Guru Mas’ud Adakan Peringatan Isra Mi’raj
Guru Mas'ud (tengah) |
UNTUK meningkatkan keimanan dan ketaqwaan umat, KH Syekh Mas’ud Husain
Al-Hasani yang akrab disapa Guru Mas’ud mengadakan kegiatan peringatan
Isra’ Mi’raj Rasulullah Muhammad SAW di kediamannya pada 6 April 2017 lalu.
Kegiatan
yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat umum
ini membahas berbagai hikmah dan pelajaran yang didapat dari peristiwa
Isra Mi’raj.
"Maha
Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari
Al-Masjid Al-Haram ke Al-Masjid Al-Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat." (QS Al-Isra [17]: 1).
Setiap
tanggal 27 Rajab, umat Islam memperingati peristiwa Isra Mi’raj.
Menurut Guru Mas’ud peristiwa ini adalah peristiwa mukjizat terbesar
kedua yang diterima Rasulullah SAW setelah Alquran. Karena itu, maka
peristiwa Isra diabadikan dalam Alquran Surat Al-Isra ayat 1. Sedangkan
peristiwa Miraj diabadikan dalam Surat An-Najm ayat 13 dan 14.
Ada beberapa
hikmah dan pelajaran penting dari peristiwa ini. Yang pertama, kata
dia, peristiwa ini adalah menunjukkan ke-Mahakuasaan dan kebesaran
Allah. Dia akan mengangkat derajat setinggi-tingginya hamba-Nya yang
ingin menjadi Abdullah yakni orang yang mewakafkan dirinya untuk
kepentingan agama Allah,'' tandas ulama kharismatik Kalimantan ini.
Ia
juga mengatakan, Abdullah atau hamba Allah adalah gelar tertinggi yang
harus diraih oleh setiap Mukmin. ''Jadi, gelar tertinggi itu bukan
profesor atau doktor dan juga bukan kiai, bukan ustaz tapi gelar yang
tertinggi adalah menjadi hamba Allah.
Hamba
Allah, kata dia, artinya ia hanya ingin dikendalikan oleh Allah SWT.
Artinya dia menafikan pengendalian-pengendalian lainnya. Hamba Allah
yang baik dia tidak akan dikendalikan oleh harta, oleh jabatan,
kedudukan sehingga dia tidak menjadi abdul mal (hamba harta), abdul
kursi (hamba jabatan), abdul butun (hamba syahwat), dan lain sebagainya.
“Akhir-akhir
ini kita begitu prihatin melihat betapa agama dijadikan alat politik
untuk meraih kedudukan dan harta,” kata Guru Mas'ud.
Dirinya
menegaskan bahwa haram hukumnya menjadikan agama sebagai alat politik
karena agama itu sebagai jalan kita untuk meraih ridha Allah SWT dan
bukan sebagai sarana untuk mendapatkan harta apalagi kekuasaan. Agama
Islam yang kita jalani ini adalah agama yang rahmatan lilalamin.
Pelajaran Kedua lanjut Guru Mas’ud bahwa shalat merupakan syariat dan kewajiban yang besar maknanya. Dia adalah rukun Islam yang
kedua. Dan perintah kewajibannya langsung dijemput ke atas langit di
Sidratil Muntaha. Kita terus memperingatinya dan mempelajari sejarahnya
sebagai pengingat bahwa kewajiban ini besar maknanya. Shalat merupakan
amal yang pertama sekali akan dihisab oleh Allah di hari kiamat. Dan
shalat merupakan pembeda antara kaum muslimin dan orang kafir.
Rasulullah menasehati kita agar mengajarkan anak-anak kita shalat sejak
kecil, dan memukul mereka ketika berumur sepuluh tahun jika meninggalkan
shalat. Sudahkah ini kita lakukan?
Pelajaran Ketiga; bahwa agama samawi ditutup dengan risalah Rasulullah SAW. Semua Rasul terdahulu shalat sebagai makmum di belakang Rasulullah SAW.
Pelajaran
Keempat: Kekuasaan Allah begitu besar dan Allah Maha Kuasa lagi Maha
Bijaksana. Bisa saja Allah menurunkan perintah shalat tanpa mukjizat
Isra Mikraj. Bisa saja Allah memperjalankan Rasulullah langsung ke
langit tanpa harus melalui Palestina dan shalat di Mesjid Al-Aqsha. Akan
tetapi Allah ingin menunjukkan kekuasaan Nya dan menguji keimanan
hamba-hamba-Nya. Ada sebagian orang beriman yang murtad ketika mendengar
Isra Mikraj karena tidak masuk akal dalam pikirannya.
Tetapi
ada yang teguh memegang akidahnya dan membenarkan mukjizat ini seperti
sahabat Abu Bakar As-Shiddik RA. "Jangankan dengan (perjalanan) Isra'
dan Mikraj ini, dengan berita yang lebih besar dari itu (agama Islam) aku percaya. Aku percaya bahwa Rasulullah mendapat wahyu dari Allah sebagai Nabi terakhir".
“Betapa
penting kita mendidik generasi sekarang untuk menjaga dan mendirikan
shalat, sebagaimana pentingnya kita menanamkan keyakinan dalam dada
mereka seperti keteguhan keyakinan Abu Bakar As Shiddiq RA,” imbuh Guru
Mas’ud yang juga Ketua Umum DPP Perhimpunan Rakyat Asli Kalimantan. (andi evrai)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar