BALIKPAPAN, KABARKALTIM.CO.ID-Setelah
kembali duduk sebagai anggota DPR RI dengan melakukan pergantian antar waktu
(PAW) dari Neni Moernaini, DR Hetifah langsung bergerak cepat dengan melakukan
kunjungan dan pertemuan dengan masyarakat Kalimantan Timur (kaltim), baru-baru
ini Hetifah mengadakan dialog masalah anggaran dengan jajaran mahasiswa dan
kaum intelektual di Universitas Balikpapan.
Hadir
dalam acara dialog ini di antaranya Ketua Pembina Yayasan Tinggi Dharma Wirawan Rendi Susiswo Ismail, Direktur Pascasarjana Uniba Piatur Pangaribuan, dosen
Uniba Kadarsyah, Susilo Handoyo serta ratusan mahasiswa Uniba.
Berbagai
persoalan yang tak kunjung tuntas itu menjadi bahan diskusi menarik yang berlangsung
di ruang serbaguna Uniba.
“Sangat
klasik seperti income gap atau perbedaan pendapatan serta penyediaan
lapangan pekerjaan bagi tamatan perguruan tinggi,” ungkap anggota DPR-RI,
Hetifah Sjaifudian di sela-sela dialog.
Hetifah
menilai sampai sekarang kesenjangan sosial masih sangat terlihat di masyarakat,
sehingga yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.
“Orang
mungkin melihat Balikpapan The Most Loveable City dengan income
per kapita cukup tinggi. Tapi, kalau kita telusuri masih ada kesenjangan sosial
di masyarakat. Hal ini salah satu yang harus ditekan karena kesejahteraan bukan
hanya milik segelintir orang,” ujar wanita kelahiran Bandung, 30 Oktober 1964
ini.
Diakui
Hetifah, masalah ini mulai dilupakan oleh pemerintah. Tetapi dengan
meningkatnya angka pengangguran, maka perlu ada upaya-upaya dari pemerintah
untuk menekan kesenjangan sosial.
“Nah,
bagaimana pemerintah mengatur APBN dan APBD agar benar-benar tepat sasaran
terhadap masyarakat yang berhak menerima,” terang politikus Partai Golkar ini
didampingi Direktur Pascasarjana Uniba, Piatur Pangaribuan.
Selaku
wakil rakyat, dirinya sangat khawatir dengan banyaknya mahasiswa di negeri ini
yang cukup potensial. Tetapi, belum tentu memiliki kesempatan kerja yang tepat
sesuai kompetensi mereka.
“Mulai
sekarang pemerintah harus mempersiapkan diri untuk menciptakan lapangan kerja
baru. Apalagi kita akan memasuki era bonus demografi dan MEA yang merupakan
satu tantangan tersendiri bagi perguruan tinggi untuk bersaing,” terang
perempuan yang juga lulusan ITB ini.
Selain
itu, kata Hetifah, masalah-masalah klasik yang dihadapi masyarakat di Kaltim
seperti kebutuhan energi listrik, air bersih, jalan rusak, serta berbagai
kebutuhan infrastruktur lainnya. (andi ar evrai)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar