PENAJAM,
KABARKALTIM.CO.ID-Transportasi laut berupa kapal kelotok, speetboat maupun kapal feri
saat ini memang bisa dikatakan transportasi primadona di Kabupaten
Penajam Paser Utara (PPU). Karena memang selama ini hanya transportasi
itu yang ada untuk menghubungkan Kabupaten PPU-Kota Balikpapan bagi
masyarakat PPU, Paser maupun Kalimantan pada umumnya.
Walaupun
sejumlah angkutan ini dibilang mahal, namun apa dikata tidak ada
pilihan lain yang lebih baik. Jika menggunakan kendaraan roda empat
melalui feri harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 300 ribu sekali
jalan, roda dua Rp 30 ribu. Sementara penyeberangan menggunakan
angkutan kapal kelotok roda dua Rp 25 ribu. Sementara kelotok hanya
mampu mengangkut kendaraan roda dua dan penumpang manusia.
Belum lagi hal-hal lain yang perlu diperhitungkan ketika masyarakat menggunakan transportasi laut seperti speedboat dan kelotok yang selama ini digunakan. Kurangnya sistem keamanan yang digunakan, kerap menimbulkan kecelakaan laut dalam penyebrangan ini. Seperti belum lama ini telah terjadi kecelakaan berupa tabrakan antara speedboat penumpang umum dengan speedboat perusahaan. Akibatnya sejumlah penumpang umum meninggal dunia.
Sebenarnya masih ada alternatif lain jika mereka mau. Yaitu jalur darat melalui silkar Kelurahan Petung - Kecamatan Sepaku tembus Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara. Namun jika dihitung-hitung, perjalanan ini harus menempuh lebih dari 100 kilo meter. Belum lagi mereka harus dihadapkan dengan kondisi jalan yang kurang baik dan berlubang. Tentu sebuah perjalanan yang sangat melelahkan.
Melihat kondisi ini, ketika sejumlah masyarakat dimintai keterangan terhadap rencana pembangunan Jembatan Tol PPU-Balikpapan menyatakan sangat mendukung. Bahkan dari mereka mempertanyakan kapan mulai dikerjakan pembangunan jembatan tersebut.
Seperti Indra warga Kabupaten Paser salah satunya. Ketika dirinya akan melakukan perjalanan ke Kota Samarinda menggunakan mobil. Di sela-sela antre menuju kapal feri inilah dirinya dimintai keterangan tentang rencana pembangunan jembatan Tol-PPU-Balikpapan.
Ia mengatakan, selama ini dirinya sering melakukan perjalanan bolak-balik Paser-Samarinda melalui kapal pery di PPU untuk urusan usaha. Jika dihitung-hitung kata dia, waktu tempuh perjalanan PPU-Balikpapan sejauh 5 kilometer menggunakan feri setara dengan perjalanan Paser-PPU yang jaraknya mencapai 100 kilometer, yaitu lebih dari dua jam perjalanan.
“Belum lagi biaya transfortasi yang harus dibayar cukup mahal. Oleh karena itu tentu kami sangat mendukung sekali adanya jembatan Tol-Balikpapan tersebut. Karena selain akan menghemat biaya perjalanan yang terpenting adalah waktu kita akan sedikit terbuang," terang Indra.
Dirinya menambahkan, sekali waktu pernah lewat jalur darat melalui Kecamatan Sepaku. Namun lagi-lagi kata dia, perjalanan intu sangat menyita waktu. Untuk tembus ke Kecamatan Samboja harus menempuh perjalanan selama dua jam lebih. Sementara kondisi jalan Provinsi ini masih kirang baik. “Semoga jembatan Tol PPU-Balikpapan ini cepat terwujud," harap dia.
Senada itu dukungan juga disampaikan Inem warga Kecamatan Waru Kabupaten PPU. Ketika dirinya akan menggunakan kelotok, media ini menyempatkan minta keterangan terkait pembangunan Jembatan Tol PPU-Balikpapan saat ini.
“Kami sangat mendukung rencana pembangunan jembatan Tol PPU-Balikpapan tersebut,“ ungkap Inem.
Diungkapkan Inem, selama ini dirinya kerap ke Balikpapan hanya menggunakan kapal kelotok atau speedboat. Namun dirinya mengungkapkan sangat kesulitan, karena harus membawa sepeda motor menggunakan jasa kapal kelotok. Belum lagi jika kondisi laut keadaan surut. Kondisi ini membuat tangga semakin tinggi dan licin.
“Resiko yang dihadapi tentu sangat besar. Selama ini tidak jarang kami temui penumpang lain terpeleset hingga terjatuh, penumpang kesulitan turun ke kapal karena tinggi dan licin dan sebagainya. Semoga jembatan Tol PPU-Balikpapan ini cepat terwujud, sehingga kami tidak kesulitan lagi seperti ini, “harapnya.
Ini hanyalah beberapa ungkapan dukungan masyarakat terhadap rencana pembangunan jembatan Tol PPU-Balikpapan. Sesungguhnya dari sejumlah hasil wawancara yang dilakukan kepada masyarakat yang akan melakukan penyeberangan saat itu, sebagian besar memberikan dukungan untuk terwujudnya pembangunan jembatan penghubung tersebut. Bahkan di antara mereka mengungkapkan sangat menyayangkan jika ada pihak-pihak yang masih tidak mendukung jembatan.
“Kita ini berada di Provinsi terkaya, kenapa pembangunan jembatan yang terang-terang dibangun untuk kesejahteraan masyarakat masih tidak kita dukung,“ terang salah satu warga. (humas6/subur priono)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar