November 23, 2021

Dokter Bahrani : Bayi Stunting Bukan Kena Gizi Buruk

KUTIM, KABARKALTIM.CO.ID - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur Dokter Bahrani menyatakan, stunting bukan berarti gizi buruk. Tapi stunting itu lebih berkaitan dengan perkembangan kecerdasan otak bayi. Bila 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) bayi atau sekira tiga tahun -lama dikandung + pasca lahir 2 tahun- buah hati yang dimaksud ini bila tidak tertangani sesuai standar medis, maka bayi tersebut bisa masuk kategori kena stunting. “Karena delapan puluh persen perkembangan otak bayi sangat ditentukan masa seribu hari kelahiran pertama,” kata Bahrani sesaat menggunting pita didampingi Camat H Amir menandai launching Pusat Penanganan Jaring Tangani Stunting (Pusparita Stunting) di Puskesmas Teluk Pandan, Selasa (23/11/2021). 
Lanjut dia, kalau balita itu sudah kena stunting, maka perkembangan otak terkait kecerdasan tidak bisa lagi diapa-apai. Cuma yang bisa dilakukan adalah memperhatikan tumbuhkembang fisik anak saja. Yakni 20 persen itu dengan asupan gizi berimbang dan memadai. Karena secara ilmu kedokteran dengan fasilitas teknologi yang ada belum mampu mencapai cara penyembuhan kecerdasan otak yang stunting. 
 
“Kita di Indonesia masih banyak seorang produktif bekerja menanggung tiga orang. Beda di negara maju, dua orang pekerja bisa menanggung satu orang,” jelasnya. 
Oleh karena itu, urusan stunting adalah urusan kita semua. Tapi jangan dianggap orang bertubuh kecil itu kena stunting. Contoh, Prof. DR. Ir (Ing) BJ. Habibie orangnya kecil tapi pintar. Atau sebaliknya. Dengan peresmian Pusparita Stunting Teluk Pandan, akan menjadi pilot project di kecamatan lain dalam wilayah Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur guna memaksimalkan pelaksanaan program pencegahan stunting pada bayi. Camat Teluk Pandan mengatakan, seyogyanya warganya tidak ada yang kena stunting. Kenapa? Di Teluk Pandan banyak makanan bergizi, seperti sayur dan ikan. Cuma data yang ada, justru warga Teluk Pandan termasuk tinggi angka stuntingnya. 
“Ada yang secara fisik tubuhnya tampak kecil, sehat dan kedua orangtuanya memang berpostur tubuh kecil. Bayi itu tercatat sebagai stunting,” ungkap Amir disambut tawa para pendengar. 
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Diskes Adianto Hermawandi menyebutkan, tahun 2020 angka prevalensi stunting di Kutim capai 13 persen. Dan, Kecamatan Teluk Pandan saja 27 persen dari data 605 bayi. Tahun 2021 ini, sasaran di Kutim 26.881 bayi. Per Februari 2021 telah dilakukan pengukuran 6.542 bayi, atau 24 persen. Untuk itu perlu didorong agar masyarakat akfit membawa bayi di Posyandu terdekat untuk dilakukan pengukuran. Tentu ini terlaksana sesuai rencana bila semua pihak ikut berpartisifasi. Termasuk peran aktif perusahaan, tokoh masyarakat, tokoh agama dan kesadaran penuh dari warga setempat. Dana CSR (Corporate Social Responsiilty, Red), atau dana kepedulian sosial PT Indominco di Teluk Pandan masih sangat diperlukan ke depan. (baharsikki)
Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Follow Kami

NEWS UPDATE

POPULER

INFO LOWONGAN KERJA

JADWAL PENERBANGAN BANDARA SAMS SEPINGGAN BALIKPAPAN

INFO CUACA KALTIM