April 29, 2021

Tim IDI bersama Arsitek Bahas Tata Ruang untuk Adaptasi New Life

JAKARTA - Tim Mitigasi IDI (Ikatan Dokter Indonesia) berkolaborasi dengan Sigit Kusumawijaya, seorang arsitek dan Ahli Rancang Kota sekaligus co-Inisiator Indonesia Berkebun merancang rekomendasi tata ruang dan tata perilaku adaptasi kehidupan baru. 
Hasil rekomendasi ini disampaikan dalam diskusi media yang diadakan secara daring pada hari Selasa, 27 April 2021.

Dokter Adib Khumaidi, SpOT – Ketua Tim Mitigasi Dokter PB IDI & Ketua Terpilih PB IDI, mengatakan, “Salah satu solusi yang harus kita lakukan supaya tetap aman dan menghindari paparan adalah dengan mengupayakan adaptasi kehidupan baru, bukan hanya dalam protokol namun juga kesiapan ruang yang memungkinkan orang untuk tetap beraktivitas,”.
"Melalui diskusi ini, kami mendorong pemerintah dan pimpinan perusahaan/kantor untuk membuat regulasi tata kelola ruang sehingga ada proses pengawasan yang dilakukan dan semua aktifitas tetap bisa dilakukan tetapi dengan assesment terlebih dahulu oleh Tim pengawasan di setiap daerah dengan melibatkan Satgas Covid daerah,".

Sementara itu Dr dr Eka Ginanjar, SpPD-KKV, MARS selaku Ketua Tim Pedoman dan Protokol dari Tim Mitigasi PB IDI mengatakan bahwa jangan sampai orientasi kita pada ekonomi berisiko pada penguatan kesehatan – bukan hanya treatment tetapi juga testing dan tracing (3T). 

“Perlu ada kolaborasi secara ketat mengendalikan agent-nya (SARS-CoV-2 / COVID19), lingkungannya, juga host-nya,” kata Dr dr Eka Ginanjar, SpPD-KKV, MARS.

Rekomendasi tata perilaku yang dianjurkan oleh Tim Mitigasi IDI sesuai dengan referensi dari National Institute for Occupational Safety and Health adalah dengan hierarki pengendalian risiko transmisi infeksi, yakni: 
Vaksinasi dan 3T (untuk menghilangkan sumber bahaya secara fisik dan mengganti sumber bahaya)
V-D-J-S : Ventilasi-Durasi-Jarak-Sirkulasi (untuk mengisolasi orang-orang dari sumber bahaya)
5M : Memakai Masker, Menjaga Jarak, Mencuci Tangan, Membatasi Mobilitas, Menghindari Kerumunan (untuk mengubah kebiasaan beraktifitas dan bekerja), serta Penggunaan APD bagi para pekerja yang disesuaikan dengan risikonya.

Pemahaman konsep akan rumah sehat ramah lingkungan diprioritaskan untuk menghindari kesalahpahaman akan anggapan bahwa rumah hijau adalah rumah yang memerlukan biaya perawatan tinggi ataupun rumah yang hanya memiliki banyak lahan hijau, banyak pohon ataupun sekadar dicat hijau. 

“Korelasinya secara tidak langsung yang nyata dirasakan adalah rumah hijau dan sehat dapat signifikan mengurangi beban dari fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia (puskesmas, klinik dan rumah sakit),” kata Sigit Kusumawijaya, ST., MSc., IAI, GP - Arsitek & Ahli Rancang Kota sekaligus Green Professional (GP) dari GBCI dan co-Inisiator Indonesia Berkebun.

“Terlebih dalam kondisi saat ini rumah hijau dan sehat secara nyata dapat membantu mengurangi tingkat penyebaran tertular penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) termasuk memberikan kenyamanan penghuninya selama pandemi Covid-19, dikarenakan walaupun hampir keseluruhan waktu penghuninya berada di dalam rumah, mereka akan tetap dapat merasakan berintensitas dekat dengan alam dan sekitar,” kata kata Sigit Kusumawijaya.

Manfaat yang dapat dirasakan dengan redesain tata ruang hijau sebagaimana dikatakan Sigit antara lain: Adanya pergantian udara segar yang dapat menghilangkan berbagai polutan (baik dari penguapan racun material rumah ataupun transmisi udara / sistem pernafasan manusia) di dalam rumah. 

Selain itu, penghuni juga bisa mendapatkan langsung sinar matahari untuk penerangan alami dan manfaat asupan kebutuhan pro vitamin D (sinar matahari), serta manfaat kedekatan dengan alam sebagai bagian dari elemen penyembuhan (self healing) /ketenangan/relaksasi pada penghuni (therapeutic).

“Kami berharap rekomendasi ini bisa menjadi rujukan dan masuk dalam rĂ©gulasi sebagai upaya mengembalikan aktifitas masyarakat agar tidak hanya patuh pada protokol 5M saja tetapi juga memperhatikan tata kelola ruang ini, terutama di ruangan-ruangan tertutup yang lebih berisiko,” tutup dr Adib Khumaidi. (pr/idi)

Lampiran:

Rumah Sehat dengan Konsep Hijau untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19
oleh: Arsitek Sigit Kusumawijaya & Tim Mitigasi IDI

Sirkulasi Udara
- Membuang udara yang mengandung unsur-unsur toxic yang berbahaya untuk kesehatan pernafasan

Pengkondisian Udara
- Pengkondisian udara yang menjamin kenyamanan, kesehatan dan hemat energi

Material Organik, Non-Porous dan Non Asbestos
- Material organik dan mudah dibersihkan serta dirawat dapat mengurangi kemungkinan virus dan bakteria untuk bertahan hidup
- Bangunan tanpa penggunaan material asbestos yang dapat mengganggu kesehatan paru-paru

Inovasi
- Inovasi smart home untuk mengelola dan meningkatkan indoor rumah, keamanan, kenyamanan dan penggunaan energi
- Penggunaan sistem air purification untuk memurnikan udara
- Panel untuk Tenaga Surya (Solar Panel) dalam menghemat energi listrik

Kenyamanan Spasial Ruang
- Luas bangunan yang layak dan nyaman untuk dihuni, baik untuk kesehatan psikologis
- Tata ruang yang dapat beradaptasi sesuai kebutuhan seperti ruang untuk bekerja atau belajar secara daring, area pintu masuk yang menyediakan area sanitasi dan ruang untuk karantina mandiri

Konservasi Air
- Upaya konservasi air untuk menjaga kualitas air tanah dan mengurangi pencemaran
- Penggunaan area resapan air atau kolam retensi untuk menampung dan meneruskan air ke dalam tanah serta mengurangi banjir

Pencahayaan Alami
- Meningkatkan keterikatan dan hubungan penghuni dengan alam yang baik untuk kesehatan mental dan psikologis penghuni 
- Sinar matahari pagi juga banyak mengandung vitamin D untuk kekebalan imun tubuh dan memperkuat tulang

Area Hijau yang Cukup
- Vegetasi alami berguna untuk ekologi dan untuk kesehatan fisik dan psikologi serta dapat menyaring polutan yang dapat masuk ke dalam rumah
- Semenjak pandemi, area terbuka dan hijau banyak diminati dikarenakan sirkulasi udaranya yang lebih bebas mengalir
- Area berkebun di rumah untuk tanaman sayuran, obat-obatan dapat membantu kontribusi swasembada dan kelestarian kebutuhan pangan rumah tangga
- Memanfaatkan sound barrier alami berupa pohon, untuk mengurangi kebisingan dari luar

Sumber: Greenship Homes VI (World Green Building Council) & Emerging Architects Studio
Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Follow Kami

NEWS UPDATE

POPULER

INFO LOWONGAN KERJA

JADWAL PENERBANGAN BANDARA SAMS SEPINGGAN BALIKPAPAN

INFO CUACA KALTIM