Prabowo Subianto (foto net) |
Saya sebagai pendukungnya, awalnya membenci. Enak dapat jabatan. Tetapi setelah saya renungkan, justru jadi sebaliknya. Saya justru memahami, Prabowo yang berjiwa besar. Mau menerima jabatan yang bertujuan membangun negeri. Risiko akan dihujat atau dibenci para pengikutnya, pasti sudah diperhitungkan. Tetapi ada tujuan yang lebih besar yaitu pembelajaran budaya politik dengan demokrasinya.
Tujuan berpolitik untuk berkuasa, berkuasa membangun negeri. Tidak salah bersama dengan lawan politik dalam membangun negeri. Ini yang mulai harus kita budayakan. Kita sebagai pengikut Prabowo sejati, mari kita ikuti keputusan beliau. Lawan politik beda dengan lawan bisnis atau bertinju atau lawan negara atau sejenisnya.
Prinsip beda yaitu ada yang hidup dan ada yang mati atau dikenal to kill or be killed. Prinsip kompetisi berpolitik beda yaitu bertujuan sama tetapi cara yang beda. Setelah bertarung tetap bersama, artinya tidak abadi berlawanannya. Kembali tentang Prabowo, beliau di internal Partai Gerindra telah dideklarasikan untuk ikut bertarung pada Pilpres 2024.
Pendukung beliau di Pilpres 2019 sebagian mengundurkan diri, bahkan membenci Prabowo. Itu hak masing-masing, tidak ada paksaan. Sebagian lagi tetap setia mengikuti Prabowo, seperti saya ini. Saya tetap berpikir positif, bahwa Prabowo adalah salah satu Putra Bangsa yang terbaik di samping Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
Misalnya di 2024
Prabowo yang kalah, maka saya tetap menjunjung pemenangnya, apalagi bila
Prabowo yang menang. Itulah demokrasi, itulah konstitusi dan itulah restu
Tuhan. (*)
Kaltim, Nov 2024 - Kol (purn) Donald Sitorus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar