Ketua DPR RI Bambang Soesatyo |
Pimpinan
DPR mengajak semua unsur dalam birokrasi pemerintah pusat dan daerah
untuk menghayati betul makna dari reaksi warga Cianjur-Jawa Barat-yang
mensyukuri penangkapan Bupati Cianjur oleh KPK karena diduga terlibat
kasus korupsi.
Reaksi
warga Cianjur itu pada dasarnya merefleksikan kehendak semua elemen
masyarakat Indonesia yang merindukan pemerintahan yang bersih dari
praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Reformasi birokrasi memang telah mencatat progres yang cukup
signifikan.
Tetapi
masyarakat merasakan bahwa progres reformasi birokrasi itu belum mampu
menangkal atau mempersempit ruang gerak bagi oknum birokrat melakukan
korupsi.
Korupsi masih marak, dan fakta ini mengecewakan dan menyakiti nurani
rakyat.
Reformasi
birokrasi akan dinilai gagal jika tidak mampu menangkal korupsi. Karena
itu, Pemerintah bersama institusi penegak hukum harus mulai merumuskan
strategi pencegahan korupsi yang efektif.
Seperti diketahui, Jumat (14/12/2018) siang pekan lalu, warga Cianjur
memadati area alun-alun kabupaten untuk merayakan hasil operasi tangkap
tangan (OTT) KPK yang menyergap Bupati Cianjur Irvan Rivano Muchtar.
Sang
bupati disergap tim KPK pada Rabu (12/12/2018) subuh di halaman Masjid
Agung Cianjur.
Fakta ini menjelaskan bahwa warga Cianjur spontan merayakan hasil
sergapan KPK, sekaligus menyuarakan rasa syukur dan berterima kasih
kepada KPK yang bisa menghentikan perilaku korup oknum birokrat di
daerahnya.
Sangat
mudah memaknai apa yang tersirat dari respons warga Cianjur itu. Di
balik rasa syukur dan senang itu, tersimpan kemarahan dan kekecewaan
warga Cianjur pada oknum birokrat daerah yang tamak.
Selama
ini mereka hanya diam sambil menunggu dengan penuh harap adanya
kekuatan yang bisa menghentikan perampokan hak-hak rakyat itu. Dan,
ketika harapan warga Cianjur itu terwujud, wajarlah kalau mereka
bersyukur.
Semua elemen masyarakat di berbagai daerah pun pasti punya harapan yang
sama dengan warga Cianjur.
Mereka
berharap birokrasi pemerintah daerah bersih dari perilaku koruptif.
Sebelum kasus Bupati Cianjur, sudah sekitar 100 kepala daerah yang
ditangkap KPK karena keterlibatan mereka dalam kasus korupsi.
Namun,
fakta-fakta historis itu tidak berhasil menumbuhkan efek jera. Tahun
ini pun tercatat sebagai yang terbanyak bagi KPK melancarkan OTT, yakni
28 operasi. Bupati Cianjur itu merupakan kepala daerah ke-21 yang
disergap melalui OTT dan menjadi kepala daerah ke-38 yang dijaring OTT.
Karena
efek jera tak juga kunjung tumbuh, diyakini pula bahwa penangkapan
maupun OTT tak akan menyelesaikan masalah. Sebab, oknum birokrat yang
nakal akan selalu mencari modus baru untuk bisa merampok uang negara.
Maka, strategi pencegahan korupsi menjadi sangat penting.
Berdasarkan
kecenderungan itu, pimpinan DPR mendorong Pemerintah melalui Kemenpan
RB untuk membangun kerja sama dengan KPK merumuskan strategi pencegahan
korupsi. Pada akhirnya, publik akan mengukur hasil maksimal reformasi
birokrasi dari kemampuan sistem birokrasi pusat dan daerah memperkecil
ruang bagi oknum birokrat melakukan korupsi. (bamsoet)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar