SIARAN PERS IPW : Neta S Pane-Ketua Presidium Ind Police Watch
Kasus teror bom bunuh diri di Polrestabes Medan (foto net) |
Dua
kasus serangan teroris ini, terutama kasus serangan bom di Polrestabes
Medan menunjukkan bahwa sel-sel terorisme masih hidup subur di
Indonesia, meski Densus 88 terus menerus melakukan penangkapan dan
pembersihan ke sarang-sarang terorisme tapi para teroris tetap mencari
celah untuk melakukan serangan.
Indonesia
Police Watch (IPW) menilai, serangan bom di Polresta Medan bisa dinilai
sebagai upaya kalangan teroris untuk mempermalukan Kapolri idam Azis
yang baru dilantik sebagai Kapolri dimana Idham adalah tokoh penting
dalam Densus 88.
Kasus
bom Medan ini sekaligus menunjukkan Polri di bawah kepimpinan Idam Azis
lemah dalam sistem deteksi dininya, baik deteksi dini dari jajaran
Densus 88 maupun dari Intelijen kepolisian maupun Bareskrim.
Kebetulan
hingga saat ini Idam belum berhasil memilih Kabareskrim yang baru. Di
sepanjang era kampanye dan pilpres 2019, Polri sudah melakukan pagar
betis dan pembersihan terhadap kantong-kantong terorisme. Tapi kenapa
saat Idam baru menjabat sebagai Kapolri, Polri bisa kebobolan?
Selain
itu, selama ini jajaran kepolisian sendiri yang selalu mengatakan bahwa
sasaran terorisme saat ini sudah meluas dan polisi dijadikan sebagai
sasaran utamanya, tapi kenapa Polri lengah dan masih kebobolan?
Melihat
pola serangan di Medan, tidak ada kata lain bahwa Polri tidak boleh
lengah untuk terus menerus meningkatkan deteksi dininya. Apalagi selama
ini Polri sangat agresif memburu para teroris dan para teroris
menganggap jajaran Polri adalah penghambat utama dari gerakan perjuangan
mereka, sehingga jika Polri lengah, wajar kalangan teroris bermanuver
mencari celah dengan modus-modus baru.
Penggunaan
ojek online adalah modus baru dalam sistem serangan terorisme di
Indonesia. Polri harus mencermati hal ini dengan serius, apakah korban
adalah benar-benar pelaku bom bunuh diri dalam serangan di Polrestabes
Medan atau korban merupakan korban yang diperalat jaringan terorisme.
Dalam
artian, jaringan terorisme menyewa ojek online untuk membawa penumpang
dan barang (bom) ke Polrestabes Medan dan begitu tiba di TKP, bom yang
dibawa diledakkan dengan sistem remot kontrol dari jarak jauh.
Fenomena
ini patut dicermati Polri. Terlepas dari semua itu Kapolri Idham Azis
harus bisa bekerja cepat, terutama dalam menetapkan Kabareskrim yang
baru. Tujuannya agar Polri bisa konsolidasi, terutama untuk mencermati
manuver kelompok terorisme. Bagaimana Polri bisa mencermati dan
mendeteksi manuver jajaran terorisme, jika polri sendiri tidak
terkonsolidasi dengan mengambangnya posisi Kabareskrim. Yang ada justru
muncul manuver-manuver negatif di internal kepolisian yang membuat
jajaran kepolisian menjadi bingung untuk bersikap di tengah maraknya
serangan terorisme. (*)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar