Wahyudi (beny/kk) |
Salah satunya antaranya Sekolah Menengah
Atas (SMA) Negeri 9 Balikpapan yang berada di poros jalan Balikpapan-Samarinda Km
16, saat ini masih memiliki tenaga honor non PNS 12 orang.
Kepala SMAN 9 Wahyudi mengatakan, pihaknya tidak
melakukan pengurangan guru non PNS, memang ada tenaga TU sudah memundurkan diri
atas kemauannya sendiri dengan alasan tidak menerima gaji lagi.
"Jadi dari 4 orang tenaga administrasi tinggal 1 orang yang bertahan, dan ditambah 3 orang cleaning service juga memundurkan diri. Semua keluar atas permintaan diri masing-masing dengan alasan akan mencari pekerjaan lain,” kata Wahayudi pada saat ditemui kabarkaltim di ruang kerjanya, Selasa (4/4/2017).
"Jadi dari 4 orang tenaga administrasi tinggal 1 orang yang bertahan, dan ditambah 3 orang cleaning service juga memundurkan diri. Semua keluar atas permintaan diri masing-masing dengan alasan akan mencari pekerjaan lain,” kata Wahayudi pada saat ditemui kabarkaltim di ruang kerjanya, Selasa (4/4/2017).
“Kalau menambah atau menerima lagi guru honor
memang tidak. Tapi kami hanya bisa mempertahankan saja. Tidak mengeluarkan kembali
lagi, semangat siswa semangat guru dibalik semangat ada tangisan non PNS
yang sudah 3 bulan tidak menerima gaji honor. Sementara ini hanya mendapat
pinjaman dari koperasi sekolah Rp 1 juta per bulan sedangkan gaji mereka di atas Rp 2
jutaan,” jelas Wahyudi.
“Hal-hal seperti ini pembelajaran sekolah
terganggu akibat mereka belum terima gaji honor. Solusinya sekolah membuat
kebijakan, mereka mengajar 1 minggu, honor di SMAN 9 tanpa gaji selama 3 hari,
yang 3 harinya mereka mencari di luar sekolah untuk melanjutkan
kehidupannya,” tandasnya.
Menurut Wahyudi untuk mengatasi kesulitan yang dialami
sekolah di Balikpapan khususnya SMA/SMK, Pemkot sebenarnya mau memberikan dana talangan tapi dengan syarat
ada surat resmi dari Gubernur.
”Kami mengharapkan dana bos dari pusat, kami punya murid di SMA 9 ada 816 siswa, yang dulu bisa menerima Rp 300 ribu/siswa/bulan pada saat normal, kemudian turun Rp 260 ribu/bulan /siswa dengan alasan masalah pemotongan 30%, malah sekarang ini morosot lebih jauh hanya menerima Rp 90/siswa/bulan. Sedangkan kita juga perlu honor guru non PNS, kemudian biaya air, listrik, ATK, Web, dan lainnya Rp 10 juta, akhirnya semangat yang sudah terjaga ini luntur,” tegas Wahyudi.
”Kami mengharapkan dana bos dari pusat, kami punya murid di SMA 9 ada 816 siswa, yang dulu bisa menerima Rp 300 ribu/siswa/bulan pada saat normal, kemudian turun Rp 260 ribu/bulan /siswa dengan alasan masalah pemotongan 30%, malah sekarang ini morosot lebih jauh hanya menerima Rp 90/siswa/bulan. Sedangkan kita juga perlu honor guru non PNS, kemudian biaya air, listrik, ATK, Web, dan lainnya Rp 10 juta, akhirnya semangat yang sudah terjaga ini luntur,” tegas Wahyudi.
"Ayolah provinsi paling tidak menjembatani
memberi semangat, caranya mencari solusi secepatnya, ini pendidikan bukan seperti
kantor, kalau kantor mesin tik bisa ditinggal kalau ini pendidikan, yang dihadapi
manusia,” tutupnya. (beny)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar