Guru Mas'ud bersama para peziarah |
BALIKPAPAN, KABARKALTIM.CO.ID-Makam Pulau Tukung merupakan salah satu makam di Balikpapan yang dikenal
sebagai makam keramat oleh beberapa masyarakat. Peziarah yang datang ke
makam yang dikenal keramat ini, tidak hanya berasal dari Balikpapan
namun juga dari luar Balikpapan.
Makam tersebut merupakan makam seorang ulama perempuan yang masih termasuk dzurriyyah (keturunan)
Rasulullah Muhammad SAW bernama Syarifah Maryam. Penjaga makam
bernama Hajjah Mastia, setelah sebelumnya dijaga oleh almarhum Habib
Gasim bin Haji Ungkuk. Dulunya makam tersebut berada di tengah laut,
namun kemudian di pindah ke daratan karena diperlukan untuk pembangunan
pelabuhan.
“Di
zamannya, Syarifah Maryam ini adalah penyebar Islam pertama di
Kalimantan Selatan dan Timur yang hidup ratusan tahun lalu,” kata
KH.Syekh Mas’ud Husain Al-Hasani ulama kharismatik Kalimantan yang akrab
disapa Guru Mas’ud.
Syarifah
Maryam ini lanjut Guru Mas’ud seorang yang hafal Qur’an lengkap dengan
makna dan keterangannya, sehingga dengan pemahaman agama yang dia
miliki, mengabdikan dirinya untuk berjuang menyebarkan Islam di tanah
Kalimantan.
Saat
itu beliau rela melakukan perjalanan dari Banjar, Paser, Balikpapan
sampai ke Kutai dengan mengendarai perahu atau kapal kayu untuk
mengajarkan agama Islam kepad masyarakat setempat, dan beliau pun
meninggal dalam sebuah kecelakaan laut dimana jenazahnya ditemukan warga
di tepai laut (pulau tukung) dan dimakamkan di lokasi tersebut. Karena
kegigihannya itu, akhirnya agama Islam bisa diterima oleh masyarakat
Kalimantan. Perjuangannya pun diteruskan oleh generasi penerusnya yang
menjadi ulama-ulama pejuang, termasuk diantaranya Datuk Palambayan
(syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari) adalah generasi penerus beliau.
Namun
sayang lanjut Guru Mas’ud tidak banyak masyarakat yang tahu tentang
perjuangan Syarifah Maryam ini, sehingga mereka yang berziarah ke
makamnya pun tidak banyak. Makamnya yang berada di seberang pelabuhan
laut Semayang Balikpapan ini hanya sebuah rumah kecil di pinggir jalan.
“Kita
patut berterima kasih dan bersyukur kepada beliau sehingga Islam bisa
berkembang di Kalimantan ini,” ujar Guru Mas’ud yang juga Ketua Umum DPP
Perhimpunan Rakyat Asli Kalimantan (Perak).
Guru
Mas’ud pun menyarankan kepada pemerintah untuk memugar kuburan tersebut
dan mencarikan lokasi yang luas dengan tempat yang baru, sehingga
masyarakat peziarah yang datang berkunjung tidak terhalang dengan
kondisi parkiran yang susah seperti saat ini. Apalagi makam wali ini
termasuk bukti sejarah tentang pengembangan Islam di Kalimantan.
Guru
Mas’ud pun mencontohkan dengan makam wali yang ada di Martapura dan
Jawa, dimana pemerintahnya memberikan akses dan tempat yang luas untuk
lokasi makam, dan ribuan peziarah pun datang ke lokasi tersebut,
sehingga kondisi ini bisa mengangkat ekonomi masyarakat sekitar, bahkan
ekonomi daerah tersebut.
Dirinya
mengingatkan bahwa menziarahi kubur bukan berarti meminta sesuatu
kepada ahli kubur, tetapi meminta itu hanya kepada Allah SWT ! tetapi
menziarahi kubur itu, kita mendoakan ahli kubur supaya amal ibadahnya
diterima disisi Allah SWT, dan perlu diketahui bahwa roh itu tetap hidup
meskipun jasadnya sudah masuk kubur, dan mengetahui siapa yang
mengirimkan doa untuknya. Maka kalau rohnya orang alim, tentu akan
mendoakan kembali dengan meminta kebaikan Allah SWT untuk orang yang
telah mendoakannya.
Serta
menziarahi kubur lanjut Guru Mas’ud ini sebagai pengingat bagi kita,
bahwa suatu saat kita pun akan mati dan dikubur, karena itulah harus
menyiapkan amalan sebaik mungkin dari sekarang. (are)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar