Maret 29, 2016

Menelusuri Makam Pendakwah Islam Pertama Kalsel dan Kaltim

Guru Mas'ud bersama para peziarah


 BALIKPAPAN, KABARKALTIM.CO.ID-Makam Pulau Tukung merupakan salah satu makam di Balikpapan yang dikenal sebagai makam keramat oleh beberapa masyarakat. Peziarah yang datang ke makam yang dikenal keramat ini, tidak hanya berasal dari Balikpapan namun juga dari luar Balikpapan.
 
 
Makam tersebut merupakan makam seorang ulama perempuan yang masih termasuk dzurriyyah (keturunan) Rasulullah Muhammad SAW bernama Syarifah Maryam. Penjaga makam bernama Hajjah Mastia, setelah sebelumnya dijaga oleh almarhum Habib Gasim bin Haji Ungkuk. Dulunya makam tersebut berada di tengah laut, namun kemudian di pindah ke daratan karena diperlukan untuk pembangunan pelabuhan.
 
 “Di zamannya, Syarifah Maryam ini adalah penyebar Islam pertama di Kalimantan Selatan dan Timur yang hidup ratusan tahun lalu,” kata KH.Syekh Mas’ud Husain Al-Hasani ulama kharismatik Kalimantan yang akrab disapa Guru Mas’ud.
 
Syarifah Maryam ini lanjut Guru Mas’ud seorang yang hafal Qur’an lengkap dengan makna dan keterangannya, sehingga dengan pemahaman agama yang dia miliki, mengabdikan dirinya untuk berjuang menyebarkan Islam di tanah Kalimantan.
 
Saat itu beliau rela melakukan  perjalanan dari Banjar, Paser, Balikpapan sampai ke Kutai dengan mengendarai perahu atau kapal kayu untuk mengajarkan agama Islam kepad masyarakat setempat, dan beliau pun meninggal dalam sebuah kecelakaan laut dimana jenazahnya ditemukan warga di tepai laut (pulau tukung) dan dimakamkan di lokasi tersebut. Karena kegigihannya itu, akhirnya agama Islam bisa diterima oleh masyarakat Kalimantan. Perjuangannya pun diteruskan oleh generasi penerusnya yang menjadi ulama-ulama pejuang, termasuk diantaranya Datuk Palambayan (syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari) adalah generasi penerus beliau.
 
Namun sayang lanjut Guru Mas’ud tidak banyak masyarakat yang tahu tentang perjuangan Syarifah Maryam ini, sehingga mereka yang berziarah ke makamnya pun tidak banyak. Makamnya yang berada di seberang pelabuhan laut Semayang Balikpapan ini hanya sebuah rumah kecil di pinggir jalan.
 
 
“Kita patut berterima kasih dan bersyukur kepada beliau sehingga Islam bisa berkembang di Kalimantan ini,” ujar Guru Mas’ud yang juga Ketua Umum DPP Perhimpunan Rakyat Asli Kalimantan (Perak).
 
Guru Mas’ud pun menyarankan kepada pemerintah untuk memugar kuburan tersebut dan mencarikan lokasi yang luas dengan tempat yang baru, sehingga masyarakat peziarah yang datang berkunjung tidak terhalang dengan kondisi parkiran yang susah seperti saat ini. Apalagi makam wali ini termasuk bukti sejarah tentang pengembangan Islam di Kalimantan.
 
 
Guru Mas’ud pun mencontohkan dengan makam wali yang ada di Martapura dan Jawa, dimana pemerintahnya memberikan akses dan tempat yang luas untuk lokasi makam, dan ribuan peziarah pun datang ke lokasi tersebut, sehingga kondisi ini bisa mengangkat ekonomi masyarakat sekitar, bahkan ekonomi daerah tersebut.
 
Dirinya mengingatkan bahwa menziarahi kubur bukan berarti meminta sesuatu kepada ahli kubur, tetapi meminta itu hanya kepada Allah SWT ! tetapi menziarahi kubur itu, kita mendoakan ahli kubur supaya amal ibadahnya diterima disisi Allah SWT, dan perlu diketahui bahwa roh itu tetap hidup meskipun jasadnya sudah masuk kubur, dan mengetahui siapa yang mengirimkan doa untuknya. Maka kalau rohnya orang alim, tentu akan mendoakan kembali dengan meminta kebaikan Allah SWT untuk orang yang telah mendoakannya.
 
Serta menziarahi kubur lanjut Guru Mas’ud ini sebagai pengingat bagi kita, bahwa suatu saat kita pun akan mati dan dikubur, karena itulah harus menyiapkan amalan sebaik mungkin dari sekarang. (are)
Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Follow Kami

NEWS UPDATE

POPULER

INFO LOWONGAN KERJA

JADWAL PENERBANGAN BANDARA SAMS SEPINGGAN BALIKPAPAN

INFO CUACA KALTIM