GERAKAN Pramuka (Indonesia Scout Movement) yang lahir pada 14 Agustus 1961 saat ini genap berusia 58 tahun. Tahun emasnya telah terlewati beberapa tahun silam. Sebagai satu-satunya gerakan kepanduan di Indonesia, Pramuka terbukti memberikan sumbangsih dalam menyiapkan generasi muda untuk membangun masyarakat. Namun fakta lain menunjukkan kini Pramuka makin ditinggalkan oleh generasi muda. Padahal, upaya maksimal merebut kembali hati generasi muda agar kembali menggandrungi aktivitas kepramukaan telah dilakukan, misalnya dengan mencanangkan revitalisasi Gerakan Pramuka per 14 Agustus 2006 lalu.
Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, tentu saja upaya pembenahan Gerakan
Pramuka makin ditingkatkan. Sebelumnya, Pramuka hanya berpayung Keputusan
Presiden (Keppres) Nomor 283 Tahun 1961. Dengan lahirnya UU tersebut,
diharapkan Gerakan Pramuka makin kuat karena ada dukungan penuh dari pemerintah
dan rakyat yang diwakili oleh DPR
Revitalisasi Pramuka masih dirasakan
sebagai wacana, jauh panggang dari api. Padahal tak sedikit kucuran dana dari
pemerintah bagi tiap kwartir yang digelontorkan untuk menggerakkan Pramuka agar
lebih aktiv.Penguatan melalui UU dan kucuran dana ternyata belum mampu merubah
gerakan Pramuka lebih dinamis dan mordenis.
Pramuka kini masih menjadi
organisasi kolot, monoton, jadul dan kuno dirasa bagi sebagian remaja atau
siswa disekolah. Bahkan bagi sebagian guru, mengurus Pramuka merupakan paksaan
menjadi Pembina, lantaran menjadi Pramuka bukan lahir dari ketulusan. Sedangkan
bagi pengurus Ranting, Kwarcab hingga Kwarda, Pramuka hanyalah sampingan. Tak
heran jika mental-mental Pramuka menjadi rapuh. Karena pengampunya tak pernah
bersungguh-sungguh.
Perlu kita ingatkan kembali seperti
dicita-citakan Bapak Pramuka Dunia, Baden Powell saat melahirkan pandu
(Pramuka) yang menegaskan pengabdian ditujukan terhadap Tuhan (duty to the
God), terhadap sesama (duty to others), terhadap diri sendiri (duty to self),
juga yang terpenting adalah terhadap Tanah Air: bangsa dan negara (duty to
country). Cita-cita mulia ini hanya bisa ditularkan oleh insan-insan Pramuka
yang berjiwa pengabdian.
Pembentukan karakter yang tangguh
bagi generasi muda merupakan hal yang penting dan bahkan menentukan nasib
bangsa dan negara. Kita sering mendengar perlunya generasi muda memiliki
kepribadian yang kuat, bersemangat, ulet, pantang menyerah, disiplin, inovatif,
dan mampu bekerja keras. Pramuka harus berperan penting dalam membentuk
karakter generasi muda, yang pada muaranya membentuk karakter bangsa
Ini mungkin revitaslisasi ideal yang diharapkan dari Pramuka. Namun langkah kongkrit menuju harapan itu terkesan masih terseok-seok dan jalan ditempat.
Ini mungkin revitaslisasi ideal yang diharapkan dari Pramuka. Namun langkah kongkrit menuju harapan itu terkesan masih terseok-seok dan jalan ditempat.
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
menitipkan pesan untuk para anggota Prajamuda karana di HUT ke-57 Pramuka lalu
saat menjadi Irup di lapangan Gajah Mada, Taman Rekreasi Wiladatika, Cibubur,
Jakarta Timur. Pesan pertama Jokowi adalah mengingatkan kepada penegak ataupun
penggalang dari anggota Tunas Kelapa ini untuk selalu setia kepada Pancasila
sebagai dasar negara.
Jokowi kemudian berpesan agar
anggota Pramuka menjadi generasi yang haus akan prestasi. Pramuka dilatih
dengan cara-cara kreatif dan kekinian, sehingga lebih dekat dengan generasi
milenial. Tujuannya untuk menanamkan rasa bangga dan cinta tanah air di dalam
diri setiap anggotanya sesuai dengan perkembangan zamannya.
Pendekatan kekinian tersebut, menurut Jokowi harus dilakukan karena generasi Pramuka sekarang adalah generasi milenial atau generasi Y, yang cara berpikirnya sangat berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Oleh karena itu, menurut Jokowi, gerakan Pramuka harus melakukan terobosan. Jangan berpikir linier dan terjebak dengan cara-cara rutinitas monoton.
Pendekatan kekinian tersebut, menurut Jokowi harus dilakukan karena generasi Pramuka sekarang adalah generasi milenial atau generasi Y, yang cara berpikirnya sangat berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Oleh karena itu, menurut Jokowi, gerakan Pramuka harus melakukan terobosan. Jangan berpikir linier dan terjebak dengan cara-cara rutinitas monoton.
Pramuka juga harus merevitalisasi
oraganisasinya agar dapat membentuk generasi muda yang tangguh, berakhalak
mulia, dan inovatif. Revitalisasi gerakan Pramuka diperlukan karena tantangan
yang dihadapi generasi muda sekarang sangat berbeda dengan apa yang kita hadapi
di masa lalu.
Menafsirkan maksud Presiden Jokowi
itu sangat jelas. Bahwa Pramuka tidak boleh monoton, kuno dan jadul dalam
berikprah menjalankan organisasi ini, Pramuka harus mampu menyesuaikan pada
perkembangan zaman. Kegiatan-kegiatan yang monoton dan kuno akan menggerus
minat generasi milineal ini pada Pramuka yang konon tempatnya orang-orang muda
giat berkerja,
Sudah waktunya pembina-pembina
memberi kesempatan pada generasi muda mengambil peran yang strategis dalam
menjalankan Pramuka. Biarkan generasi milienal ini mengkreasikan Pramuka yang
modern, kreativ dan kekinian. Yang penting nilai - nilai dasar Dasa Dharma dan
Tri Satya menjadi pondasi yang tak boleh bergeser. Pembina cukup memberikan
dorongan , motivasi dan arahan.
Momentum 58 tahun Pramuka harus
mampu mengembalikan eksistensi semangat bagi pandu-pandu Tunas Kelapa ini
intropeksi diri. Mereka tidak boleh terlena dalam romantisme sejarah kebesaran
Pramuka di era 60-80-an. Zaman sudah berubah sangat cepat, tangan kehidupan
semakin besar. Pramuka harus memberi bekal bagi generasi muda atas perubahan
dan tantangan perubahan zaman tersebut.
Bukan malah berkutat pada aktivitas
kreativitas monoton tak applicable saat ini. Menurut penulis yang pernah
merasakan menjadi bagian dari Pramuka hingga saat ini, Pramuka itu adalah
kebanggaan, keikhlasan menjadi pandu Tunas Kelapa. Ada jiwa ketakwaaan pada
Tuhan, pratriotisme, mencintai sesama manusia, semangat gotong royong,
bertanggung jawab, suci dalam setiap kata dan perbuatan. Betapa hebatnya jika
generasi bangsa memiliki mental dan perilaku ini, disesuaikan dengan
perkembangan zaman.
Revitalisasi Pramuka mungkin bisa terwujud, jika semua pihak
mau berbenah diri. Mengembalikan eksistensi Pramuka sejatinya siap berkarya dan
berguna dimana saja dan kapan saja, seperti filosofi Tunas Kelapa yang
bermanfaat untuk apa saja.
Wahai pandu Tunas-tunas Kelapa, segeralah merekontruksi
kreativitas dirimu, agar mampu menjawab tantangan bangsamu. Jika dalam giatmu
hanya diisi tepuk tangan dan lagu-lagu, tak heran cap kuno dan jadul pantas
tersandang untukmu. Dirgahayu 58 tahun gerakan Pramuka, revitalisasilah dirimu.
(*)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar