Jujur, kesan sentimentil akan langsung terasa saat memasuki kawasan mangrove ini, riuk pikuk musik alami akan semakin menghanyutkan rasa wisatawan. Mengapa tidak, ditengah riuk pikuk suara mesin kendaraan dan pabrik yang mewarnai telinga kita sebagai masyarakat perkotaan, akan beralih penuh dan seakan terhanyutkan oleh dunia yang lain ketika berada di kawasan ini.
Terlebih saat menyusuri sungai mengitari kawasan mangrove, pemandangan alami di sekitar seakan menjadi penyejuk dan penyegar klopak mata saat menatap paduan nuansa siluet langit dan hijau daun mangrove bahkan jika beruntung keliaran si Bekantan akan turut menghiasi tatapan kita. Bekantan yang adalah satwa khas Kalimantan yang juga dikenal dengan sebutan si monyet Belanda atau bagi wisatawan asing mengenal dengan istilah proboscis monkey atau long noose monkey tsb masih terdapat dan melestari di kawasan ini yang menjadi salah satu rumah tinggal (habitat) nya.
Perahu wisata yang disumbangsihkan oleh Kementrian Kelautan RI turut menambah sentimentil rasa saat mengitari kawasan ini, apalagi bukan saja pemandangan kawasan hijau mangrove tetapi juga aktivitas masyarakat di tepian Barat kota Balikpapan dapat pula menjadi santapan pandangan dengan kegiatan memancing mereka di pinggiran pipa air suply dari kawasan sungai Wain untuk Kilang Pertamina Balikpapan. Bahkan jika kunjungan dilakukan saat sore hari menjelang petang, keindahan mentari terbenam akan semakin memperkaya pesona kekaguman kita terhada karya cipta Sang Khalik.
Cukup dengan meluangkan waktu sekitar satu jam maka semua eksostisme nan sentimentil tersebut akan menjadi santapan yang menyegarkan bukan saja untuk mata namun juga pada ketenangan jiwa dan segarnya rasa. Mari luangkan waktu dan kunjungi Kawasan Hutan Mangrove Balikpapan. (kabarkaltim-aw2015)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar