak bisa jadi patokan karena 76 persen itu hanya mereka yang terdaftar
sebagai pelanggan. Ada beberapa warga yang berada di perumahan memanfaatkan
WTP.
“Sebenarnya kalau di Balikpapan, 90
persen sudah teraliri air bersih. Kemudian soal pemakaian air, Balikpapan sudah
termasuk hemat. Warga mulai berfikir untuk menggunakan air dengan efisien.
Sehingga pelayanan untuk warga lain juga terpenuhi. Saling membagi kebutuhan
air,” tuturnya. itu mengungkapkan, salah satu alternatif lainnya adalah pola
penggunaan air PDAM secara bersamaan.
Ibaratnya warga dapat menggabungkan
kedua sumber air tersebut dalam keseharian. Seperti air PDAM hanya digunakan
untuk kegiatan mandi cuci kakus (MCK). Sisanya untuk konsumsi air minum,
masyarakat dapat beralih menggunakan air kemasan dan sebagainya,” tandasnya. (*/beny)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar