oleh : Priyo Suwarno
Priyo Suwarno |
Di lokasi
itu suasana mencekam. Apalagi sudah terjadi ledakan, asap hitam mengepul dari
lantai dua. Pelaku bersembunyi di kantor kelurahan itu. Densus 88 dan Brimob
pun dikerahkan untuk menggerebek pelaku.
Awalnya
pengerebekan dipimpin Kapolrestabes Bandung Kombes Hendro Pandowo, kemudian
Kapolda Jabar Irjen Anton Charliyan. Beberapa kali polisi memberi peringatan ke
pelaku via pengeras suara. Namun pelaku hingga pukul 10.45 WIB, belum menyerah.
Irjen Anton menjelaskan pelaku meledakkan bom panci di
lapangan yang jaraknya sekitar 50 meter dari kantor kelurahan Arjuna. Low explosive, daya ledak bom panci.
Pelaku, diduga menuntut pembebasan tahanan Densus 88. Namun belum diketahui
tahanan yang diminta agar dibebaskan tersebut.
Alhasil pelaku bernama Pelaku bom panci di
Taman Pendawa, Bandung, Yayat Cahdiyat (YC), tewas saat penyergapan oleh Densus
88 Antiteror, Senin (27/2). Kini polisi masih menyelidiki identitas Yayat.
"Kalau dari hasil sementara, masih satu, belum ada penetapan tersangka lainnya, dan proses olah TKP-nya. Tentunya, setelah olah TKP ini dilanjutkan dengan proses penuntasan identifikasi," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar saat ditemui di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo Nomor 3, Selong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (1/3).
Proses identifikasi tetap pada prosedur scientific identification. Di mana pemeriksaan DNA keluarga sedang dilakukan dalam mengungkap jati diri pelaku pembawa bom tersebut. Jauh sebelumnya memang sudah berkali-kali Densus menangkapi tersangka pelaku terror sebagai bagian komitmen Indonesia untuk memerangi akti teroris dunia yang hingga sampai saat terus bergejala.
"Kalau dari hasil sementara, masih satu, belum ada penetapan tersangka lainnya, dan proses olah TKP-nya. Tentunya, setelah olah TKP ini dilanjutkan dengan proses penuntasan identifikasi," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar saat ditemui di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo Nomor 3, Selong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (1/3).
Proses identifikasi tetap pada prosedur scientific identification. Di mana pemeriksaan DNA keluarga sedang dilakukan dalam mengungkap jati diri pelaku pembawa bom tersebut. Jauh sebelumnya memang sudah berkali-kali Densus menangkapi tersangka pelaku terror sebagai bagian komitmen Indonesia untuk memerangi akti teroris dunia yang hingga sampai saat terus bergejala.
***
Persitiwa ini sudah
jelas terjadi, akan tetapi begitu banyak isu seolah peristiwa ini merupakan
settingan alias direkayasa dalam rangka menyambut kedatangan Raja Salman. Oleh
karenanya Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian memberikan sejumlah penjelasan
sekaligus membantah bahawa bom Panci Bandung tidak kaitan dengan kedatangan
Raja Salman.
Keesok harinya, Wapres Jusuf Kalla juga memberikan Wakil Presiden Jusuf
Kalla (Wapres JK) memastikan bahwa bom Bandung mengguncang Taman Pandawa, Kota
Bandung dan pembakaran Kantor Kelurahan Arjuna tak terakit dengan rencana Raja
Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud ke Indonesia. "Sama sekali tidak ada
hubungannya," kata JK di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (27/2).
Sampai saat ini, JK memang belum mendapat laporan lengkap soal bom panci. Menurut JK, aksi terorisme seperti ini banyak terjadi di negara lain. Yang paling penting saat ini bagaimana terus mencegah aksi terorisme muncul kembali.
"Ndak ada negara bebas dari hal-hal (bom Bandung), apakah itu di Asia, Asia itu di Asia, Asia, di Timur Tengah, di Eropa, di Amerika. Yang penting bagi kita mencegah sekuat tenaga bahwa ada memang satu dua lolos, ya bagaimana kita negara luas. Tapi jangan lupa kita punya kepolisian, Densus dan tentara yang bekerja dengan sangat baik," pungkas JK.
Ledakan terjadi sekitar pukul 08.30 WIB. Bom meledak di Lapangan Pandawa, Cicendo, Bandung. Sesaat setelah ledakan pelaku berlari ke dalam Kantor Kelurahan Arjuna. Dia mengancam pegawai dengan pisau.
Pekerjaan institusi Polri makin bertambah, satu sisi wajib menangani kasus bom panci, disisi lain harus meluruskan setiap informasi, isu atau pendapat yang sering kali berbeda dengan apa yang terjadi di lapangan yang harus dihadapi petugas.
Pekerjaan semacam ini akan terus menrus terjadi dan semakin berkembang tidak henti. Oleh karena itu polisi menyiapkan diri menghadapi setiap kemungkinan yang terjadi dalam semua persoalan yang dihadapi.
