Marjani (kiri) |
PENAJAM, KABARKALTIM.CO.ID-Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Penajam Paser
Utara (PPU) tidak mempersoalkan wacana Menteri Pendidikan Muhadjir
Effendy yang berencana membatasi sekolah hanya di hari Senin hingga
Jumat. Namun untuk penerapan kebijakan tersebut, tetapi perlu diperhatikan wilayah pedesaan tentang masih minimnya transportasi jika
sore hari dan juga masih harus menunggu instruksi resmi dari kementerian
terkait.
Kepala Disdikpora
PPU Marjani menyambut baik wacana dari menteri tentang sekolah lima
hari yang mengikuti sistem kepegawaian tetapi ia berharap ini bukan
suatu kewajiban nilai positif kebijakan itu untuk memberikan kesempatan
kepada keluarga berkumpul bersama di akhir pekan. Harapannya dengan
model ini, interaksi antara siswa dengan orang tua bisa terbangun lebih
baik lagi.
“Tidak ada masalah jika kebijakan ini benar-benar akan
diterapkan tetapi harus melihat minimimnya transportasi khususnya di
pedesaan, jika di kota itu tidak masalah,” kata Marjani di sela-sela rapat
paripurna DPRD PPU, Rabu (14/9/2016).
Pertimbangan
lainnya yaitu akan ada biaya tambahan, misalnya biaya makan bagi para
siswa yang mengikuti jam pelajaran hingga sore hari. “Tentunya para
siswa atau orang tua mereka harus siap dengan biaya makan siang atau
sore yang lebih besar dari sekarang,” katanya.
Adanya biaya tambahan, khususnya makan siang atau sore para
siswa tersebut, menurutnya, dikhawatirkan justru akan memberatkan bagi
siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu.
“Bagi siswa dari keluarga yang mampu mungkin tidak masalah,
tapi bagaimana dengan siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu?
Kalau harus ada biaya ekstra yang harus dikeluarkan orang tua siswa dari
keluarga yang tidak mampu nantimya tentu justru akan memberatkan. Itu
yang menjadi pertimbangan utama kami,” imbuh Marjani.
Kendati demikian
ia mendukung wacana sekolah lima hari. Namun semuanya diserahkan kepada
pihak sekolah yang memiliki otonomi dan perlunya persiapan. Pasalnya,
ada sekolah yang merasa waktu lima hari tidak cukup. Untuk itu, marjani
mengharapkan, pemerintah tidak memaksakan. "Sekolah harus diberi
kebebasan," katanya. (hmd)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar