JAKARTA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo memaparkan empat alasan penting mengapa generasi muda perlu merawat kebhinekaan. Pertama, karena keberagaman adalah fitrah kebangsaan yang tidak dapat diingkari dan pungkiri. Sejak bangsa Indonesia mendeklarasikan diri sebagai sebuah negara yang hidup dalam kemajemukan budaya, suku, ras, dan agama, sejak saat itulah konsep kebhinekaan telah menyatukan semuanya dalam satu ikatan kebangsaan.
"Kedua,
karena sesungguhnya perbedaan adalah sesuatu yang alamiah dan telah
menjadi ketentuan ilahiah. Allah menciptakan kita beraneka ragam. Bahkan
bila berani jujur pada diri sendiri, dalam satu golongan yang sama pun,
masih dapat kita temukan adanya perbedaan," ujar Bamsoet saat mengisi
Sosialisasi Empat Pilar MPR RI kepada Badan Koordinasi Nasional Forum
Komunikasi Mahasiswa Kekaryaan (Bakornas Fokusmaker) dan Anggota BEM
dari lima Universitas Jakarta secara virtual, dari Ruang Kerja Ketua MPR
RI, Jakarta, Kamis (1/10/2020).
Turut
serta Sekjen Bakornas Fokusmaker Azka Aufary Ramli, Ketua Presidium
Mahasiswa Universitas Trisakti Dino Ardiansyah, Ketua BEM Universitas
Krisnadwipayana Dwiki Hendra Saputra, Ketua BEM Universitas MH Thamrin
AKA Geys Amar, dan Ketua BEM Universitas Muhammadiyah Ronaldo Zulfikar.
Ketua
DPR RI ke-20 dan Wakil Ketua Umum Depinas SOKSI ini menambahkan, alasan
ketiga karena ancaman terhadap nilai-nilai kebhinekaan sangat nyata.
Dalam perjalanan sebagai sebuah bangsa, sikap intoleransi terhadap
keberagaman selalu mewarnai kehidupan kebangsaan. Misalnya pada saat
berlangsungnya kontestasi politik yang terkadang memanfaatkan politik
identitas sebagai alat perjuangan.
"Sebagai
gambaran, dalam kurun waktu tahun 2014 hingga 2019, SETARA Institute
mencatat terjadinya 846 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama.
Artinya, rata-rata setiap bulan terjadi 14 peristiwa pelanggaran
kebebasan beragama. Ini adalah gambaran nyata bahwa penghormatan
terhadap kebhinekaan belum sepenuhnya dapat diwujudkan," tandas Bamsoet.
Kepala
Badan Bela Negara FKPPI ini melanjutkan, alasan keempat, dengan
kemajemukan dan kondisi geografis serta kekayaan sumber daya alam yang
menempatkan Indonesia sebagai 'center of gravity' komunitas global. Hal
ini menjadikan bangsa Indonesia rapuh terhadap pengaruh dan infiltrasi
asing. Maka penghormatan terhadap nilai kebinekaan dalam bingkai NKRI
menjadi syarat mutlak untuk menjaga kedaulatan kita sebagai sebuah
bangsa.
"Gagasan
Nawa Cita yang menjadi pondasi perjuangan Presiden Joko Widodo sejak
memimpin Indonesia pada tahun 2014, pada hakikatnya adalah konsep
jawaban atas berbagai problematika kebangsaan yang selama ini kita
hadapi, salah satunya terkait merebaknya intoleransi dan krisis
kepribadian bangsa. Gagasan Nawa Cita sendiri merupakan penjabaran dari
Trisakti yang diambil dari buah pikiran Bung Karno, yaitu berdaulat di
bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam
kebudayaan," tutur Bamsoet.
Wakil
Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menjelaskan, upaya merawat kebhinekaan
sangat jelas terlihat dari berbagai butir dalam Nawa Cita. Antara lain,
menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, membangun Indonesia dari
pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka negara
kesatuan, menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya. Selain,
melakukan revolusi karakter bangsa, serta memperteguh kebhinekaan dan
memperkuat restorasi sosial Indonesia.
"Selaras
dengan hal tersebut, MPR RI senantiasa konsisten melaksanakan
pembangunan karakter bangsa melalui pemasyarakatan Empat Pilar MPR RI
kepada seluruh elemen masyarakat. Empat Pilar MPR adalah Pancasila
sebagai dasar negara, landasan ideologi, falsafah, etika moral serta
alat pemersatu bangsa, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 sebagai landasan konstitusional, negara kesatuan republik
Indonesia (NKRI) sebagai konsensus kebangsaan serta bhinneka tunggal ika
sebagai semangat pemersatu dalam kemajemukan bangsa," pungkas Bamsoet.
(*/kg)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar