SANGATTA, KABARKALTIM.CO.ID- Instruktur Supratto mengajak kepada peserta pelatihan relawan Desa Tangguh Bencana (Destana) agar kritis setelah kembali ke wilayah
kerja masing-masing kepada pemerintahan. Bukan kritis dalam arti, tim Destana harus menggelar unjuk rasa kepada kepala desa, tapi paling tidak kritis mengawal kesesuian dokumen rencana dengan aplikasi program pembangunan.
Relawan Destana dilatih. (bahar sikki/kk) |
"Jangan sampai setelah pelatihan ini, dapat SK (sertifikat, Red), SK-nya dibuatkan bingkai kemudian digantung di dinding yang mudah dilihat. Atau SK-nya disimpan raph. SK itu tidak punya nilai bila disodorkan ke bank," kata Supratto di Hotel Royel Victoria, Kamis (20/10/2016).
SK menurut Supratto tidak berarti apa-apa bila ilmu yang diperoleh selama pelatihan fasilitasi penanggulangan masyarakat tidak diaplikasikan secara benar di lapangan. Tapi SK itu baru memiliki makna bila terapkan untuk berbuat baik untuk kemaslahatan umat. Khususnya, dalam menanggulangan bencana di tiga kecamatan, yakni Sangatta Utara, Sangatta Selatan, dan Teluk Pandan. Apalagi pelatihan ini selama 5 hari hingga 23 Oktober 2016.
Kendati, penanggulangan bencana bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah, tapi juga merupakan tanggung jawab perusahaan dan masyarakat. Namun, sebagai tim relawan harus siap mengabdikan diri berupaya membantu warga. Membentu warga, bukan hanya dilakukan pada saat bencana ada, tapi penanggulangan pra bencana perlu pula dilakukan.Misalnya, jangan buang puntung rokok berapi sembarang tempat. Karena itu bisa menjadi sumber kebakaran hebat. (ri)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar