Selain itu, lanjut bupati, Pemkab Kutim menerima penghargaan dari Kementerian Dalam Negeri terkait kepeduliannya memberi subsisdi iuran pelanggan miliaran rupiah selama 3 bulan (September, Oktober, November 2021).
Untuk itu, kepada manajemen PDAM Kutim yang baru saja dilantik, diinstruksikan melaksanakan tugas berat dengan jujur, sesuai peraturan, dan penuh tanggungjawab. Ini kesempatan untuk mengabdikan diri mengelola air baku hingga jadi air bersih layak konsumsi yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat.
Lakukan inovasi dasar terkait infrastruktur, keuangan, dan teknik, sehingga PDAM sanggup siapkan air bersih yang bermutu baik. Adanya Direktur Teknik Gayu, insya Allah mampu mengelola serta memanfaatkan air baku hingga layak diminum.
“Hilang imej, bahwa PDAM itu adalah perusahaan daerah air mandi,” harapnya.
Ardiansyah menyatakan, secara geografis wilayah Kutim terbilang luas, dan tidak kekurangan air baku. Baik itu air di permukaan maupun air dalam tanah. Tapi, sayangnya hingga Desember 2021 PDAM belum mampu menyuplai air bersih. Ini karena masih kekurangan sarana prasarana. Termasuk belum tersambungnya semua instalasi pipa PDAM ke rumah-rumah penduduk. “Ini merupakan PR (Pekerjaan Rumah, Red). PDAM,” pungkasnya.
Bupati Kutim juga puya mimpi, agar kedepan air laut bisa diolah menjadi air bersih siap konsumsi. Kendati orang nomor satu di pemerintahan Kabupaten Kutai Timur (Kutim) sadar akan biaya pengolahan yang dimaksud. Air laut diolah menjadi air bersih segmen pasarnya bukan untuk warga, tapi lebih pada perusahaan. Sebanyak 800-an perusahaan di Kutim. Kalau PDAM mampu kelola air laut menjadi air minum, potensi bisnisnya lumayan menjanjikan. (baharsikki)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar