Agus Wijayanto |
Rata-rata kejadiannya adalah saat bermain di pinggir drainase atau terpeleset dalam genangan dan jatuh ke dalam drainase sehingga terseret arus. Korban meninggal biasanya karena benturan benda keras dan banyaknya gorong-gorong sehingga korban tidak bisa menyelamatkan diri meskipun arus tidak terlalu kencang.
Agus Wijayanto SH dari Badan Bantuan Hukum dan Advokasi (BBHA) DPC PDIP Balikpapan menyoroti lambatnya perhatian dan antisipasi pemerintah atas kejadian-kejadian tersebut.
"Saya belum melihat perhatian pemerintah baik kota maupun provinsi untuk mengantisipasi jatuhnya korban-korban lain akibat permasalahan parit ini. Jalan-jalan yang rawan genangan kan telah diatur penanganannya oleh Kementrian Pekerjaan Umum. Harusnya ini jadi perhatian serius jika sudah terlalu sering memakan korban, kasihan masyarakat dan para orangtua yang memiliki anak karena hal ini akan menjadi momok menakutkan jika tidak segera ditangani," ujarnya.
Agus menyarankan agar pemerintah membuatkan pagar besi keliling pada daerah rawan seperti Monumen Adipura di jalan Gunung Kawi hingga lampu merah Gunung Malang. "Di samping itu juga ada peraturan agar institusi/ instansi menyediakan life buoy ring pada tempat-tempat rawan dengan kedalaman tertentu sehingga saat ada orang terpeleset atau hanyut bisa segera dilakukan pertolongan dengan melempar pelampung tersebut. Bisa juga digerakkan dana CSR perusahaan untuk peduli lingkungan membantu menangani masalah seperti ini. Balikpapan ini kota layak huni dan kota internasional harusnya sudah memikirkan hal tersebut. Saya konsen hal seperti ini karena saya selain beracara juga praktisi safety," pungkasnya. (*/are)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar