![]() |
Yusran Aspar |
“Sebenarnya
jika saya mau jadi bupati ala Bang Toyib bisa saja. Misalkan setiap ada kegiatan saya tugaskan ke wakil atau bawahan saya yang lain. Tapi
itu tidak mau saya lakukan, karena memang semua itu semata-mata untuk kemajuan daerah ini,“ ungkap
Yusran.
Namun kata dia, bila masih
ada anggapan yang mengatakan bahwa
dirinya begitu ambisius untuk menjadi kepala daerah itu tidak benar. Karena
menurutnya, di usianya yang tidak muda lagi tersebut, tuntutan kebutuhan hidup juga
tidak besar. Sehingga dirinya merasa bersyukur dengan apa yang telah ada selama
ini.
“Satu contoh, anak-anak kami
semua juga telah hidup secara mandiri. Oleh karena itu kami merasa bersyukur
dengan apa yang telah ada ini sehingga tidak benar jika ada anggapan bahwa kami
begitu ambisius menjadi kepala daerah,“ ungkapnya.
Digambarkan dia, mengapa
dirinya begitu ambisius memperjuangkan pembangunan jembatan tol PPU-Balikpapan
sejak dulu. Menurutnya, karena jembahkan tersebut merupakan kunci utama bagi
kemajuan pembangunan daerah. Bukan hanya bagi PPU dan Balikpapan, tetapi jembatan tersebut merupakan
kebutuhan bagi seluruh masyarakat Kalimantan.
“Lantas apa untungnya bagi
kami begitu memperjuangkan pembangunan ini jika buka semata-mata hanya karena
untuk mewujudkan pembangunan yang berujung pada kesejahteraan bagi seluruh
masyarakat, “ungkapnya.
Ia mengatakan,
munkin sebagian masyarakat tidak mengetahui atau memang belum terekspose
tentang kemajuan-kemajuan daerah ini yang telah diciptakan. Salah satunya kata dia, seperti
pembangunan melalui pembentukan UPTD di masing-masing kecamatan yang ada di PPU
saat ini.
Hasilnya melalui UPTD tersebut lanjut dia, semua persoalan-persoalan mulai
jalan, drainase, jembatan dan sebagainya hingga pedesaan yang ada di PPU mampu diatasi oleh masing-masing UPTD yang telah disediakan di masing-masing
kecamatan. Masyarakat desa atau kelurahan tingggal mengusulkan di masing-masing
kecamatan yang ada tanpa harus melalui proses panjang seperti sebelumya.
“Dulu ketika
desa akan membangun sebuah jalan, kita
masih harus melalui proses panjang yang di sampaikan melalui musrembang
desa, kelurahan, kecamatan hingga kabupaten yang prosesnya sangat panjang hingga satu tahun. Kini semua
persoalan itu telah terpecahkan dengan adanya UPTD di masing-masing kecamatan.
Bahkan gagasan ini memperoleh penghargaan terbaik nasilonal.
Begitu juga kemajuan-kemajuan lainnya yang
telah diciptakan di PPU. Kini di kecamatan juga telah dibentuK pelayanan
terpadu kecamatan atau paten. Ada juga pelayanan air bersih siap minum di pedesaan dan sebagainya yang
semua itu telah dikonsep memang untuk memberikan pelayanan
terbaik bagi kesejhteran
seluruh masyarkt daerah ini, “ terangnya.
Dirinya juga menceritakan, Kabupaten PPU ketika diawal-awal pemekaran dulu segala sesuatunya sangat terbatas. Termasuk anggaran daerah yang dimiliki sangat kecil. Sementara itu segala sesuatunya harus dipenuhi, termasuk fasilitas pembangunan gedung perkantoran yang ada di daerah ini. Lantas kata dia, apa jadinya jika saat itu semua pembangunan fasilitas gedung perkantoran yang ada tidak melalui perencanaan yang baik kata dia.
“Misalkan saat itu kantor bupati dibangun di wilayah silkar, kemudian kantor DPRD di kelurahan Gunung Seteleng dan sebagainya. Atau pembangunan gedung perkantoran dengan seadanya, misalkan kantor bupati mengunakan atap sirap, itu semua bisa saja saya lakukan jika saat itu mau. Namun semua itu tidak dilakukan, karena kami memang memahami konsep pembangunan yang baik untuk jangka panjang. Begitu juga pembangunan-pembangunan lainnya di PPU yang telah kami konsep dengan baik pasti akan bermanfaat dalam jangka panjang kedepan, “ pungkas Yusran Aspar. (humas6)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar