Bupati Ismunandar. (baharsikki/kk) |
KUTIM,
KABARKALTIM. CO.ID- Kabupaten Kutai Timur (Kutim) adalah bagian
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tak mungkin Pemkab
melarang orang datang di Kutim. Apalagi yang datang itu, kebanyakan
adalah warga negara Indonesia. Yang datang di Kutim ini adalah
pencari kerja. “Pendatang baru rata-rata miskin. Belum punya
rumah,” beber Bupati Ismunandar di kantornya, Kawasan Bukit
Pelangi, Senin (10/9/2019).
Ketika
pendatang baru ini didata, maka sudah pasti mereka termasuk penduduk
miskin. Apalagi usai lebaran Idulfitri 1440 Hijriah, mungkin penduduk
Kutim bertambah lagi.
Terkait
dengan seorang warga Bengalon, serta seorang warga Gang Durian
Sangatta dikabarkan kena busung lapar, bupati Kutim mengimbau tim
kesehatan terus proaktif bekerja di lapangan. Menggiatkan pelaksanaan
program Kampung KB dan Posyandu merupakan solusi untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
“Dahulu
ada kejadian. Seorang ibu bersalin, dan tidak mampu membayar ongkos
persalinan. Setelah ditelusuri, ternyata ibu ini berkunjung di Kutim,
pendatang baru dan melahirkan di sini. Yang semacam Ini kadang
memang tidak terdata selaku penerima Jamkesda,” jelas Ismunandar.
Orangtua
anak Bengalon ini bekerja di perusahaan perkebunan kelapa sawit
sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL). Sebagai KHL perusahaan tidak
mendaftarkan selaku penerima Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
dikelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Pekerja
status KHL tidak mendapat perlakukan seperti pekerja status karyawan
tetap. Untuk itu Pemkab Kutim lewat Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi terus berupaya bagaimana kedepan KHL ini bisa masuk
menjadi peserta JKN. Pemkab masih cari formula, bagaimana kedepan
pekerja status KHL diatur agar tidak terkesan dianaktirikan
perusahaan.
Masalah
kemiskinan, bukan berarti hanya dirasakan bagi pendatang baru di
Kutim. Tapi penduduk lama pun masih ada yang tergolong miskin.
Contoh, pekerja kontrak masih ada yang digaji di bawah standar upah
minimum kabupaten. Kenapa daerah kaya, tapi masih ribuan penduduknya
miskin. Ini salah siapa?: pemerintah, perusahaan atau orang itu
sendiri. (baharsikki)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar