SANGATTA,KABARKALTIM,
CO.ID- Ketua Lembaga Perlindungan Konsumen
Andi Arafah mengharapkan petugas PLN (Perusahaan Listrik Negara, Red) untuk
melaksanakan pekerjaan secara baik dan benar sesuai tuntunan perundang-undangan
yang berlaku. Agar masyarakat tidak resah dengan layanan dari PLN. “PLN mesti
bekerja profesional,” tandasnya.
Andi Arafah menyampaikan beberapa masalah kelistrikan
dalam acara sosialisasi subsidi listrik daya 900 VA dari PLN Area
Bontang-Sangatta yang dilangsungkan di lantai 2 ruang Arau, Kantor Bupati,
Bukit Pelangi, Selasa (31/1/2017).
“Pulsa prabayar listrik. Kadang baru diisi tiga ratus
ribu rupiah. Tapi sudah kurang tujuh puluh ribu. Gimana subsidinya. Apakah
termasuk yang dibicarakan saat ini,” beber Andi Arafah.
Selain itu, mantan ketua Pemuda Panca Marga Kutim ini
mengungkap pula soal byar pet listrik di Sangatta. Juga mengenai pemasangan
listrik instalasi baru. “Kalau orangnya berduit, kadang baru tiang barakannya
berdiri, tapi sudah menggantung KWH di situ.
Sementara kalau warga biasa memohon pemasangan listrik baru,
bertahun-tahun menunggu. Itupun belum tentu dipasangkan. Bagaimana ini,” tanya
Andi Arafah.
PLN juga harus mendoktrin rekanan (kontraktor) yang
melakukan pemasangan listrik di rumah penduduk. Ini dimaksud agar layanan PLN
terhadap pelanggan di masyarakat lebih maksimal. Jangan orang tertentu saja
yang lebih duluan mendapat layanan listrik. Layanan PLN sebaiknya tidak hanya
dinikmati orang berduit. Tapi warga berpenghasilan pas-pasan pun mendapat
penerangan listrik yang memadai.
Sedangkan Asisten Manajer PLN Rayon Bontang Mujiono
menyatakan, pihaknya terus berupaya meningkatkan kualitas layanan kelistrikan
kepada warga. Tahun ini, Sangatta-Kawasan
Bukit Pelangi- Bengalon akan masuk dalam kelistrikan sistem mahakam. Oleh
karena itu, perbaikan terus dilakukan guna memaksimalkan layanan kepada warga.
Subsidi konsumen rumah tangga tepat sasaran terus digeliatkan. Agar dana yang
dikumpul dari pelanggan non subsidi dibelanja untuk pembangunan jaringan
listrik baru
.
Daya 900 VA yang disubdisi bayarnya Rp 586 per KWH.
Sementara RI 900 VA yang dicabut subsidinya setara dengan daya 1.300 VA dengan
tarif Rp 1.476 per KWH. “Ini yang perlu dipahami masyarakat,” kata Mujiono
dalam sosialisasi dipimpin Sekkab Irawansyah.
Sekkab Kutim menyatakan, Kutim ini memiliki luas wilayah
luas. Penduduknya masih tinggal berjauhan antar desa yang satu ke desa lainnya.
Bahkan, beberapa desa di Kutim belum dialiri listrik dari PLN. Ini tantangan
pembangunan kedepan. Sementara sesuai nawacita presiden RI Joko Widodo
pembangunan Indonesia dari pinggiran. Ini bersinergi dengan visi misi
bupati-wakil bupati Kutim. Yakni Gerakan Pembangunan Desa Mandiri Terpadu
(Gerbang Desa Madu). “Bukan membangun desa, tapi desa membangun. Dengan alokasi
dana antar dua miliar sampai lima miliar rupiah per desa tiap tahun,”jelasnya. (ri)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar