Yusran memberikan kenang-kenangan untuk Mahyudin (haru/kk) |
PENAJAM, KABARKALTIM.CO.ID-Bupati
Penajam Paser Utara menghadiri Sosialisasi Empat Pilar yang
diselenggarakan MPR RI bekerja sama dengan DPD KNPI Kabupaten Penajam
Paser Utara atau PPU, di gedung Graha Pemuda Km 9 Kabupaten
Kabupaten PPU, Kamis (29/9/2016). Acara diikuti sekitar
300 pemuda dan pelajar, tampak hadir Wakil Ketua MPR Mahyudin, anggota DPR RI Hetifah
(Fraksi Partai Golkar), H Mohammad Mirza (Kelompok DPD), dan Agathie
Suli (Fraksi Partai Golkar).
Pada kesempatan itu, Yusran Aspar menyampaikan kondisi
keuangan saat ini cukup sulit, kesulitan ini rata-rata dialami semua
Pemerintah Daerah bukan hanya PPU tetapi Kalimantan Timur pada umumnya,
masih ada atau kena resonalisasi, ia mengatakan pihaknya mengendalikan
keuangan APBD secara ketat.
"Honor akan kami
kurangi sesuai kebutuhan, pengawai kami terlalu banyak dan harus
diresonalisasi, kami bukannya tidak perduli tetapi keadaan memaksakan
untuk menjadi seperti keadaan ini," kata Yusran.
Terkait Empat
Pilar, Yusran mengimbau sebaiknya dapat dilakukan lebih awal, masalah
ada di kehidupan berbangsa karena mencegah lebih baik daripada
mengatasi, demi timbulnya suatu hal yang tidak diinginkan karena
kurangnya memahami berbangsa dan bernegara, maka ia ingin menjadikan
keberagaman sebagai kekuatan dan bukan pesaing.
Sementara itu
Wakil Ketua MPR, Mahyudin mengatakan bahwa Empat Pilar sangat penting
bagi negara. Semua tantangan kebangsaan itu, menurut Mahyudin, bisa
diatasi dengan Empat Pilar MPR (Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan
Bhinneka Tunggal Ika).
"Konsensus dasar ini menjadi perekat bangsa yang
menjadikan bangsa Indonesia ini tetap utuh," kata Mahyudin.
"Empat Pilar
adalah alat pelekat erat bangsa kita untuk bangsa ini, paham radikali
muncul dari kurangnya pamahaman agama atau bepikir sempit sehingga
muncul radikalisme," tambahnya.
Pemimpin dan
tokoh bangsa agar sudah tidak lagi berpikir bagaimana mencari uang.
Pemimpin dan tokoh bangsa harus berpikir bagaimana membangun bangsa dan
negara, beberapa tantangan kebangsaan yang dihadapi Indonesia. Salah
satunya kurangnya keteladanan sebagai pemimpin dan tokoh bangsa.
Dia mencontohkan
KPK menangkap kepala daerah bahkan salah satu ketua lembaga
negara. "Pemimpin atau tokoh bangsa jangan lagi berpikir mencari uang.
Akhirnya bisa melakukan tindak pidana korupsi. Pemimpin dan tokoh bangsa
harus berpikir sebagai negarawan," lanjutnya.
Kurangnya
keteladanan dan contoh dari pemimpin. Kalau menjadi pejabat publik harus
mengetahui tugasnya, yaitu berpikir untuk bangsa dan negara.
Tantangan lainnya, munculnya paham-paham radikalisme dan terorisme, pengabaian kepentingan daerah dan munculnya fanatisme daerah, sehingga muncul daerah yang ingin merdeka.Indonesia harus menghadapi tantangan kebangsaan dari eksternal, yaitu tantangan globalisasi yang menggerus nilai-nilai luhur bangsa. (*/hmd)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar