![]() |
Pengurus yayasan, kepala sekolah dan guru foto bersama usai perayaan Imlek |
Acara berlangsung di halaman sekolah yang luasnya satu setengah kali lapangan basket di Jalan Bukit Niaga RT 11 No 37 Klandasan Ilir Kecamatan Balikpapan Kota, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur.
Hadir pada acara itu siswa-siswi taman kanak-kanak, SD dan SMP Tunas Budi Luhur yang mewajibkan siswanya mendapatkan pengajaran tiga bahasa utama : Indonesia, Mandarin dan Bahasa Inggris.
Acara ini disiapkan hanya dalam waktu seminggu saja, "semua dadakan, tetapi karena begitu antusias para orang tua murid. Semua dibantu, dibuatkan panggung, maka acara ini bisa digelar," imbuh Rida.
Selain itu, dia menyatakan terima kasih kepada seluruh pengurus yayasan yang hadir pada acara itu, masing : Irawan Adhi Chandra (ketua), Sandja Kuantita, Koesnadi Koharsoebroto (wakil ketua) yang juga hadir bergabung pada acara itu.
Potongan 50 Persen
Giliran Ketua Yayasan Tunas Budi Luhur, Irawan Adhi Chandra memberika sambutan. Dia mengaku terkejut dan bangga atas acara yang dilaksanakan oleh panitia. Apalagi persiapannya hanya seminggu. "Sungguh membanggakan. Saya ucapan terima kepada panitia, terutama komite sekolah beserta orang siswa yang sudah memberikan bantuan luar biasa ini," katanya.
Bukan hanya bantuan saja, tetapi para orang tua siswas sekolah itu juga tampil menyumbangkan lagu dan tari untuk memeriahkan acara tersebut. Irawan berharap kepedulian para orang tua siswa bisa semakin mendorong kemajuan dan pengembangan sekolah Tunas Budi Luhur.
Acara hiburan dilanjutkan dengan menampilkan ucapan selamat tahun baru Imlek dalam Bahasa Inggris yang dibawakan Marchel (kelas VI), lalu adik kelasnya bernama Narchello (kelas IV) melantunkan lagu dari khas Sulawesi Selatan 'Anging Mamiri'. Lagu ini merupakan kisah tentang seseorang yang merantau tak pernah pulang dan menitipkan kerinduan lewat angin.
Muncul di panggung bunyi-bunyi keras antara simbal dan perskusi mengawali atraksi barangosari. Pada saat itulah, seluruh penonton mulai pengurus yayasan, guru dan siswa memasukkan angpao ke mulut barangosai.
Tiba giliran terakhir, saat muncul Dewa Uang. Adalah Kho Ming Kuang berubah menjadi Dewa Uang. Mengenakan pakaian ala Dewa Tiongkok berwajah merah, membawa pundi-pundi berisi uang. Dia tampil di panggung, sementara para siswa sekolah berebutan amplop merah yang disebarkan oleh sang Dewa Uang. Mereka bersorak-sorak berebut amlop merah yang disebarkan sang dewa.
Kho King Kuang yang datang bersama istrinya Inneke, adalah orang tua Candita, Deta dan Chatra semua siswa di sekolah tiga bahasa Tunas Budi Luhur. (priyo suwarno)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar