Abdul Gafur Mas'ud |
PENAJAM, KABARKALTIM.CO.ID-Pengusaha muda sukses dan cerdas H Abdul Gafur Mas'ud SE membuktikan sebagai sosok yang kreatif dan inovatif. Kepemimpinan memang membutuhkan figur yang kreatif dan penuh inovasi, untuk mengatasi berbagai permasalahan, mencari terobosan dan solusi dan terus mampu menjawab tantangan zaman. Nah, Gafur sapaan akrab Abdul Gafur Mas'ud, salah satu tokoh muda yang memiliki kreativitas tadi, berusaha menjawab tantangan dan perkembangan zaman.
Contoh nyata, di era demokrasi digital saat ini, Gafur yang berniat maju dalam pemilihan bupati Penajam Paser Utara (PPU) 2018 mendatang, bisa dibilang tampil terdepan dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi komunikasi dan informasi. Ya, bukti kreativitas Gafur dan tim atau relawannya, memanfaatkan era digital saat ini, menarik simpati publik, pembentukan opini publik dan penyampaian visi misi atau program-program kerjanya secara cepat atan akurat.
H Abdul Gafur Mas'ud dan istri Hj Risna |
Dan tak bisa dipungkiri, strategi yang dilakukan Gafur dan tim, banyak menjangkau kalangan muda, generasi penerus yang memang rata-rata melek informasi teknologi (IT). Terbukti, nama Gafur pun makin berkibar, dengan memanfaatkan kreativitas di era demokrasi digital saat ini.
Contoh lagi, baru-baru ini Gafur meluncurkan video yang berisi program-program kerja dan semangat serta komitmennya untuk membangun Kabupaten PPU. Video tersebut sudah disebar di berbagai jejaring sosial, seperti facebook, twitter, instagram, youtube termasuk di media online.
Salah satunya isi video tersebut, memaparkan sosok Abdul Gafur Mas'ud (AGM) sebagai sosok muda, cerdas, bertanggung jawab dan visioner. Semangat membangun perekonomian daerah, dengan selogan AGM untuk PPU baru.
Sebagai bahan perenungan, perkembangan demokrasi
tidak lagi semata-mata dipengaruhi jaringan sosial yang bersifat
konvensional. Jaringan konvensional dimaksud melalui
pertemuan-pertemuan tatap muka. Dari kemajuan
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, demokrasi bergerak
dengan melibatkan bentuk jaringan sosial melalui perubahan-perubahan
yang bersifat online. Atau melalui media internet yang kemudian disebut
dengan jejaring sosial.
Pada waktu pemilihan Presiden Republik Indonesia pada watu yang lalu, siapa saja yang melek internet menyaksikan hebohnya media-media online saling memberikan dukungan atau penolakan
terhadap masing-masing calon. Selain media online, ada juga situs
jejaring sosial seperti facebook, twitter, blog dan jejaring sosial lainnya. Kondisi itu secara tidak langsung, telah mampu memengaruhi
proses demokratisasi politik. Tidak saja di Indonesia tapi juga
di berbagai belahan dunia.
Fakta, kepopuleran situs
jejaring sosial di era globalisasi saat ini telah
menjadi sebuah fenomena tersendiri. Contoh pula, terpilihnya Presiden Amerika Serikat tahun 2008 juga salah satu
tonggak penting dalam sejarah keampuhan situs jejaring sosial dalam
mempengaruhi perilaku pemlih. Dengan membangun jejaring sosial My.Barack
Obama.com kampanye politik Obama khusus memanfaatkan kekuatan jejaring
sosial online dan media sosial (orang ke orang).
Strategi Obama
menggunakan Web membuat dia dibanding-bandingkan dengan John F Kennedy
yang menggunakan televisi untuk memenangi pemilihan Presiden AS pada tahun
1960. Mereka mampu mengubah wajah politik untuk selamanya melalui
penggunaan teknologi baru. Situs jejaring sosial My.BarckObama.com,
rekor jumlah akunnya mencapai 1,5 juta.
Para penggunanya dapat membahas
kandidat, menyumbangkan uang dan yang terpenting mengorganisasi
kegiatan sosial di dunia nyata. Para pendukung online membentuk 35.000
grup berdasarkan kedekatan geografis, afiliasi dengan isu tertentu,
kesamaan minat dan budaya. Dan pada minggu terakhir kampanye yang
kritis, kampanye Obama mengorganisasi seribu lebih acara penggalangan
suara lewat telepon. Memobilisasi teman dan anggota keluarga dengan
menandatangani petisi online dan mengirimkan komentar politik lewat
SMS, e-mail atau jejaring sosial lainnya.
Di kalangan para ahli
komunikasi politik penyampaian pesan-pesan politik yang berlangsung
melalui media online atau jejaring sosial di internet dinilai sebagai
cara yang cepat, dan memiliki jangkauan yang luas, dapat kontinyu,
bersifat dua arah (terjadi umpan balik dengan cepat) efisien dan
efektif. Dengan demikian model ini juga dapat membangun kohesivitas
sosial atau daya ikat sosial yang solid di kalangan konstituen. Tak heran
bila keberadaan media sosial telah meningkatkan partisipasi politik
masyarakat, terutama kaum muda. (tim kk)
DEMOKRASI DI ERA DIGITAL
Oleh : Aspianor Sahbas
Perkembangan demokrasi tidak lagi semata-mata dipengaruhi oleh jaringan
sosial yang bersifat konvensional. Jaringan konvensional dimaksud adalah
melalui pertemuan-pertemuan tatap muka. Atau perkumpulan-perkumpulan
organisasional --- melalui dunia nyata.
Sebagai akibat dari kemajuan perkembangan teknologi komunikasi dan
informasi, demokrasi bergerak dengan melibatkan bentuk jaringan sosial
melalui perubahan-perubahan yang bersifat online. Atau melalui media
internet yang kemudian disebut dengan jejaring sosial.
Pada waktu pemilihan Presiden beberapa waktu yang lalu, siapa saja yang
melek internet menyaksikan betapa gegap gempitanya media-media online
saling memberikan dukungan atau penolakan terhadap masing-masing calon.
Selain media online, ada juga situs jejaring sosial (social network
sites), seperti "facebook", "twitter", "blog" dll, yang secara tidak
langsung ternyata juga mampu memengaruhi proses demokratisasi politik.
Tidak saja di Indonesia tapi juga diberbagai belahan dunia.
Tak dapat dipungkiri, bahwa kepopuleran situs jejaring sosial atau
social networking di era globalisasi saat ini telah menjadi sebuah
fenomena tersendiri. Situs jejaring sosial pun semakin populer dan akrab
dalam pergaulan hidup masyarakat. Oleh sebab itu, dalam rangka
mendorong ke arah demokratisasi politik para politisi sudah seharusnya
bisa memanfaatkan media jaringan sosial di internet guna menyampaikan
gagasan, tindakan, serta melakukan aktivitas politik lain untuk
pembinaan konstituen dan masyarakat luas.
Di Indonesia kita juga pernah mencatat betapa significantnya pengaruh
jejaring social dalam menggerakan aspirasi masyarakat mendukung kasus
agar tidak terjadi proses kriminalisasi Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Bibit-Chandra. Kasus Bank Century, dan yang paling mencengangkan
kekuatan jaringan sosial terbukti ampuh dalam menggerakkan massa untuk
mengumpulkan koin untuk membantu Prita Mulyasari melawan RS Omni
International Alam Sutera pada Desember 2009. “Gerakan Koin Untuk
Keadilan” ini mampu meraup koin senilai lebih dari Rp 655 juta! Sebuah
gerakan yang dirancang oleh sekelompok orang dengan tujuan jelas:
membantu Prita melawan ketidakadilan, dengan mengusung isu rasa
solidaritas masyarakat melalui berbagai situs jejaring sosial seperti
Facebook, Twitter dan Blog.
Dahsyatnya situs jejaring sosial khususnya Facebook dan Twitter
ditengarai memiliki peran penting dalam gerakan revolusioner di Mesir
dan Tunisia yang sukses beberapa waktu yang lalu. Kedua situs jejaring
sosial terpopuler ini berperan dalam menyebarkan informasi dan membantu
para organisator merencanakan aksi protes mereka. Dipelopori para
aktivis kaum muda, berpendidikan, dan melek internet (serta menganggur),
mereka menggunakan teknologi sosial untuk membantu memobilisasi massa
dalam menggulingkan rezim-rezim lama dan tidak lagi cocok untuk
membangun pemerintahan demokrasi baru.
Terpilihnya Presiden Amerika Serikat pada tahun 2008 juga salah satu
tonggak penting dalam sejarah keampuhan situs jejaring sosial dalam
mempengaruhi prilaku pemlih. Dengan membangun jejaring sosial My.Barack
Obama.com kampanye politik Obama khusus memanfaatkan kekuatan jejaring
sosial online dan media sosial (orang ke orang). Strategi Obama
menggunakan Web membuat dia dibanding-bandingkan dengan John F Kennedy
menggunakan televisi untuk memenangi pemilihan Presiden AS pada tahun
1960. Mereka mampu merubah wajah politik untuk selamanya melalui
penggunaan teknologi baru. Situs jejaring sosial My.BarckObama.com,
rekor jumlah akunya mencapai 1,5 juta. Para penggunanya dapat membahas
kandidat, menyumbangkan uang, dan yang terpenting mengorganisasi
kegiatan social di dunia nyata. Para pendukung online membentuk 35.000
grup berdasarkan kedekatan geografis, afiliasi dengan issu tertentu,
kesamaan minat dan budaya. Dan pada minggu terakhir kampanye yang
kritis, kampanye Obama mengorganisasi seribu lebih acara penggalangan
suara lewat telepon.Memobilisasi teman dan anggota keluarga dengan
menanda tangani petisi online dan mengirimkan komentar politik lewat
SMS, e-mail atau jejaring sosial lainnya.
Dikalangan para ahli komunikasi politik penyampaian pesan-pesan politik
yang berlangsung melalui media online atau jejaring sosial di internet
dinilai sebagai cara yang cepat, dan memiliki jangkauan yang luas, dapat
kontinu, bersifat dua arah (terjadi umpan balik dengan cepat) efisien
dan efektif. Dengan demikian model ini juga dapat membangun kohesivitas
sosial atau daya ikat sosial yang solid dikalangan konstituen.
Tak heran bila keberadaan media sosial telah meningkatkan partisipasi
politik masyarakat, terutama kaum muda. Laporan Pew Internet Project
menemukan bahwa jaringan sosial dapat mendorong anak-anak muda untuk
terlibat dalam politik. Keterlibatan politik secara online seperti
menghubungi para pejabat, menandatangani petisi dan menghimpun donasi
meningkat di kalangan orang-orang Amerika Serikat yang lebih kaya dan
berpendidikan lebih baik. Meski keterlibatan masyarakat masih berada di
kalangan menengah, Internet berkontribusi nyata untuk
mendemokratisasikan keterlibatan politik.
Dunia politik, dunia bisnis, dunia pendidikan dll. tidak dapat lepas
dari pemanfatan media. Termasuk pemanfaatan internet yang berkonvergensi
dengan media lama (surat kabar, majalah, TV, radio) dan media jejaring
sosial (facebook, twitter, blog, dan lain-lain) yang memiliki dampak
yang besar terhadap dinamika dan perkembangan semua aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Keberadaan situs jejaring sosial
tak terpisahkan dari aktifitas kehidupan manusia sehari-hari, bagaimana
tidak, dimana saja kapan saja ratusan juta orang memanfaatkan situs
jejaring sosial untuk keperluan masing-masing. Dari mulai anak-anak,
remaja sampai kalangan dewasa dengan latar belakang berbeda-beda
memanfaatkan layanan yang tersedia dalam sebuah situs jejaring sosial.
Jalinan komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai opsi komunikasi yang
ditawarkan, dengan bantuan berbagai fitur situs jejaring sosial yang
memanjakan pengguna. Adanya jalinan hubungan antar pengguna ini
memudahkan dalam akses pertukaran informasi.
Era Konvergensi Media Teknologi informasi mutakhir telah berhasil
menggabungkan sifat-sifat teknologi telekomunikasi konvensional yang
bersifat massif dengan teknologi komputer yang bersifat interaktif.
