Presiden Jokowi saat hadir di antara jamaah shalat Jumat 212 |
"Secara protokoler pemerintahan, memang kedatangan Presiden Jokowi ke Monas itu sangat membahayakan. Tak ada Paspampres dari negara manapun yang berani mengawal pimpinannya untuk hadir di acara seperti itu. Bahkan meski di Amerika Serikat sekalipun."
KABARKALTIM.Co.Id- Hingga kini keberanian Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Monas pada aksi
212 untuk shalat Jumat bersama rakyatnya masih menjadi perbincangan dan
diperbincangkan banyak orang. Hal itu bukan hanya terjadi di Indonesia,
karena ternyata keberanian Presiden Jokowi tersebut tak luput dari
perhatian orang-orang di manca negara, Salah satunya adalah dari Tony
Fernandez, pemilik maskapai penerbangan AirAsia, maskapai penerbangan
murah terbaik di dunia saat ini.
Dalam akun Facebooknya, Tony
menuliskan: “Today I met an amazing leader. But yesterday was the story
of a great man becoming a legend an honest man, a man of the people. Not
many bodyguards but willing to meet his people to care for his people.
Confronting problems head on. I'm not Indonesian but I’m Asian and I for
one am proud that there is leader like Presiden Jokowi.
You have my
total support and respect and admiration. Great leadership is about
honesty, putting people first, humility and making tough decisions and
believing in your team.”
Tentu saja, kita sebagai bagian dari
rakyat Indonesia merasa lebih beruntung dari Tony Fernandez. Karena kita
bisa langsung membanggakan dan mengagumi Presiden kita sendiri,
Presiden Indonesia Joko Widodo (akrab disapa: Jokowi). Jika Tony saja
sampai membawa-bawa kebanggaan sebagai warga Asia untuk bisa merasa memiliki
seorang Jokowi, maka kita pun dapat menyebut sebagai warga Asia dan
bangga sebagai orang Asia. Kita, saya dan anda, rakyat Indonesia dan
Jokowi adalah Presiden negara kita dan tentu kita lebih bisa memiliki
kebanggaan secara langsung dibanding Tony Fernandez.
Mungkin
saja, selain Tony Fernandez, masih banyak orang di luar sana yang begitu
takjub dan tercengang dengan keberanian dan kepercayaan diri seorang
Jokowi. Dan, mungkin saja mereka punya penilaian yang sama bahwa
keputusan Presiden Jokowi yang pasti belum tentu dan bahkan tak akan
pernah berani dilakukan oleh pimpinan negara mereka.
Secara
protokoler pemerintahan, memang kedatangan Presiden Jokowi ke Monas itu
sangat membahayakan. Tak ada Paspampres dari negara manapun yang berani
mengawal pimpinannya untuk hadir di acara seperti itu. Bahkan meski di
Amerika Serikat sekalipun.
Menurut informasi yang beredar,
berasal dari sumber lingkaran dalam istana, bahwa pada malam sebelum aksi 212,
terkait kemungkinan Presiden Jokowi nekat mendatangi massa, sebenarnya
masih ada rangkaiannya dengan peristiwa aksi Demo 411 sebelumnya. Sebab
pada 411 sebenarnya Jokowi mau shalat jumat di istiqlal, namun semua
orang di lingkaran istana tak ada yang mengijinkan. Saat itu massa sudah
berkumpul dan menuntut bertemu Presiden Jokowi. Presiden Jokowi juga
sempat ingin kembali ke istana, mengakhiri blusukannya. Namun itupun
dilarang oleh pengamanan istana, sebab tidak memungkinkan. Masih menurut
informasi tersebut bahwa malam itu tidak ada yang berani
merekomendasikan keputusan seperti itu.
Sampai menjelang siang,
tak ada tanda-tanda Presiden Jokowi akan membatalkan keinginannya untuk
menemui massa, sebab terlalu beresiko untuk mengawalnya dan kalangan
istana pasti akan berusaha untuk mencegah keinginan Presiden Jokowi
tersebut. Sekretaris pribadi Presiden Jokowi, Anggit Noegroho, adalah
orang terakhir yang diminta membujuk agar membatalkan keinginan Jokowi.
Namun upaya Anggit pun tak berhasil.
“Kalau wajah Pak Jokowi
seperti itu (keras dan serius) saya hafal sekali, kemauannya tak bisa
ditolak. Jadi saya cuma bilang: Ya Pak, nanti pengamanan disiapkan,”
cerita Anggit.
Jadi memang kedatangan Presiden Jokowi ke Monas
adalah sejarah luar biasa bagi negeri ini, untuk keberanian seorang
Presiden dan kepercayaannya kepada tim pengamanan. Kita pun terpaksa
sepakat dengan Tony Fernandez, bahwa apa yang bisa dilihat dari Jokowi
adalah contoh pemimpin yang luar biasa. Tulus, mengutamakan rakyat,
kerendahan hati, dan percaya pada tim.
Sebenarnya ini bukan yang
pertama kalinya Tony Fernandes salut dengan Jokowi. Dulu saat ada
kecelakaan pesawat AirAsia, Tony juga memuji Presiden kita ini.
“Pak Jokowi merupakan Presiden yang luar biasa (amazing). Dia
menyempatkan waktu untuk melihat dan fokus membantu pencarian pesawat
ini. Pak Jokowi bilang pada saya untuk mengerahkan segala aset dan
tenaga ke lokasi, kita akan bekerja secara cepat. Dan diharapkan
evakuasi bisa selesai besok,” puji Tony.
Kecelakaan AirAsia ini
terjadi setelah tragedi hilangnya Malaysia Air. Dunia menyorot dua
pemimpin negara, Indonesia dan Malaysia. Memang berbeda. Terlebih nasib
AirAsia lebih beruntung, karena hanya dalam hitungan jam Tim Sar
Indonesia sudah bisa memastikan lokasi bangkai pesawat. Sementara
pesawat Malaysia Air sampai sekarang tak ditemukan.
Selain Tony,
sebenarnya ada banyak rakyat Malaysia dan Singapore yang juga suka
dengan kepemimpinan Jokowi. Media tetangga sempat riuh karena Jokowi
datang ke Singapore dengan pesawat ekonomi, datang sebagai pribadi,
bukan sebagai Presiden Indonesia. Mereka menilai ini contoh Presiden
yang baik, bisa membedakan urusan negara dan pribadi. Tapi memang yang
pernah berurusan langsung dengan Jokowi mungkin hanya Tony Fernandez
ini. Sehingga beliau bisa merasakan bagaimana sikap seorang Jokowi.
Penampilan Paspampres
Sejak Presiden Jokowi dilantik, Paspampres diminta berpakaian yang
lebih membaur dan ramah dengan masyarakat. Maka dipilihlah batik lengan
panjang celana hitam. Atau kemeja putih, jas dan celana hitam. Ini yang
sering kita lihat selama Jokowi menjadi Presiden Indonesia. Termasuk
saat aksi 411.
Namun saat aksi 212, paspampres mengenakan seragam
aslinya, baju loreng dan baret biru muda. Tentu kita kurang mengerti
apa alasannya, tapi sebaiknya memang begitu. Sebab kalau masih
menggunakan batik dan jas, kesan sangarnya kurang terasa. Tidak pas
kalau untuk menemui massa sebanyak itu, Presiden Jokowi masih meminta
Paspampresnya membaur.
Selain baju loreng, ada juga penampakan
tas ransel yang dipakai oleh beberapa paspampres. Menurut prediksi dan
dugaan banyak orang, itu merupakan alat pendeteksi bom.
Kita
tentu patut bersyukur memiliki Presiden seperti Jokowi. Disukai dan
dibanggakan oleh banyak orang. Dan tidak berlebihan kalau kita
senantiasa berdoa semoga beliau terus diberi kesehatan dan kekuatan
ekstra untuk memimpin negeri ini. (maxoroh/berbagai sumber/net)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar