catatan : Bambang Soesatyo
Ketua
MPR RI/Dosen Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Trisakti,
Universitas Pertahanan RI (UNHAN) dan Universitas Borobudur.
AKHIRNYA,
akan selalu ada momentum bagi semua orang memulihkan kelembutan hati
yang sejatinya ada pada setiap pribadi. Bagi masyarakat Indonesia yang
agamis, salah satu momentum itu adalah Puasa Ramadan yang kemudian
memuncak pada perayaan hari kemenangan, Idul Fitri. Hati yang lembut
sebagai berkah Idul Fitri 1445 H itu hendaknya mampu memulihkan
silaturahmi di antara sesama anak bangsa, dengan kemauan dan kesediaan
mengakhiri sekat-sekat akibat beda pilihan politik yang mengemuka di
sepanjang periode persiapan dan pelaksanaan Pemilu 2024.
Hari-hari
ini, ketika masyarakat menempuh perjalanan mudik ke kampung halaman
untuk merayakan Idul Fitri 2024 yang jatuh pada tanggal 10 dan 11 April
tahun ini, mereka secara tidak langsung sudah mengatakan bahwa pemilihan
presiden (Pilpres) dan pemilihan anggota legislatif (Pileg) sudah
selesai. Dengan suasana hati yang lembut, komunitas pemudik ingin segera
sampai di kampung halaman, berjumpa sanak keluarga, dan dengan ceria
menyongsong Idul Fitri. Tumbuh semangat yang nyata untuk mengakhiri
sekat-sekat akibat beda sikap dan pilihan politik saat Pilpres dan
Pileg, Februari lalu.
Komisi
Pemilihan Umum (KPU), pada Rabu (20/3/2024), telah menetapkan pasangan
Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai pemenang Pilpres. Dua
pasangan lain yang keberatan terhadap putusan KPU itu sudah menggugat,
dan gugatan itu sedang berproses di Mahkamah Konstitusi (MK). KPU juga
telah menetapkan Hasil Pileg 2024. Siapa saja yang keberatan akan hasil
Pileg pun dapat mengajukan gugatan ke MK.
Sesuai
perkiraan sebelumnya, tidak semua komunitas puas atau mau menerima
hasil Pemilu 2024 apa adanya. Kecenderungan seperti itu wajar saja.
Sebagaimana terlihat di ruang publik dan juga menyimak berbagai
pernyataan sejumlah kelompok masyarakat, ada kekecewaan pun kemarahan.
Patut disyukuri, karena penyikapan atau keberatan atas hasil Pemilu 2024
itu diaktualisasikan sesuai koridor hukum yang berlaku, sehingga
ketertiban umum tidak terganggu.
Memang,
stabilitas nasional dan ketertiban umum haruslah diutamakan agar semua
komunitas dapat menjalankan ragam aktivitas produktif sebagaimana
biasanya. Pilpres dan Pileg secara langsung bukan agenda atau sesuatu
yang baru bagi masyarakat Indonesia, termasuk dalam menyikap hasil
Pemilu itu sendiri. Sejak awal dekade 2000-an, masyarakat sudah
berulangkali melihat dinamika penyikapan terhadap hasil Pemilu. Dan,
fakta membuktikan bahwa pada akhirnya segala sesuatunya akan berjalan
baik-baik saja.
Khusus
Pemilu 2024 ini, akhir dari rangkaian prosesnya berdekatan dengan bulan
suci Ramadan, bulan penuh rahmat. Penghayatan sepenuh hati semua
komunitas terhadap hakekat makna bulan suci Ramadhan mendorong setiap
orang untuk fokus pada olah rohani. Kehendak dan niat tulus setiap
pribadi untuk instrospeksi di sepanjang bulan Suci Ramadan akan
memunculkan kesadaran untuk menerima dan menyerap yang baik dan benar,
serta mengakhiri segala sesuatu yang salah. Kesadaran yang demikian
mendorong setiap orang dengan lapang dada memaafkan atau mengampuni
sesama, dan sebaliknya memohon maaf kepada pihak lain untuk salah yang
disengaja maupun tidak disengaja.
Hati
lembut yang melahirkan niat tulus untuk saling memaafkan dan mengampuni
akan menjadi kekuatan besar yang mampu mengakhiri disharmoni
antar-komunitas, dan juga mengakhiri sekat-sekat karena beda pilihan
politik. Dari titik itulah kehidupan bersama memulai lembaran baru dan
harapan akan masa depan yang lebih baik.
Fakta
tentang begitu banyak komunitas terlibat dalam rivalitas sengit selama
persiapan hingga hari pelaksanaan Pemilu 2024 tak perlu ditutup-tutupi.
Adalah fakta juga bahwa rivalitas itu masih menyisakan persoalan hingga
saat ini. Namun, sisa-sisa persoalan Pemilu itu hendaknya tidak membuat
masyarakat ragu atau cemas.
Sebab,
fakta historis sudah memberi bukti dan pelajaran bahwa rivalitas itu
pada akhirnya bisa diselesaikan dengan baik dan benar. Hal itu bisa
terwujud karena semua komunitas anak bangsa akan kembali pada pijakan
tradisi luhur kebangsaan Indonesia, yakni bermusyawarah untuk mencapai
kesepakatan kebangsaan.
Berkah
Idul Fitri 1445 H pasti menyulut sentimen positif pada nurani semua
komunitas untuk segera memulihkan silaturahmi di antara sesama anak
bangsa. Dan, penyerapan sentimen positif itu sudah diperlihatkan dengan
sangat Jelas oleh komunitas pemudik yang sedang melakukan perjalanan
untuk berlebaran. Tepat di hari yang Fitri nanti, para pemudik akan
menyegarkan kembali ikatan silaturahmi dengan kerabat dan tetangga di
kampung halaman masing-masing.
Masyarakat
selalu menjadikan berkah Idul Fitri sebagai momentum dan pijakan untuk
memulihkan harmonisasi kehidupan bersama. Maka, dengan bijaksana dan
penuh keberanian, marilah memulai lembaran baru dengan penuh
pengharapan. (*)
Selamat Idul Fitri 1445 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar