September 22, 2016

Demokrasi Era Digital : Cerdas dan Kreatifnya Abdul Gafur Mas'ud




Abdul Gafur Mas'ud
PENAJAM, KABARKALTIM.CO.ID-Pengusaha muda sukses dan cerdas H Abdul Gafur Mas'ud SE membuktikan sebagai sosok yang kreatif dan inovatif. Kepemimpinan memang membutuhkan figur yang kreatif dan penuh inovasi, untuk mengatasi berbagai permasalahan, mencari terobosan dan solusi dan terus mampu menjawab tantangan zaman. Nah, Gafur sapaan akrab Abdul Gafur Mas'ud, salah satu tokoh muda yang memiliki kreativitas tadi, berusaha menjawab tantangan dan perkembangan zaman. 

Contoh nyata, di era demokrasi digital saat ini, Gafur yang berniat maju dalam pemilihan bupati Penajam Paser Utara (PPU) 2018 mendatang, bisa dibilang tampil terdepan dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi komunikasi dan informasi. Ya, bukti kreativitas Gafur dan tim atau relawannya, memanfaatkan era digital saat ini, menarik simpati publik, pembentukan opini publik dan penyampaian visi misi atau program-program kerjanya secara cepat atan akurat. 


H Abdul Gafur Mas'ud dan istri Hj Risna
Dan tak bisa dipungkiri, strategi  yang dilakukan Gafur dan tim, banyak menjangkau kalangan muda, generasi penerus yang memang rata-rata melek informasi teknologi (IT). Terbukti, nama Gafur pun makin berkibar, dengan memanfaatkan kreativitas di era demokrasi digital saat ini. 

Contoh lagi, baru-baru ini Gafur meluncurkan video yang berisi program-program kerja dan semangat serta komitmennya untuk membangun Kabupaten PPU. Video tersebut sudah disebar di berbagai jejaring sosial, seperti facebook, twitter, instagram, youtube termasuk di media online. 

Salah satunya isi video tersebut, memaparkan sosok Abdul Gafur Mas'ud (AGM) sebagai sosok muda, cerdas, bertanggung jawab dan visioner. Semangat membangun perekonomian daerah, dengan selogan AGM untuk PPU baru. 

Sebagai bahan perenungan, perkembangan demokrasi tidak lagi semata-mata dipengaruhi  jaringan sosial yang bersifat konvensional. Jaringan konvensional dimaksud melalui pertemuan-pertemuan tatap muka. Dari kemajuan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, demokrasi bergerak dengan melibatkan bentuk jaringan sosial melalui perubahan-perubahan yang bersifat online. Atau melalui media internet yang kemudian disebut dengan jejaring sosial. 

Pada waktu pemilihan Presiden Republik Indonesia pada watu yang lalu, siapa saja yang melek internet menyaksikan hebohnya  media-media online saling memberikan dukungan atau penolakan terhadap masing-masing calon. Selain media online, ada juga situs jejaring sosial seperti  facebook, twitter,  blog dan jejaring sosial lainnya. Kondisi itu secara tidak langsung, telah mampu memengaruhi proses demokratisasi politik. Tidak saja di Indonesia tapi juga di berbagai belahan dunia. 

Fakta, kepopuleran situs jejaring sosial di era globalisasi saat ini telah menjadi sebuah fenomena tersendiri. Contoh pula, terpilihnya Presiden Amerika Serikat tahun 2008 juga salah satu tonggak penting dalam sejarah keampuhan situs jejaring sosial dalam mempengaruhi perilaku pemlih. Dengan membangun jejaring sosial My.Barack Obama.com kampanye politik Obama khusus memanfaatkan kekuatan jejaring sosial online dan media sosial (orang ke orang). 

Strategi Obama menggunakan Web membuat dia dibanding-bandingkan dengan John F Kennedy yang menggunakan televisi untuk memenangi pemilihan Presiden AS pada tahun 1960. Mereka mampu mengubah wajah politik untuk selamanya melalui penggunaan teknologi baru. Situs jejaring sosial My.BarckObama.com, rekor jumlah akunnya mencapai 1,5 juta. 

Para penggunanya dapat membahas kandidat, menyumbangkan uang dan yang terpenting mengorganisasi kegiatan sosial di dunia nyata. Para pendukung online membentuk 35.000 grup berdasarkan kedekatan geografis, afiliasi dengan isu tertentu, kesamaan minat dan budaya. Dan pada minggu terakhir kampanye yang kritis, kampanye Obama mengorganisasi seribu lebih acara penggalangan suara lewat telepon. Memobilisasi teman dan anggota keluarga dengan menandatangani petisi online dan mengirimkan komentar politik lewat SMS, e-mail atau jejaring sosial lainnya. 

Di kalangan para ahli komunikasi politik penyampaian pesan-pesan politik yang berlangsung melalui media online atau jejaring sosial di internet dinilai sebagai cara yang cepat, dan memiliki jangkauan yang luas, dapat kontinyu, bersifat dua arah (terjadi umpan balik dengan cepat) efisien dan efektif. Dengan demikian model ini juga dapat membangun kohesivitas sosial atau daya ikat sosial yang solid di kalangan konstituen. Tak heran bila keberadaan media sosial telah meningkatkan partisipasi politik masyarakat, terutama kaum muda. (tim kk)


DEMOKRASI DI ERA DIGITAL Oleh : Aspianor Sahbas Perkembangan demokrasi tidak lagi semata-mata dipengaruhi oleh jaringan sosial yang bersifat konvensional. Jaringan konvensional dimaksud adalah melalui pertemuan-pertemuan tatap muka. Atau perkumpulan-perkumpulan organisasional --- melalui dunia nyata. Sebagai akibat dari kemajuan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, demokrasi bergerak dengan melibatkan bentuk jaringan sosial melalui perubahan-perubahan yang bersifat online. Atau melalui media internet yang kemudian disebut dengan jejaring sosial. Pada waktu pemilihan Presiden beberapa waktu yang lalu, siapa saja yang melek internet menyaksikan betapa gegap gempitanya media-media online saling memberikan dukungan atau penolakan terhadap masing-masing calon. Selain media online, ada juga situs jejaring sosial (social network sites), seperti "facebook", "twitter", "blog" dll, yang secara tidak langsung ternyata juga mampu memengaruhi proses demokratisasi politik. Tidak saja di Indonesia tapi juga diberbagai belahan dunia. Tak dapat dipungkiri, bahwa kepopuleran situs jejaring sosial atau social networking di era globalisasi saat ini telah menjadi sebuah fenomena tersendiri. Situs jejaring sosial pun semakin populer dan akrab dalam pergaulan hidup masyarakat. Oleh sebab itu, dalam rangka mendorong ke arah demokratisasi politik para politisi sudah seharusnya bisa memanfaatkan media jaringan sosial di internet guna menyampaikan gagasan, tindakan, serta melakukan aktivitas politik lain untuk pembinaan konstituen dan masyarakat luas. Di Indonesia kita juga pernah mencatat betapa significantnya pengaruh jejaring social dalam menggerakan aspirasi masyarakat mendukung kasus agar tidak terjadi proses kriminalisasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bibit-Chandra. Kasus Bank Century, dan yang paling mencengangkan kekuatan jaringan sosial terbukti ampuh dalam menggerakkan massa untuk mengumpulkan koin untuk membantu Prita Mulyasari melawan RS Omni International Alam Sutera pada Desember 2009. “Gerakan Koin Untuk Keadilan” ini mampu meraup koin senilai lebih dari Rp 655 juta! Sebuah gerakan yang dirancang oleh sekelompok orang dengan tujuan jelas: membantu Prita melawan ketidakadilan, dengan mengusung isu rasa solidaritas masyarakat melalui berbagai situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dan Blog. Dahsyatnya situs jejaring sosial khususnya Facebook dan Twitter ditengarai memiliki peran penting dalam gerakan revolusioner di Mesir dan Tunisia yang sukses beberapa waktu yang lalu. Kedua situs jejaring sosial terpopuler ini berperan dalam menyebarkan informasi dan membantu para organisator merencanakan aksi protes mereka. Dipelopori para aktivis kaum muda, berpendidikan, dan melek internet (serta menganggur), mereka menggunakan teknologi sosial untuk membantu memobilisasi massa dalam menggulingkan rezim-rezim lama dan tidak lagi cocok untuk membangun pemerintahan demokrasi baru. Terpilihnya Presiden Amerika Serikat pada tahun 2008 juga salah satu tonggak penting dalam sejarah keampuhan situs jejaring sosial dalam mempengaruhi prilaku pemlih. Dengan membangun jejaring sosial My.Barack Obama.com kampanye politik Obama khusus memanfaatkan kekuatan jejaring sosial online dan media sosial (orang ke orang). Strategi Obama menggunakan Web membuat dia dibanding-bandingkan dengan John F Kennedy menggunakan televisi untuk memenangi pemilihan Presiden AS pada tahun 1960. Mereka mampu merubah wajah politik untuk selamanya melalui penggunaan teknologi baru. Situs jejaring sosial My.BarckObama.com, rekor jumlah akunya mencapai 1,5 juta. Para penggunanya dapat membahas kandidat, menyumbangkan uang, dan yang terpenting mengorganisasi kegiatan social di dunia nyata. Para pendukung online membentuk 35.000 grup berdasarkan kedekatan geografis, afiliasi dengan issu tertentu, kesamaan minat dan budaya. Dan pada minggu terakhir kampanye yang kritis, kampanye Obama mengorganisasi seribu lebih acara penggalangan suara lewat telepon.Memobilisasi teman dan anggota keluarga dengan menanda tangani petisi online dan mengirimkan komentar politik lewat SMS, e-mail atau jejaring sosial lainnya. Dikalangan para ahli komunikasi politik penyampaian pesan-pesan politik yang berlangsung melalui media online atau jejaring sosial di internet dinilai sebagai cara yang cepat, dan memiliki jangkauan yang luas, dapat kontinu, bersifat dua arah (terjadi umpan balik dengan cepat) efisien dan efektif. Dengan demikian model ini juga dapat membangun kohesivitas sosial atau daya ikat sosial yang solid dikalangan konstituen. Tak heran bila keberadaan media sosial telah meningkatkan partisipasi politik masyarakat, terutama kaum muda. Laporan Pew Internet Project menemukan bahwa jaringan sosial dapat mendorong anak-anak muda untuk terlibat dalam politik. Keterlibatan politik secara online seperti menghubungi para pejabat, menandatangani petisi dan menghimpun donasi meningkat di kalangan orang-orang Amerika Serikat yang lebih kaya dan berpendidikan lebih baik. Meski keterlibatan masyarakat masih berada di kalangan menengah, Internet berkontribusi nyata untuk mendemokratisasikan keterlibatan politik. Dunia politik, dunia bisnis, dunia pendidikan dll. tidak dapat lepas dari pemanfatan media. Termasuk pemanfaatan internet yang berkonvergensi dengan media lama (surat kabar, majalah, TV, radio) dan media jejaring sosial (facebook, twitter, blog, dan lain-lain) yang memiliki dampak yang besar terhadap dinamika dan perkembangan semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Keberadaan situs jejaring sosial tak terpisahkan dari aktifitas kehidupan manusia sehari-hari, bagaimana tidak, dimana saja kapan saja ratusan juta orang memanfaatkan situs jejaring sosial untuk keperluan masing-masing. Dari mulai anak-anak, remaja sampai kalangan dewasa dengan latar belakang berbeda-beda memanfaatkan layanan yang tersedia dalam sebuah situs jejaring sosial. Jalinan komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai opsi komunikasi yang ditawarkan, dengan bantuan berbagai fitur situs jejaring sosial yang memanjakan pengguna. Adanya jalinan hubungan antar pengguna ini memudahkan dalam akses pertukaran informasi. Era Konvergensi Media Teknologi informasi mutakhir telah berhasil menggabungkan sifat-sifat teknologi telekomunikasi konvensional yang bersifat massif dengan teknologi komputer yang bersifat interaktif. Fenomena ini lazim disebut sebagai konvergensi, yakni bergabungnya media telekomunikasi tradisional dengan internet sekaligus. Konvergensi menyebabkan perubahan radikal dalam penanganan, penyediaan, distribusi dan pemrosesan seluruh bentuk informasi baik visual, audio, data dan sebagainya. Kunci dari konvergensi adalah digitalisasi, karena seluruh bentuk informasi maupun data diubah dari format analog ke format digital sehingga dikirim ke dalam satuan bit (binary digit). Karena informasi yang dikirim merupakan format digital, konvergensi mengarah pada penciptaan produk-produk yang aplikatif yang mampu melakukan fungsi audiovisual sekaligus fungsi komputasi (propses pengolahan data dan penghitungan). Kita memang hidup dalam perkembangan teknologi komunikasi informasi yang bergerak cepat. Jejaring social bergerak cepat dan besar selagi kita menggunakan SMS, Twitter, Facebook, Myspace dll. untuk membangun hubungan dengan semua orang yang kita kenal dan bahkan yang tidak kita kenal.Hal ini seharusnya membuat kita sadar akan pentingnya keterhubungan melalui pemanfaatan media jejaring sosial. Namun suatu hal yang harus di pahami, sifat alamiah perkembangan teknologi selalu saja mempunyai dua sisi, positif dan negatif. Di samping optimalisasi sisi positif, antisipasi terhadap sisi negatif nampaknya perlu juga diperhatikan sehingga kehadiran teknologi jejaring sosial tetap diarahkan untuk mampu membawa kemaslahatan bersama. (Catatan dioalah dari berbagai sumber seharusnya ada catatak kaki, namun karena terbatas, catatan kaki tidak kami cantumkan, namun kami tetap menghargai nilai-nilai keilmiahan jika membutuhka verifikasi). . Aspianor Sahbas /aspianosahbas-gagasan.kontrol-politik-hukum alumni pascasarjana Jayabaya,bekerja di Indonesia Monitoring Political Economic Law and Culture for Humanity (IMPEACH) Selengkapnya... IKUTI Share 1 0 0 KOMPASIANA ADALAH MEDIA WARGA, SETIAP KONTEN DIBUAT OLEH DAN MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULIS. LABEL mainstreammedia media TANGGAPI DENGAN ARTIKEL RESPONS : 0 NILAI : 0 Beri Nilai Featured Article 4 Cara Jitu Melawan Ahok Agar Gagal Kembali Jadi Gubernur DKI 2017 Asaaro Lahagu 01 September Headline 1 Sindroma "Baby Blues", Apa Sebabnya? Nanang Diyanto 22 September 2016 2 Indonesia, Dwikewarganegaraan dan 4 Reaksi atas Wacana Penerapannya Kompasiana 22 September 2016 3 Yuk Manfaatkan iJakarta dan Akses Ribuan Buku dalam Genggaman Darul Azis 22 September 2016 4 Kereta Api Indonesia, dari Masa ke Masa Ariyani Na 22 September 2016 5 Agus Harimurti, Kuda Hitam Pilgub DKI? Ilyani Sudardjat 22 September 2016 Nilai Tertinggi Kereta Api Indonesia, dari Masa ke Masa Ariyani Na 22 September Agus Harimurti, Kuda Hitam Pilgub DKI? Ilyani Sudardjat 22 September Buah Tempayang Herbal yang Multi Khasiat Bambang Setyawan 22 September [Humor] Manusia dan Tanah Jati 22 September Sandi dan Koalisi Kekeluargaan Galau Tingkat Dewa (Tidak Ingusan) Susy Haryawan 22 September Terpopuler Melihat Kepentingan Megawati, SBY dan Prabowo di Pilkada 2017 Musni Umar 22 September Agus Harimurti, Kuda Hitam Pilgub DKI? Ilyani Sudardjat 22 September Segera Tukarkan Uang Anda Sebelum 29 November 2016! Widodo Surya Putra 22 September Ahok Songong Sudah Daftar Cagub, yang Lain Pilih Calon Saja Bingung? Nolwi 22 September Kontestasi Pemilihan Gubernur DKI Jakarta Adalah Fakta Peperangan Antara Rakyat dan Cukong Imam Prasetyo 22 September Tren di Google Kapolda Metro Jaya Irjen Moechgiyarto Akhirnya Dicopot Tito Karnavian Mawalu 16 September 2016 Sudah Terbongkar Kasus Selingkuh, Hok Lai Es Krim Terjerat Pasal Penganiayaan TJin Kwang 22 September 2016 Agus Harimurti, Kuda Hitam Pilgub DKI? Ilyani Sudardjat 22 September 2016 Melihat Kepentingan Megawati, SBY dan Prabowo di Pilkada 2017 Musni Umar 22 September 2016 Sungguh Kejam, Agama Dibawa Ke Politik Asep Bahtiar Pandeglang 22 September 2016 Gres Aku... Zhalle Zhal 22 September Kepergian Koilo Kiara Vie 22 September Minimnya Film Fantasi Karena Takut Berimajinasi? Albert Cain 22 September Ada Cinta Didah Kholidah 22 September Budayakan Siaga Bencana Melalui Sandiwara Radio Kolosal Zaid Makruf 13 September Tentang Kompasiana Syarat & Ketentuan

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/aspianosahbas-gagasan.kontrol-politik-hukum/demokrasi-di-era-digital_54f433b1745513932b6c88ea
Perkembangan demokrasi tidak lagi semata-mata dipengaruhi oleh jaringan sosial yang bersifat konvensional. Jaringan konvensional dimaksud adalah melalui pertemuan-pertemuan tatap muka. Atau perkumpulan-perkumpulan organisasional --- melalui dunia nyata. Sebagai akibat dari kemajuan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, demokrasi bergerak dengan melibatkan bentuk jaringan sosial melalui perubahan-perubahan yang bersifat online. Atau melalui media internet yang kemudian disebut dengan jejaring sosial. Pada waktu pemilihan Presiden beberapa waktu yang lalu, siapa saja yang melek internet menyaksikan betapa gegap gempitanya media-media online saling memberikan dukungan atau penolakan terhadap masing-masing calon. Selain media online, ada juga situs jejaring sosial (social network sites), seperti "facebook", "twitter", "blog" dll, yang secara tidak langsung ternyata juga mampu memengaruhi proses demokratisasi politik. Tidak saja di Indonesia tapi juga diberbagai belahan dunia. Tak dapat dipungkiri, bahwa kepopuleran situs jejaring sosial atau social networking di era globalisasi saat ini telah menjadi sebuah fenomena tersendiri. Situs jejaring sosial pun semakin populer dan akrab dalam pergaulan hidup masyarakat. Oleh sebab itu, dalam rangka mendorong ke arah demokratisasi politik para politisi sudah seharusnya bisa memanfaatkan media jaringan sosial di internet guna menyampaikan gagasan, tindakan, serta melakukan aktivitas politik lain untuk pembinaan konstituen dan masyarakat luas. Di Indonesia kita juga pernah mencatat betapa significantnya pengaruh jejaring social dalam menggerakan aspirasi masyarakat mendukung kasus agar tidak terjadi proses kriminalisasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bibit-Chandra. Kasus Bank Century, dan yang paling mencengangkan kekuatan jaringan sosial terbukti ampuh dalam menggerakkan massa untuk mengumpulkan koin untuk membantu Prita Mulyasari melawan RS Omni International Alam Sutera pada Desember 2009. “Gerakan Koin Untuk Keadilan” ini mampu meraup koin senilai lebih dari Rp 655 juta! Sebuah gerakan yang dirancang oleh sekelompok orang dengan tujuan jelas: membantu Prita melawan ketidakadilan, dengan mengusung isu rasa solidaritas masyarakat melalui berbagai situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dan Blog.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/aspianosahbas-gagasan.kontrol-politik-hukum/demokrasi-di-era-digital_54f433b1745513932b6c88ea
Perkembangan demokrasi tidak lagi semata-mata dipengaruhi oleh jaringan sosial yang bersifat konvensional. Jaringan konvensional dimaksud adalah melalui pertemuan-pertemuan tatap muka. Atau perkumpulan-perkumpulan organisasional --- melalui dunia nyata. Sebagai akibat dari kemajuan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, demokrasi bergerak dengan melibatkan bentuk jaringan sosial melalui perubahan-perubahan yang bersifat online. Atau melalui media internet yang kemudian disebut dengan jejaring sosial. Pada waktu pemilihan Presiden beberapa waktu yang lalu, siapa saja yang melek internet menyaksikan betapa gegap gempitanya media-media online saling memberikan dukungan atau penolakan terhadap masing-masing calon. Selain media online, ada juga situs jejaring sosial (social network sites), seperti "facebook", "twitter", "blog" dll, yang secara tidak langsung ternyata juga mampu memengaruhi proses demokratisasi politik. Tidak saja di Indonesia tapi juga diberbagai belahan dunia. Tak dapat dipungkiri, bahwa kepopuleran situs jejaring sosial atau social networking di era globalisasi saat ini telah menjadi sebuah fenomena tersendiri. Situs jejaring sosial pun semakin populer dan akrab dalam pergaulan hidup masyarakat. Oleh sebab itu, dalam rangka mendorong ke arah demokratisasi politik para politisi sudah seharusnya bisa memanfaatkan media jaringan sosial di internet guna menyampaikan gagasan, tindakan, serta melakukan aktivitas politik lain untuk pembinaan konstituen dan masyarakat luas. Di Indonesia kita juga pernah mencatat betapa significantnya pengaruh jejaring social dalam menggerakan aspirasi masyarakat mendukung kasus agar tidak terjadi proses kriminalisasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bibit-Chandra. Kasus Bank Century, dan yang paling mencengangkan kekuatan jaringan sosial terbukti ampuh dalam menggerakkan massa untuk mengumpulkan koin untuk membantu Prita Mulyasari melawan RS Omni International Alam Sutera pada Desember 2009. “Gerakan Koin Untuk Keadilan” ini mampu meraup koin senilai lebih dari Rp 655 juta! Sebuah gerakan yang dirancang oleh sekelompok orang dengan tujuan jelas: membantu Prita melawan ketidakadilan, dengan mengusung isu rasa solidaritas masyarakat melalui berbagai situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dan Blog.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/aspianosahbas-gagasan.kontrol-politik-hukum/demokrasi-di-era-digital_54f433b1745513932b6c88ea
Perkembangan demokrasi tidak lagi semata-mata dipengaruhi oleh jaringan sosial yang bersifat konvensional. Jaringan konvensional dimaksud adalah melalui pertemuan-pertemuan tatap muka. Atau perkumpulan-perkumpulan organisasional --- melalui dunia nyata. Sebagai akibat dari kemajuan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, demokrasi bergerak dengan melibatkan bentuk jaringan sosial melalui perubahan-perubahan yang bersifat online. Atau melalui media internet yang kemudian disebut dengan jejaring sosial. Pada waktu pemilihan Presiden beberapa waktu yang lalu, siapa saja yang melek internet menyaksikan betapa gegap gempitanya media-media online saling memberikan dukungan atau penolakan terhadap masing-masing calon. Selain media online, ada juga situs jejaring sosial (social network sites), seperti "facebook", "twitter", "blog" dll, yang secara tidak langsung ternyata juga mampu memengaruhi proses demokratisasi politik. Tidak saja di Indonesia tapi juga diberbagai belahan dunia. Tak dapat dipungkiri, bahwa kepopuleran situs jejaring sosial atau social networking di era globalisasi saat ini telah menjadi sebuah fenomena tersendiri. Situs jejaring sosial pun semakin populer dan akrab dalam pergaulan hidup masyarakat. Oleh sebab itu, dalam rangka mendorong ke arah demokratisasi politik para politisi sudah seharusnya bisa memanfaatkan media jaringan sosial di internet guna menyampaikan gagasan, tindakan, serta melakukan aktivitas politik lain untuk pembinaan konstituen dan masyarakat luas. Di Indonesia kita juga pernah mencatat betapa significantnya pengaruh jejaring social dalam menggerakan aspirasi masyarakat mendukung kasus agar tidak terjadi proses kriminalisasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bibit-Chandra. Kasus Bank Century, dan yang paling mencengangkan kekuatan jaringan sosial terbukti ampuh dalam menggerakkan massa untuk mengumpulkan koin untuk membantu Prita Mulyasari melawan RS Omni International Alam Sutera pada Desember 2009. “Gerakan Koin Untuk Keadilan” ini mampu meraup koin senilai lebih dari Rp 655 juta! Sebuah gerakan yang dirancang oleh sekelompok orang dengan tujuan jelas: membantu Prita melawan ketidakadilan, dengan mengusung isu rasa solidaritas masyarakat melalui berbagai situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dan Blog.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/aspianosahbas-gagasan.kontrol-politik-hukum/demokrasi-di-era-digital_54f433b1745513932b6c88ea
Baca Juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Follow Kami

NEWS UPDATE

POPULER

INFO LOWONGAN KERJA

JADWAL PENERBANGAN BANDARA SAMS SEPINGGAN BALIKPAPAN

INFO CUACA KALTIM