Oktober 23, 2017

Kutim Nihil Bangunan Bermain Anak


SANGATTA, KABARKALTIM.CO.ID-  Kutai Timur (Kutim) belum bisa dijadikan sebagai Kabupaten Layak Anak (KLA). Realisasi pembangunan mendukung pelaksanaan program KLA masih jauh dari harapan. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2PA) dr. Aisyah mengungkapkan, banyak faktor menjadi penyebab Kutim  diusia 17 tahun -12Oktober 2017-  belum terpenuhi untuk dijadikan KLA. 

Di wilayah administrtasi Pem,prov. Kaltim ada dua kabupaten dari 10 kabupaten kota yang belum bisa dijadikan KLA. Yaitu Kutim Kabupaten Mahakan Ulu (Mahulu). Padahal Mahakam Ulu usianya relatif mudah 3 tahun lebih, sementara Kutim sendiri sudah belsan tahun. Dari segi APBD Kutim jauh lebih besar ketimbang daerah lain. "Hingga kini  Kutim masih belum bisa berpredikat sebagai KLA atau Kabupaten Layak Anak, dibandingkan kabupaten dan kota lainnya di Kaltim," pungkasnya dalam pertemuan penting di Kantor Bupati Kutim, Bukit Pelangi, pekan kedua Oktoebr 2017.


 Aisyah  mengaku, kini Kutim masih jauh dari predikat KLA. untuk itu, perlu menjadi perhatian khusus dan intervensi semua pemangku kepentingan dalam upaya mewujudkan Kutim sebagai KLA. Karena salah satu kendala untuk mendapat predikat KLA harus dudukung sarana dan prasa, Kutim terbilang minim kasus ekspolitasi anak.

Belum tercapainya target KLA bagi Kutim disebabkan anak tidak dianggap mempunyai peran dan bagian dalam pembangunan daerah. Itu terlihat dari usulan perencanaan pembangunan daerah yang dimulai dari Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes) hingga Musyawarah Rencana Pembangunan Kabupaten (Musrenbangkab), tidak pernah ada usulan terkait pembangunan fasilitas bermain bagi anak, seperti taman bermain anak dan sejenisnya. Belum lagi di Kutim juga minim wadah wisata atau rekreasi keluarga.

Hal inilah yang menyebabkan sejak kecil anak sudah terbiasa dengan handphone (HP) atau hanya menonton televisi di rumah. Menyebabkan anak tidak memiliki keinginan bermain bersama teman seusianya dan lebih mengurung diri dari pergaulan. Padahal, anak wajib melewati fase atau masa tumbuh kembang mereka. Sehingga mematangkan fisik dan kejiwaan anak secara normal dan alami. Tanpa melewati fase tumbuh kembang tersebut. Ini yang kemudian menyebabkan anak menjadi liar saat mulai mengenal dunia luar atau pergaulan.(baharsikki)



Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Follow Kami

NEWS UPDATE

POPULER

INFO LOWONGAN KERJA

JADWAL PENERBANGAN BANDARA SAMS SEPINGGAN BALIKPAPAN

INFO CUACA KALTIM