[Penulis: Endah Priyati, pendiri Taman Komik Nusantara]
Endah Priyati pendiri Taman Komik Nusantara |
TAMAN Komik Nusantara tampil kembali menghadirkan pameran komik bertema
Pancasila dan Perdamaian pada bulan Juni 2017. Pekan
pertama yang bernuansa hari lahir Pancasila kegiatan dilaksanakan di Soka Gakkai
Indonesia, Jakarta pada hari Minggu, 4 Juni 2017.
Pekan kedua kegiatan digelar
di sekitar Monas dan Museum Gajah pada hari Minggu, 11 Juni 2017 yang
dilanjutkan dengan nonton bareng Teater Koma. Dalam rangka pekan Pancasila, saya
Endah Priyati sebagai pendiri Taman Komik Nusantara merasa senang dan bangga memperoleh
kehormatan menggelar pameran sekaligus membacakan narasi dalam acara
“Pertemuan
Kemenangan” di Soka Gakkai Indonesia. Pendidikan ternyata dapat dihadirkan
dalam bentuk gerakan sadar budaya di komunitas multikultural yang memiliki
kesamaan misi yaitu menjalin persahabatan dan menebarkan perdamaian.
Tujuan utama dari pendidikan adalah
memanusiakan manusia atau membangun karakter seseorang menjadi baik dan positif.
Di dalam pendidikan diperlukan media untuk mempermudah penyampaian pesan yang
akan ditransferkan kepada anak-anak. Salah satu media yang dapat digunakan
sebagai media pembelajaran yang menarik adalah komik.
Dalam hal ini komik
merupakan media pembelajaran yang sangat potensial dan menarik sebagai bentuk
dialog interaktif mengeksplorasi imajinasi dan tentu saja kreatifitas. Dalam
pameran kali ini, disajikan pula 50 komik bertema pesan-pesan yang merupakan
penjabaran butir sila Pancasila dan tema perdamaian yang digambar oleh para
sahabat Taman Komik Nusantara.
Dalam buku Discussion On Youth, tokoh Daisaku Ikeda pernah menulis bahwa: “Komik
memang membawa pesan positif yang bisa mengubah hidup kalian, membuka mata
kalian, atau menggerakkan kalian. Komik berisi pesan yang lebih mendalam daripada buku yang membosankan dan monoton”.
Dalam kebhinekaan kita sejatinya sangat kaya akan makna kearifan di balik keragaman budaya. Sebagai contoh filosofi Jawa “Memayu Hayuning Bawono” yang bermakna mengupayakan keselamatan hidup di dunia, mempercantik ibu pertiwi.
Dalam hal ini konsep kearifan lokal dalam mencintai lingkungan hidup menjadi spiritualitas budaya yang condong pada penghayatan batin dan perilaku hidup keseharian. Ada pula petuah beliau yang berpesan untuk senantiasa mengolah rasa yang termaktub dalam filosofi Jawa “Ojo rumongso iso, ning sing iso rumongso” yang mengingatkan manusia untuk selalu sadar diri bahwa di atas langit masih ada langit.
Orang yang terlalu tinggi memanjat tanpa berpegangan akan jatuh dan merasa sakit jika terjatuh. Demikian pula filosofi masyarakat Minahasa “Si Tou Timou Tumou Tou” suatu ungkapan kalimat yang bermakna konsep manusia hidup untuk menghidupkan manusia. Dalam hal ini diutamakan interaksi sosial yang baik dalam hidup bermasyarakat, saling bekerjasama dan toleransi.
Pendidikan bukanlah kegiatan menransfer
pengetahuan dan informasi belaka, tapi kegiatan untuk mempersiapkan pemimpin
muda masa depan yang akan menebarkan spirit cinta kasih, perdamaian dan
kemanusiaan. Ilmu pengetahuan dengan
segala praktiknya menjadi alat untuk membangun peradaban bangsa menjadi lebih
bermartabat. Pendidikan mengantarkan orang-orang pada jalan penemuan dan
penciptaan karya yang otentik. Dengan pendidikan seperti ini nilai-nilai
kebudayaan dapat bermanfaat bagi masyarakat dalam menemukan jati dirinya dan
menghidupi hidupnya secara bermartabat.
Ada yang istimewa dalam pameran kali
ini yaitu “Komik Pancasila dan Soekarno” karya Alan Darmasaputra dan “Komik Dialog
Peradaban antara Gus Dur dan Daisaku Ikeda (tokoh Islam dan Budha)” buah karya Rosi Febrilianti dari Taman Komik Nusantara. Dengan
mempromosikan pertukaran budaya dan pendidikan, kita telah menciptakan peluang
bagi penduduk berbagai negara dan wilayah untuk bertemu muka guna membangun
rasa percaya dan mengembangkan persahabatan. Salam Perdamaian di hati kita
semua. (*)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar