Desember 22, 2017

Monitor Indonesia: Cak Imin Tinggi Pemberitaan Rendah Elektabilitas, Kenapa?



JAKARTA, KABARINDONESIA.CO.ID-Lembaga Monitor Indonesia baru saja merilis hasil riset media cetak selama kurun waktu 10 Agustus sampai 25 November 2017. Dalam riset yang menyoroti tema kinerja pemerintah, partai politik, parlemen dan pencapresan tersebut, beberapa tokoh menduduki posisi teratas.

Dalam tren tone (nada) berita pencapresan di media cetak, nama Joko Widodo menduduki posisi teratas dengan angka 56 persen, diikuti Muhaimin Iskandar 17 persen, Gatot Nurmantyo dalam kisaran 11 persen, Agus Harimurti Yudhoyono di angka 8 persen, Zulkifli Hasan 5 persen dan Prabowo Subiyanto 3 persen.

“Posisi Jokowi yang teratas kami anggap wajar, mengingat kini posisinya sebagai Presiden Indonesia,” jelas Direktur Riset Monitor Indonesia, Ali Rif'an, saat memaparkan hasil risetnya di Jakarta Selatan, pada Selasa (19/12/2017).


Riset yang diambil dari enam media cetak terkemuka tersebut meneliti berita sebanyak 1.600. Sementara itu, media cetak yang dijadikan objek riset antaranya Kompas, Koran Tempo, Republika, Jawa Pos, Media Indonesia dan Koran Sindo.

“Kami mengambil enam media cetak sebagai sample karena kami menganggap media yang bersangkutan mainstream dan paling banyak dibaca,” terang Ali Rif'an yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Manager Riset Poltracking Indonesia.

Sementara itu, terkait capres-cawapres 2019, Ali Rif'an mengungkapkan meskipun Muhaimin Iskandar berada pada posisi kedua dalam tren pemberitaan pencapresan di media cetak, namun dari sisi elektabilitas masih sangat rendah.

“Banyaknya pemberitaan di media tidak kemudian selalu berbanding lurus dengan elektabilitas. Sebagai contoh, temuan riset kami Muhaimin Iskandar menempati posisi kedua setelah Jokowi. Padahal dari sisi elektabilitas dalam survei Indo Barometer yang bersangkutan hanya memperoleh 0,1 persen sebagai cawapres. Ini sekadar contoh,” terangnya.

Karena itu, Rif'an menjelaskan bahwa dalam teori perilaku pemilih, rumus pemilih ada tiga yakni: popularitas, akseptabilitas dan elektabilitas. Menurutnya, sebuah pemberitaan biasanya hanya mampu meningkatkan popularitas, namun belum tentu mampu mengangkat akseptabilitas dan elektabilitas.

"Soal Cak Imin kenapa pemberitaan tinggi namun elektabilitas rendah, ada dua kemungkinan alasan. Pertama karena kerja-kerja tim yang masih belum maksimal. Kedua karena soalnya figuritas," tambahnya.

Rif'an mengatakan bahwa jika Cak Imin ingin menaikkan posisi elektoral, maka perlu dipegang tim konsultan yang benar-benar teruji, mampu menguasai dan membedah perilaku pemilih serta mengerti bagaimana cara melakukan penetrasi terhadap pemilih.

"Ada kemungkinan masih rendahnya elektabilitas Cak Imin ini soal tim," tutupnya.(sonny majid)
Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Follow Kami

NEWS UPDATE

POPULER

INFO LOWONGAN KERJA

JADWAL PENERBANGAN BANDARA SAMS SEPINGGAN BALIKPAPAN

INFO CUACA KALTIM