***
Menyambut tamu dari Negara pusatnya Islam bukan pekerjaan mudah, apalagi Raja Salman membawa rombongan super jumbo mencapai 1.500 personal. Oleh karenanya perencanaan hingga operasi pengamanan tamu Negara ini melibat TNI dan Polri yang jumlah personalnya pun mencapai 5.384 orang.
Sungguh pengamanan besar yang membutuhkan tingkat profesionalitas tinggi. Ternyata selama kunjungan kengeraan di Indonesia, berjalan mulus tanpa ada insiden apapun. Tentu ini bukan sebuah kebetulan, melainkan dirancang dan dikendalikan secara matang luar dan dalam.
Raja Salman pun memberikan apresiasi kepada tugas-tugas Polri dalam menangani keamanan dalam negeri RI. Ada dua apresiasi Raja Salman kepada Polri, pertama berupa cindera mata berupa sebuah pedang keemasan. Kerajaan Arab Saudi memberikan cenderamata kepada Polri. Cenderamata istimewa itu diberikan melalui Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menerima langsung pemberian pedang emas saat Dubes Arab Saudi berkunjung ke Polri. Namun Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar menyatakan, cenderamata itu bukan untuk pribadi Tito, melainkan untuk institusi Polri.
Hadiah pedang ini bias menjadi sangat istimewa, karena menurut catatan hanya dua orang yang pernah menerima hadiah serupa, yaitu mendiang Presiden Soeharto Pedang yang disepuh emas dari raja Arab.
Pemberian cenderamata diserahkan langsung oleh Raja Faisal kepada Soeharto saat jamuan makan malam kenegaraan di Istana Merdeka pada 10 Juni 1970, 47 tahun silam. Saat itu bertepatan dengan kunjungan Raja Faisal ke Indonesia.
Kini setelah hamper setengah abad cindera mata berikutnya jatuh ke tangan Jenderal Tito Karnavian yang kemudian menjadi heboh. Karena semua kagum, Kapolri mendapat cindera mata pedang emas dari Raja Salman.
Kali ini Polri lagi-lagi harus membuat klarifikasi dan pelurusan informasi yang tidak sesuai kenyataan. Fakta sesungguhnya ketika dilakukan pemeriksaan hingga ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk meneliti nilai pedang itu. Hasil sementara menunjukkan bahwa pedang itu bukan terbuat dari emas murni, melainkan dibalut dengan logam berwana keemasan. Kepastiannya memang sedang menunggu hasil uji dari KPK.
***
Barangkali kerasan, Raja Salman yang semula hanya berlibur selama hanya sepekan dari tanggal 3 hingga 9 Maret kemudian diperpanjang sampai 12 Maret? Benarkan Raja Salman sangat enjoy dengan Indonesia, khususnya Bali. Ini semua tidak terlepas dari suasana aman dan nyaman ketika rombongan tamu agung ini selama berada di Indonesia.
Tanggal 10 Maret 2017, pada saat Raja Salman masih menikmati liburannya di Bali, lagi-lagi Densus 88 memberi bukti kepada Indonesia dan dunia bahwa ada tembilan teroris diringkus di Sulawesi Barat, persisnya di Parigi dan Tolitoli yang berencana menyerang sejumlah maskas polisi di Sulawesi.
Sejurus dengan itu lebih jelas dan tegas, peristiwa serupa
terjadi ketika aparat keamanan dalam negeri Malaysia juga berhasil membekuk
tujuh tersangka teroris yang berencana Polisi Malaysia mengatakan serangan
teroris berhasil digagalkan saat kunjungan Raja Salman dari Arab Saudi di
negara itu. Tujuh militan yang merencanakan serangan ditangkap.
Kepolisian Malaysia meringkus tujuh
anggota kelompok militan ditangkap akhir bulan lalu menjelang kunjungan Raja
Salman dari Arab Saudi ke negara jiran itu. Ketujuh orang itu dituduh
merencanakan serangan terhadap "keluarga kerajaan" Arab Saudi. Raja
Salman mengunjungi Malaysia 26 Februari sebagai bagian dari kunjungan hampir
sebulan ke beberapa negara Asia, termasuk ke Indonesia.
"Mereka berencana menyerang
keluarga kerajaan Arab Saudi di saat kunjungannya ke Kuala Lumpur. Kami
membekuk mereka sebelum lawatan itu," kata Inspektur Jenderal Polisi
Khalid Abu Bakar kepada wartawan di Kuala Lumpur. Dua dari tujuh tersangka
merencanakan serangan besar-besaran dengan menggunakan "kendaraan yang
sudah dimodifikasi bermuatan bahan peledak ".
Dengan demikian jelas bahwa teroris
dan terorisme itu bukan sebuah khayalan, eksis dan berada di hampir seluruh
dunia. Dia menghantui negara manapun, lembaga apapun, dan kepada siapapun. Kita
semua bisa jadi target sengaja maupun tidak sengaja yang dilakukan oleh
teroris.
Memang Raja Salman memberi cindera
mata kepada Kapolri berupa pedang berwarna keemasan. Artinya penindakan
terhadap teroris harus semunir emas. Jika pedang itu bukan emas, maka Polri
tetap berkewajiban menumpas teroris dengan hati nurani paling murni, semunir
emas. (*)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar