Warda Desa Manubar, Kecamatan Sandaran.(bahar sikki/kk) |
SANGATTA,KABARKALTIM.CO.ID-
Menurut Camat Muhammad Tahir Pekang, warganya di
Kecamatan Sandaran, Kabupaten Kutai Timur (Kutim), provinsi Kalimantan Timur
(Kaltim) menolak menerima beras miskin (raskin)
bukan karena mereka semua sudah sejahtera. Tapi warga yang sejatinya
mendapat bantuan raskin dari pemerintah tidak mau menerima karena ongkos
angkutnya dari Samarinda sampai di Sandaran jauh lebih mahal ketimbang harga
raskin itu sendiri.
“Mohon dipertimbangkan. Bukannya warga kami menolak raskin.
Mereka masih sangat membutuhkan raskin sekira lima puluh ton. Hanya saja, untuk
mengangkut raskin ke lokasi tujuan ongkos angkutnya mahal,” kata Tahir Pekang
dalam rapat koordinasi di ruang Meranti, Kantor Bupati, Bukit Pelangi, Senin
(13/6/2016).
Tahir Pekang menjelaskan, kapalnya bersedia mengangkut barang kalau muatannya sudah capai 150 ton.
Dengan alasan pihak kapal itu tidak merugi. Tapi kalau muatan kapal itu kurang
di bawah 150 ton raskin, mereka tidak mau. Sementara subsidi sewa transportasi raskin yang ditanggung
pemerintah hampir dipukul sama nilainya dengan daerah yang
letaknya jauh di pesisir dengan yang dekat.
“Ongkos angkutnya lebih banyak daripada harga raskin. Itulah
sehingga warga Sandaran menolak terima raskin,” terangnya.
Oleh karena itu, melalui camat Sandaran, warga tani yang
mencari nafkah di pesisir paling ujung wilayah Kutim memohon agar permasalahan
pangan kedepan bisa teratasi dengan cara pemerintah menyalurkan bantuan bibit
benih padi kepada petani Sandaran. Karena kemarau lalu para petani gagal panen.
Sementara lahan yang cocok untuk ditanami padi di wilayah Sandaran seluas 370
hektare lebih. (ri)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar