KABARKALTIM.Co.Id - Seorang anak mengemudikan mobilnya bersama ayahnya. Setelah beberapa puluh kilometer, tiba-tiba perjalanan mereka diselimuti awan hitam yang datang bersama dengan angin kencang. Langit menjadi gelap. Beberapa kendaraan mulai menepi dan berhenti.
“Bagaimana, ayah? Kita berhenti?”, si anak bertanya.
“Teruslah.. !”, kata ayahnya.
Anaknya tetap menjalankan mobil. Langit makin gelap, angin makin bertiup kencang. Hujanpun turun. Beberapa pohon bertumbangan, Bahkan ada yang diterbangkan angin. Suasana sangat menakutkan. Terlihat kendaraan-kendaraan besar juga mulai menepi dan berhenti.
“Ayah…?”
“Teruslah mengemudi!” kata ayahnya sambil terus melihat ke depan.
Si anak pun tetap mengemudi dengan bersusah payah. Hujan lebat menghalangi pandangan dengan hanya berjarak beberapa meter saja. Si Anak mulai takut. Namun, dia tetap mengemudi walaupun sangat perlahan.
Setelah melewati beberapa kilo ke depan, dirasakan hujan mulai mereda dan angin mulai berkurang. Dan, setelah beberapa kilometer lagi, sampailah mereka pada daerah yang kering dan matahari bersinar.
“Silakan berhenti dan keluarlah”, kata ayahnya kepada si anak.
“Kenapa sekarang?”, tanya anaknya .
“Agar kau bisa melihat seandainya berhenti di tengah badai,” jawab ayahnya.
Lalu, si anak menghentikan mobilnya dan keluar. Dan, dia melihat jauh di belakang sana badai masih berlangsung. Dia pun kini bisa membayangkan orang-orang yang terjebak di sana karena menghentikan mobil yang mereka kendarai.
Si anak baru bisa mengerti bahwa jangan pernah berhenti di tengah badai karena akan terjebak dalam ketidakpastian.
Jika kita sedang menghadapi badai kehidupan, teruslah berjalan dan terjang. Jangan berhenti dan putus asa karena kita akan tenggelam dalam keadaan yang terus menakutkan.
Lakukan apa saja yang dapat kita lakukan, dan yakinkan diri bahwa "badai pasti berlalu!"
Kita tidak akan pernah berhenti karena kehidupan terus bergulir ke depan dan terus maju. Dan kita mesti yakin bahwa di depan sana ada kepastian dan kesuksesan untuk kita.
Hidup tak selamanya berjalan mulus! Butuh batu kerikil supaya kita berhati-hati. Butuh semak berduri supaya kita waspada. Butuh persimpangan supaya kita bijaksana dalam memilih. Butuh penunjuk jalan supaya kita punya harapan tentang arah masa depan yang akan dituju. Butuh pengorbanan supaya kita tahu cara bekerja keras. Butuh airmata supaya kita tahu merendahkan hati. Butuh dicela supaya kita tahu bagaimana cara menghargai. Butuh tertawa dan senyum supaya kita tahu mengucap syukur. Butuh orang lain supaya kita tahu kita tak sendiri. Ya, hidup butuh masalah supaya kita tahu kita punya kekuatan untuk mengatasinya.
Jangan selesaikan masalah dengan mengeluh, berkeluh kesah, dan marah. Selesaikan saja dengan sabar, bersyukur, dan jangan lupa tersenyum. Teruslah melangkah walau mendapat rintangan.
Jangan takut saat tidak ada lagi tembok untuk bersandar, karena masih ada lantai untuk bersujud. Perbuatan baik yang paling mendekati sempurna adalah perbuatan baik yang tidak terlihat, namun dapat dirasakan hingga jauh ke dalam relung kalbu.
Jangan menghitung apa yang hilang, namun hitunglah apa yang tersisa. Sekecil apapun penghasilan kita, pasti akan cukup bila digunakan untuk kebutuhan hidup. Sebesar apapun penghasilan kita, pasti akan kurang bila digunakan untuk gaya hidup. [*\maxor]
Sumber: (unknown authors)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar