Mei 05, 2018

Jokowi dan Racun Kalajengking

catatan: max oroh 

 
(foto : net)
JAGAT  berita nasional sedang hangat memberitakan makhluk beracun (bisa) yang dapat mematikan. Makhluk tersebut ialah hewan melata kecil, dikenal dengan nama "kalajengking". Hewan itu kini menjadi primadona berita dan nyelonong ke wilayah isu politik.

"Kalajengking" menjadi viral dan seakan menenggelamkan isu-isu politik lainnya karena, tak lain, "kalajengking" pun kini bernuansa dan berkonotasi politik pula karena diucapkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di acara pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (MUSRENBANGNAS) di depan para Kepala Daerah se-Indonesia pada 30 April 2018 lalu.

Saat itu Presiden Jokowi menyampaikan pidato tak biasa. Dalam sambutannya, Jokowi mengatakan bahwa emas bukanlah komoditas perdagangan yang paling mahal. Jokowi menambahkan, saat ini racun "kalajengking"-lah yang menjadi komoditas paling mahal di dunia. "Jadi Pak Gubernur, Pak Bupati, Pak Wali Kota, kalau mau kaya, cari racun kalajengking," ujar Jokowi. Lantas Presiden Jokowi menuturkan jika "racun kalejengking" dihargai sekitar 10,5 juta Dolar Amerika Serikat (sekitar Rp 146 miliar) per liter.


Selang beberapa saat kemudian, pidato Jokowi itu menjadi perbincangan di sejumlah media sosial. Bahkan akun Twitter Partai Gerindra juga ikut-ikutan merespons pidato Jokowi soal racun kalajengking tersebut, pada Rabu (3/5/2018).

Tentang Kalajengking

Apa pula yang akan muncul di benak ketika kita mendengar nama "kalajengking? Mungkin kita menyebutnya sebagai "Scorpion". Mungkin pula kita akan menyebutnya "Cancer" sebagai salah satu simbol zodiak rasi bintang, dlsb. Tapi, hewan macam apakah "kalajengking" itu?

"Kalajengking" adalah hewan bersengat dan beruas delapan (oktopoda), termasuk dalam ordo "scorpiones" dari spesies "arachnida". Hewan bersengat ini masih bersaudara dengan ketonggeng, laba-laba, tungau, dan caplak. Di dunia ini ada sekitar 2.000 jenis "kalajengking". Tentu kita sepakat untuk mengatakan bahwa "kalajengking" adalah hewan yang berbahaya.

Diketahui sengatan "kalajengking" dapat menyebabkan rasa sakit luar biasa, demam, hingga nyeri tak tertahankan. Jika seseorang yang tersengat "kalajengking" tidak segera mendapat pertolongan maka bisa/racunnya dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian. "Kalajengking" ditakuti karena dengan bentuknya yang kecil dia dapat dengan mudah masuk ke dalam celah-celah kecil sehingga kita tak dapat melihatnya dan kemudian dapat saja tersengat oleh racun/bisa yang berada di ujung ekornya.

"Kalajengking" juga sering diketemukan di dalam rumah, terutama di bagian-bagian celah rumah yang cukup kotor dan lembab. Ancaman sengatan "kalajengking" cukup sulit terelakkan jika secara tidak sadar kita menyentuh, menginjak, ataupun memegang tubuhnya, karena biasanya dengan secara refleks "kalajengking" akan menggerakkan ekor atau buntutnya dengan cepat terhadap benda asing yang menyentuh tubuhnya. Sebab ia menganggapnya sebagai sebuah ancaman.

Ada cara mudah untuk menaklukkan "kalajengking"; yaitu dengan menggunakan cairan asam, contohnya: cuka. Teteskan saja cuka di tubuhnya. Karena "kalajengking" alergi terhadap asam, maka ia kemudian akan menyakiti tubuhnya dengan menusukkan ekornya yang beracun ke tubuhnya. Pada akhirnya ia akan terinfeksi olehracunnya sendiri dan akan mati secara perlahan.

Makna Simbolis Kalajengking

Presiden Jokowi hampir sering menggunakan bahasa perlambang atau simbol dalam gerak dan tindakannya. Hal ini dapat dimaklumi karena Presiden Jokowi berlatar belakang budaya Jawa. Untuk menyampaikan jawaban, teguran, maupun pendapat pun sering menggunakan cara yang halus, cara tersebut dikenal sebagai "misuh-misuh".

Nah, dalam mengeluarkan pisuhan juga ada seninya dan ini terkait dengan siapa berhadapan. Dalam budaya Jawa dikenal istilah dhupak bujang, esem mantri, dan semu bupati. Istilah-istilah tersebut digunakan untuk mengingatkan atau mengungkapkan kekesalan pada pejabat selevel bupati atau selevel pemimpin di atasnya.

Cara Presiden Jokowi menyampaikan maksudnya dengan menyebut "kalajengking". kepada para Gubernur, Bupati, dan Wali Kota se-Indonesia dalam MUSRENBANGNAS itu, tentu memiliki makna eksplisit sekaligus juga implisit.

Eksplisitnya adalah memang benar racun kalajengking luar biasa mahal dibanding emas. Berdasarkan beberapa penelitian terakhir ternyata "racun kalajengking" sangat bermanfaat untuk pengobatan berbagai penyakit mematikan. Seolah Presiden Jokowi ingin menyentak dan mengajak, jika ingin bermain dengan risiko ayo kita bermain dengan kalajengking dengan racunnya yang mematikan tapi sekaligus juga sebagai komoditi dagang bernilai ekonomis sangat tinggi.

Implisitnya bisa multitafsir. Bisa jadi Presiden Jokowi sedang menegur para kepala daerah untuk bekerja dengan benar sesuai amanah yang diembannya. Jangan memperkaya diri dengan cara-cara yang tidak dibenarkan oleh undang-undang. Cara-cara yang tidak benar dapat berisiko memalukan dan dapat tersengat oleh vonis hukum yang mematikan kebebasan mereka sendiri.(*)
Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Follow Kami

NEWS UPDATE

POPULER

INFO LOWONGAN KERJA

JADWAL PENERBANGAN BANDARA SAMS SEPINGGAN BALIKPAPAN

INFO CUACA KALTIM