KABARKALTIM.Co.Id - Menguatnya politik identitas harus
diredam. Salah satu kuncinya melalui aturan hukum. Pancasila juga harus
didengungkan secara masif.
"Sumpah Pemuda 1928 sebenarnya merupakan bukti nyata pemuda menghormati keberagaman."
~ Kapolri Jenderal Tito Karnavian ~
Demikian disampaikan Kapolri Jenderal Tito Karnavian dalam seminar
dan lokakarya bertajuk "Indonesia di Persimpangan: Negara Pancasila vs
Negara Agama" di Jakarta, Sabtu (8/4).
Kapolri Jenderal Tito Karnavian saat berbicara dalam seminar dan lokakarya bertajuk "Indonesia di Persimpangan: Negara Pancasila vs Negara Agama" di Jakarta, Sabtu (8/4). |
“Aturan hukum bukan untuk membatasi, tetapi lebih supaya tidak
terlalu bebas. Kalau bebas, cenderung menyimpang. Karena bebas itu juga
ideologi radikal masuk,” tegas Tito.
Kapolri juga menyatakan, Pancasila sepatutnya didengungkan kembali secara
masif. “Pancasila harus kita intensifkan lagi, harus diperkenalkan dan
didengungkan. Karena sejak 1998, pelan-pelan kita adopsi demokrasi
liberal versi barat. Ironisnya demokrasi Pancasila sudah mulai
pelan-pelan meredup,” tegasnya.
Dia juga mengungkapkan, Sumpah Pemuda 1928 sebenarnya merupakan bukti
nyata pemuda menghormati keberagaman. “Para pemuda setuju tiga hal,
bertanah air, berbangsa dan berbahasa satu. Situasi kebatinan saat itu,
para pemuda menafikan semua perbedaan,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Tito sempat menyoroti tema seminar. Menurutnya,
aspek liberal tak disentuh dalam topik. “Saya kritik tema, ada satu yang
ditinggalkan, yaitu liberalisme. Dunia sekarang ini lebih liberal,”
kata Tito.
Sumber: Suara Pembaruan
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar