Armia (tngah) di depan kantornya. (baharsikki/kk) |
KUTIM,
KABARKALTIM. CO.ID- Mungkin hanya petani Desa Muara Pantun tidak
rugi di tengah kondisi harga Tandang Buah Segar (TBS) sawit anjlok.
Kenapa ? Kata Kepala Desa Muara Pantun Armia, karena warganya
menjalin kerjasama dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit.
Atas
kesadaran dibawah binaan pemerintah, warga Desa Muara Pantun
membentuk koperasi berbadan hukum. Dari Koperasi Pantun Jaya dan
Koperasi Gapoktan bermitra dengan PT Tapian Nadengan. Kerjasama
kemitraan kebun plasma ini, warga setempat sudah merasakan
manfaatkannya.
“Penghasilan
warga yang sudah berhasil kebun sawit plasmanya rata-rata dua juta
rupiah per bulan,” sebut Armia di aula Kantornya, Kamis
(24/1/2019).
Luas
wilayah Desa Muara Pantun 12.000 hektare persegi. Kebun sawit plasma
lebih dari 600 hektare, dan yang sudah berbuah, produksi seluas lebih
dari 200-an hektare. Harga TBS Rp 1.100 atau Rp 1.200 per kilogram.
Kalau umur sawit di atas lima tahun dijual Rp 1.200 per kilogram.
Kalau umur sawit di bawah 5 tahun maka harga TBS-nya Rp 1.100,-
/kilogram
“
Jadi
harga TBS di Muara Pantun, Telen tetap stabil, meskin harga TBS di
daerah lain terjun bebas,turun tajam,” jelasnya.
Jadi
warga Desa Muara Pantun lanjut Armia, 75 persen dari 2 ribu lebih
penduduknya bekerja di sektor perkebunan kelapa sawit. Ada yang
bekerja sebagai karyawan di perusahaan, dan 25 persen bekerja di non
perkebunan kelapa sawit.
Sebelum
perusahaan perkebunan kelapa sawit investasi di wilayah Kecamatan
Telen, Kabupaten Kutai Timur, masyarakat setempat mengaiz rizeki
mencari rotan di hutan untuk dijual, dan hasilnya digunakan biaya
menyambung hidup. Itu tahun 1960-an. Tahun 1970-an silan, ada
perusahan kayu PT Kiani Lestari beroperasi di wilayah Telen dan Batu
Ampar. Pasca kayu, masuklah perusahaan perkebunan kelapa sawit.
“Adanya perkebunan kelapa sawit ini, betul-betul membawa berkah
bagi kami untuk meningkatkan ekonomi,” tambah Kepala Adat
Sahabudin. (baharsikki)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar