Juli 26, 2016

Obesitas Arya, Akibat Salah Asuh


oleh: Murni Arpani, Aktivis MHTI Penajam Paser Utara 


ilustrasi obesitas (net)
PEMAHAMAN  orangtua terhadap pola asuh dan kebutuhan nutrisi anak amat sangat urgent. Jika orangtua keliru, maka dapat berakibat fatal bagi tumbuh kembang anak. Salah satu kasus menimpa bocah 10 tahun asal Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Arya Permana. Ia mengalami kenaikan bobot tubuh mencapai 190 kg. Setelah diusut ternyata bocah ini keseringan mengkonsumsi jajanan instan. 

Kasus Arya yang menjadi sorotan media massa ini tidak luput dari perbincangan sejumlah pakar. Pasalnya, berat badan Arya yang melebihi batas normal sudah masuk katagori severely obese atau obesitas ekstrem. 


Pakar peneliti mengungkapkan bahwa anak kecil dan remaja akan cenderung memakan setidaknya lima porsi sayur dan buah jika orangtuanya juga demikian. Sebaliknya, anak yang orangtuanya banyak mengonsumsi makanan siap saji dan minum soda, kemungkinan besar juga melakukan hal yang sama. Itu artinya kebiasaan orangtua dapat menular kepada anak. 

Menurut peneliti dari UCLA Center for Health Policy Research, setiap hari, lebih dari 2 juta anak dan remaja di California (sekitar 62%) minum soda dan 1,4 juta makan makanan siap saji. Hanya 38% yang mengonsumsi sayur dan buah-buahan. Saat ini, hampir sepertiga atau sekitar 30% remaja di California memiliki kelebihan berat badan atau obesitas. Kebiasaan makan yang buruk, lingkungan serta faktor lainnya merupakan penyebab obesitas. (Viva.co.id)
Pola asuh dan kebutuhan nutrisi anak sebaiknya menjadi bahasan utama. Bukan hanya oleh orangtua, melainkan juga menjadi tanggungjawab Pemerintah terkait hak-hak rakyat akan hidup sehat. Oleh sebab itu, absennya penjagaan pemerintah terhadap mutu makanan anak dan edukasi terhadap orangtua berdampak menjadi polemik yang krusial.

Belajar dari kasus obesitas Arya, Pemerintah semestinya berperan memperhatikan kebutuhan gizi dan nutrisi setiap rakyatnya, terutama kepada anak-anak. Distribusi bahan pangan sehat baiknya langsung dikendalikan oleh Pemerintah sebagai jembatan kesehatan rakyat.

Kewenangan Pemerintah mencabut izin produksi pabrik-pabrik makanan instan rendah kualitas, akan menghentikan kerusakan gizi dan nutrisi pada anak. Karena salah satu penyebab kurangnya asupan makanan sehat pada anak diperkirakan merupakan akibat dari tingginya konsentrasi jaringan restoran cepat saji di sejumlah kota besar serta beberapa faktor lingkungan lainnya.

Islam memandang peran keluarga seharusnya menjadi wadah pertama dan utama sebagai tempat pengasuhan anak. Pengasuhan ibu adalah pengasuhan terbaik bagi anak-anaknya. Ia bertugas aktif mengasuh dengan mengutamakan kebaikan anak. Para ibu harus memahami bahwa memanjakan anak dengan fasilitas dan gaya hidup tidak sehat akan berujung pada kerusakan perkembangannya. 

Maka dari itulah, negara berkewajiban penuh meningkatkan kualitas ibu demi meraih generasi penerus yang berkualitas. Edukasi terhadap orangtua mengenai pola asuh harus dijalankan oleh pemerintah secara efektif. Misalnya dengan mengadakan seminar atau sosialisasi langsung kepada masyarakat di setiap daerah. 

Di sisi lain, negara juga berkewajiban menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat dan memberikan lapangan kerja bagi para bapak dengan gaji yang dapat membuat keluarganya sejahtera. Dengan demikian akan terciptalah ketahanan keluarga yang sehat dan produktif. Situasi kondusif ini hanya akan terbentuk dalam tatanan masyarakat yang diatur dengan Syariat secara kaffah di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah. (*)
Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Follow Kami

NEWS UPDATE

POPULER

INFO LOWONGAN KERJA

JADWAL PENERBANGAN BANDARA SAMS SEPINGGAN BALIKPAPAN

INFO CUACA KALTIM