SANGATTA,KABARKALTIM.CO.ID- Kepala Perpustakaan dan Kearsipan
Daerah Budi Santoso mengatakan, minat banyak masyarakat masih kurang. Buktinya,
Pemkab Kutim
telah menyediakan wadah untuk menambah ilmu pengetahuan dengan
mengadakan 52 unit perpustakaan desa dari 133 desa ditambah 2 kelurahan, dan 18
perpustakaan kecamatan, serta
perpustakaan daerah. Juga sudah ada perpustakaan di masing-masing
sekolah pada level pendidik Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat serta
dua perpustakaan perguruan tinggi Stiper dan Stais.
Budi Santoso. (bahar sikki/kk) |
“Di
tiap perpusatakaan tersedia beragam judul buku. Tinggal warga memilih judul
buku mana yang hendak dibaca. Untuk perpustakaan umum desa dan kecamatan, serta
perpustakaan daerah, judul-judul buku di situ bermacam-macam. Cocok dibaca bagi
semua tingkatan usia. Termasuk anak-anak maupun orang dewasa,’ kata Budi
Santoso usai menyaksikan pelantikan Wakil Ketua DPRD Yulianus Palinggiran di
Sekretariat DPRD, kawasan pusat perkantoran Bukit Pelangi, Rabu siang
(20/7/2016)
.
Selain
itu lanjut Budi, pihaknya telah melakukan jemput bola mendorong tingkatkan
minat baca masyarakat, dengan men-stand
by-kan mobil perpustakaan pada lokasi strategis seperti terminal di KM 1 Jl
Poros Sangatta-Bontang, dan lokasi strategis lainnya. Namun upaya tersebut
belum membuahkan hasil sesuai harapan. Bahkan, beberapa perpustakaan desa dan
kecamatan terancam tutup, lantaran sepi pengunjung. Padahal petugas di masing-masing
perpustakaan sudah ada dengan status honor digaji Pemkab Kutim.
Memang
ada tantangan tersendiri dalam meningkatkan minat baca warga. Di satu sisi,
letak perpustakaan terkesan jauh dari pemukiman penduduk. Untuk menjangkau
perpustakaan memerlukan waktu dan biaya. Di sisi lain, kesadaran masyarakat
meluangkan waktu datang di perpustakaan untuk membaca memang terkesan masih
kurang. “Lokasi perpustakaan, judul buku ditambah, dan kesadaran perlu
disinergikan untuk mencerdaskan anak bangsa,’ terang Budi Santoso.
Kalau
tidak, kata Budi Santoso, keberadaan sejumlah perpustakaan hanya sekadar
pajangan belaka. Untuk itu, kepala desa dan camat se-Kutim dimohon untuk proaktif menghidupkan
perpustakaan di masing-masing wilayahnya.
Terkait
wacana peleburan Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Daerah menjadi Kantor
Perpustakaan, dan Kantor Kearsipan Daerah, bagi Budi, bukan suatu masalah. Kata
dia, bila Kantor Perpustakaan tersendiri saat ini bisa tipe C, dan Kantor
Perpustakan Kearsipan Daerah bisa dengan tipe A. Perpustakaan dan Kearsipan
Daerah baru berusia 7 tahun. Kemendagri pasti lebih bijak menyikapi. Artinya, tenaga kerja honoerer yang ada tak
perlu pengurangan. Hanya saja, Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Daerah yang
ada di belakang Kampus Stiper sekarang
fungsinya belum maksimal, karena jauh dari pemukiman masyarakat. Padahal
sejatinya, perpustakaan berada di dekat pemukiman, mudah dijangkau, murah serta
suasana memikat tidak membosankan. (ri)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar