Mei 28, 2019

Generasi Muda dan Polri : Pentingnya Segera Merajut Kebangsaan Pasca Pilpres


GENERASI muda jangan hanya siap bertanding saja, namun juga harus siap bersanding manakala kalah dalam permainan di semua tingkatan. Mulai dari Pilkades, Pilkada hingga Pilpres. Hal ini penting dalam menjaga keutuhan bangsa. Bambang Soesatyo atau Bamsoet juga mengingatkan Polri, agar lebih bijaksana dalam menangani aksi unjuk rasa agar Polri tidak selalu menjadi target serangan atau pelampiasan amarah sejumlah orang. 

“Dari kecenderungan itu, saya mendorong pimpinan Polri mencermati dan mendalami kasus-kasus serangan terhadap anggota dan sejumlah objek milik Polri. Respons terukur Polri terhadap kecenderungan itu perlu untuk menjaga moral prajurit dan menjaga optimisme masyarakat,” ujar Bamsoet di sela-sela acara Silaturahmi dan Buka Puasa Bersama dengan para tokoh Kelompok Cipayung di Jakarta, 27 Mei 2019. Acara yang digelar oleh Kementerian Perguruan Tinggi dan Ristek dengan tema “Merajut Kebangsaan Pasca Pilpres” itu dihadiri banyak tokoh Kelompok Cipayung. 
Antara lain Menristekdikti Mohamad Nasir, Akbar Tanjung, Theo Sambuaga, para Ketua Umum dan Sekjen Organisasi Ekstra Kampus yang tergabung dalam Kelompok Cipayung Plus (PMII, PMKRI, GMKI, GMNI, HMI, IMM, Hikmabudhi, KMHDI) dan alumni. Polri, kata Ketua DPR, tidak boleh terlihat lemah di mata dan benak masyarakat. Sebaliknya, Polri harus responsif terhadap segala bentuk serangan yang bertujuan memperlemah moral prajurit dan merusak citra institusi Polri.

Kedua upaya itu terlihat cukup intensif akhir-akhir ini. Setelah serangan dan pembakaran mobil di sekitar Asrama Brimob Petamburan, Jakarta Barat dan pembakaran pos polisi di Jalan Wahid Hasjim, Jakarta Pusat pada 22 Mei lalu, serangan itu berlanjut pada dua kota di Jawa Tengah, jelang akhir pekan lalu. 

Mako Brimob Kompi 3 Batalyon B Watumas, Purwokerto, Banyumas, diberondong tembakan oleh orang tak dikenal pada Sabtu 25 Mei 2019 dini hari. Selain melukai seorang anggota Brimob, rentetan tembakan itu membuat genting pos jaga rontok. Sehari sebelumnya atau Jumat 24 Mei tengah malam, giliran Pos Polisi Pakis, Delanggu, Klaten, dibakar orang tak dikenal. 

Peristiwa pembakaran ini dibenarkan warga sekitar pos polisi di Jalan Solo-Yogyakarta, Kecamatan Delanggu. Serangan itu sudah barang tentu dilakukan oleh kelompok-kelompok yang marah dan dendam kepada Polri. Selain sel-sel teroris, tidak tertutup kemungkinan adanya kelompok lain yang menunggangi kemarahan para teoris. 

Kalau aksi damai di Jakarta bisa ditunggangi oleh kelompok perusuh, serangan terhadap prajurit dan objek Polri bisa juga ditunggangi oleh kelompok lain. Melengkapi rangkaian serangan itu, dibangun narasi tentang kebrutalan Polri ketika mengendalikan unjuk rasa pada 21-22 Mei 2019 di depan gedung Bawaslu di Jakarta. Disebarkan hoax tentang seorang bocah tewas akibat dipukuli oknum Brimob di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat. 

Ada orasi di depan massa yang menuduh polisi PKI karena menembaki umat Islam secara ugal-ugalan. Narasi-narasi atau hoax itu praktis bertentangan dengan persepsi masyarakat yang justru memberi apresiasi atas kerja keras dan kesabaran Polri menjaga keamanan dan ketertiban umum akhir-akhir ini. 

Dari rangkaian peristiwa itulah Ketua DPR mendorong pimpinan Polri mencermati dan mendalami kecenderungan tersebut. Cepat atau lambat, Polri harus memberi respons terukur. Polri mampu mengeliminasi ancaman teroris. Maka, Polri pun diharapkan bisa segera mengungkap kekuatan atau kelompok yang merancang serangan terhadap prajurit dan objek milik Polri. (bamsoet)
Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Follow Kami

NEWS UPDATE

POPULER

INFO LOWONGAN KERJA

JADWAL PENERBANGAN BANDARA SAMS SEPINGGAN BALIKPAPAN

INFO CUACA KALTIM