SANGATTA,KABARKSALTIM.CO.ID-
Kepala Badan Ketahanan Pangan Hormansyah khawatir soal krisis air landa
beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Kutai Timur (Kutim). Dari pengamatan
Hormansyah, ada beberapa wilayah saat ini, penduduknya sulit memperoleh air
bersih untuk keperluan sehari-hari. Jangankan,air sungai saja debitnya sudah
sangat menurun. Apalagi air sumur tanah sudah ada yang kering. Padahal awal
September ini cuaca masih sering turun hujan. Sementara ketahanan pangan bisa diwujudkan bila ketersediaan air memadai. “Belum kemarau tapi sudah terjadi
kekeringan,” kata Hormansyah di kantornya yang beralamat di Jl. AW. Syahrani,
Kamis (1/9/2016).
Untuk mengatasi kelangkaan air baku kedepan di Kutim diperlukan kajian ilmiah.
Karena saat ini, kondisi air sungai Taka, air sungai Tadoan dan air sungai
lainnya sudah sangat memprihatinkan. Airnya tercemar tampak warna kuning dan
tercium bau lumpur, serta debitnya menurun. Kondisi ini kalau dibiarkan
bisa-bisa membawa petaka bagi masyarakat
di daerah ini.
“Kalau benar, tanaman sawit, satu pohon bisa menyerah
volume air lebih banyak tiap hari, maka ini merupakan
ancaman serius bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk perlu kajian
akademis guna mencari solusi bagaimana kedepan ketersediaan air baku di Kutim
tetap cukup,” harap Hormansyah optimistis.
Hormansyah mengungkapkan, Desa Manduk,Kecamatan Sangkulirang
salah satu wilayah pelosok Kutim yang kini warganya mengalami kesulitan dalam
memperoleh air bersih. Warga Desa Manduk sebaiknya dibuatkan embung (kolam tada
air hujan) untuk dijadikan sumber air baku. Di sana ada lahan sekira 1 hektare.
Kalau 1 Ha ini dijaadikan embung pada kedalaman 5 meter, sudah pasti bisa
menampung air hujan ribuan kubik. Di sekeliling embung itu nantinya ditanami
tumbuhan air seperti pakis. Agar sumber air baku tersebut tetap aman bagi
kesehatan. Pembangunan embung tersebut dikerjasamakan dengan perusahaan seperti PT Astra.
“Ini pengalaman saya sewaktu jadi camat Sangkulirang
dahulu,” beber Hormansyah.
Pembangunan embung menjadi salah satu solusi dalam upaya
mengatasi krisis air baku kedepan di daerah ini. Apalagi, kalau memang benar,
tanaman sawit daya serap airnya cukup tinggi. Maka dipastikan, kedepan warga
Kutim kesulitan mendapatkan air yang
cukup. Karena di Kutim tanaman sawit
sudah dikembangkan di lahan luasan ratusan ribu hektare. (ri)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar