Juni 20, 2016

Lokalisasi Kalau Sudah Tutup, Ya Ditutup

Bupati Ismunandar.(bahar sikki/kk)
SANGATTA.KABARKALTIM.CO-ID- Bupati Ismunandar bicara tegas dalam rapat koordinasi membahas prostitusi di wilayah Kabupaten Kutai Timur (Kutim). "Lokalisasi kalau sudah tutup, ya ditutup," tandasnya di ruang Meranti, Kantornya, Bukit Pelangi, Senin (20/6/2016).

Penutupan lokalisasi sesungguhnya sejak 2013 sudah digelar, dengan terbitnya SK (surat keputusan, Red)  bupati Kutim tentang penutupan lokalisasi Kampung Kajang (KK). Namun  penertiban aktivitas  pelacuran di lokalisasi KK baru insentif rutin dilakukan setelah intruksi pelarangan secara nasional praktik pelacuran di bumi Indonesia berdasar peraturan pemerintah serta surat edaran Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak.

"Hati-hati! Yang bening belum tentu sehat," kata bupati Kutim. Ismunandar mengingatkan kepada semua pihak, bahwa wanita cantik tidak ada menjamin, bahwa mereka bersih dari penyakit. Apalagi wanita yang bekerja di tempat hiburan malam (THM) perlu diwaspadai jangan sampai membawa petaka bila berhubungan. Bukan hanya petaka bagi diri sendiri tapi berpotensi pula membawa petaka terhadap keluarga.

Penutupan lokalisasi di Kutim bukan hanya pada Ramadan 1437 Hijriah ini, tapi penutupan tempat esek-esek dilakukan secara terus menerus. Dan itu akan diawasi secara rutin Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Satpol PP sudah melakukan razia H+1 Ramadan, dan berhasil menjaring 42 wanita pekerja sosial (PKS). PSK tersebut didata dan suruh buat pernyataan tertulis untuk tidak mengulangi perbuatannya tidak dibenarkan menurut ajaran agama.


Ketika razia kembali digelar Minggu malam (19/6/2016), anggota Satpol PP menjaring 9 orang. Masing-masing 6 PSK dan 2 mucikari di lokalisasi Tenda Biru, Desa Martadinata, Kecamatan Teluk Pandan. Sembilan orang tersebut akan menjalani proses hukum tindak pidana ringan di pengadilan negeri. "Bukan hanya PSK dirazia, tapi gelandangan dan pengemis diincar. Panti pijat pun kami razia," tukas Kepala Satpol PP Rizali Hadi usai ikuti rapat koordinasi.

Lokalisasi diduga penyumpang terbesar penularan penyakit HIV/AIDs. Sudah ada 38  dari 196 penderita AIDs meninggal dunia. Penyakit HIV/AIDs tidak hanya menjangkiti pelaku penyimpang, tapi juga sudah tertular pada orang yang berbuat salah seperti ibu rumah tangga maupun kepada anak-anak. "Bayi sudah ada juga kena HIV/AIDs. Bayi itu kita beri obat anti retro viral  atau ARV agar kekebalan tubuhnya bisa bertahan. Walau penyakit HIV/AIDs belum  bisa disembuhkan, tapi mencegah virus berkembang, itu bisa dilakukan secara medis," kata dr Rahman. (ri)
Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Follow Kami

NEWS UPDATE

POPULER

INFO LOWONGAN KERJA

JADWAL PENERBANGAN BANDARA SAMS SEPINGGAN BALIKPAPAN

INFO CUACA KALTIM