Fenomena ini lazim disebut sebagai konvergensi, yakni bergabungnya media
telekomunikasi tradisional dengan internet sekaligus. Konvergensi
menyebabkan perubahan radikal dalam penanganan, penyediaan, distribusi
dan pemrosesan seluruh bentuk informasi baik visual, audio, data dan
sebagainya. Kunci dari konvergensi adalah digitalisasi, karena seluruh
bentuk informasi maupun data diubah dari format analog ke format digital
sehingga dikirim ke dalam satuan bit (binary digit). Karena informasi
yang dikirim merupakan format digital, konvergensi mengarah pada
penciptaan produk-produk yang aplikatif yang mampu melakukan fungsi
audiovisual sekaligus fungsi komputasi (propses pengolahan data dan
penghitungan).
Kita memang hidup dalam perkembangan teknologi komunikasi informasi yang
bergerak cepat. Jejaring social bergerak cepat dan besar selagi kita
menggunakan SMS, Twitter, Facebook, Myspace dll. untuk membangun
hubungan dengan semua orang yang kita kenal dan bahkan yang tidak kita
kenal.Hal ini seharusnya membuat kita sadar akan pentingnya
keterhubungan melalui pemanfaatan media jejaring sosial.
Namun suatu hal yang harus di pahami, sifat alamiah perkembangan
teknologi selalu saja mempunyai dua sisi, positif dan negatif. Di
samping optimalisasi sisi positif, antisipasi terhadap sisi negatif
nampaknya perlu juga diperhatikan sehingga kehadiran teknologi jejaring
sosial tetap diarahkan untuk mampu membawa kemaslahatan bersama.
(Catatan dioalah dari berbagai sumber seharusnya ada catatak kaki, namun
karena terbatas, catatan kaki tidak kami cantumkan, namun kami tetap
menghargai nilai-nilai keilmiahan jika membutuhka verifikasi).
.
Aspianor Sahbas
/aspianosahbas-gagasan.kontrol-politik-hukum
alumni pascasarjana Jayabaya,bekerja di Indonesia Monitoring Political
Economic Law and Culture for Humanity (IMPEACH)
Selengkapnya...
IKUTI
Share
1
0
0
KOMPASIANA ADALAH MEDIA WARGA, SETIAP KONTEN DIBUAT OLEH DAN MENJADI
TANGGUNGJAWAB PENULIS.
LABEL mainstreammedia media
TANGGAPI DENGAN ARTIKEL
RESPONS : 0
NILAI : 0
Beri Nilai
Featured Article
4 Cara Jitu Melawan Ahok Agar Gagal Kembali Jadi Gubernur DKI 2017
Asaaro Lahagu
01 September
Headline
1
Sindroma "Baby Blues", Apa Sebabnya?
Nanang Diyanto
22 September 2016
2
Indonesia, Dwikewarganegaraan dan 4 Reaksi atas Wacana Penerapannya
Kompasiana
22 September 2016
3
Yuk Manfaatkan iJakarta dan Akses Ribuan Buku dalam Genggaman
Darul Azis
22 September 2016
4
Kereta Api Indonesia, dari Masa ke Masa
Ariyani Na
22 September 2016
5
Agus Harimurti, Kuda Hitam Pilgub DKI?
Ilyani Sudardjat
22 September 2016
Nilai Tertinggi
Kereta Api Indonesia, dari Masa ke Masa
Ariyani Na
22 September
Agus Harimurti, Kuda Hitam Pilgub DKI?
Ilyani Sudardjat
22 September
Buah Tempayang Herbal yang Multi Khasiat
Bambang Setyawan
22 September
[Humor] Manusia dan Tanah
Jati
22 September
Sandi dan Koalisi Kekeluargaan Galau Tingkat Dewa (Tidak Ingusan)
Susy Haryawan
22 September
Terpopuler
Melihat Kepentingan Megawati, SBY dan Prabowo di Pilkada 2017
Musni Umar
22 September
Agus Harimurti, Kuda Hitam Pilgub DKI?
Ilyani Sudardjat
22 September
Segera Tukarkan Uang Anda Sebelum 29 November 2016!
Widodo Surya Putra
22 September
Ahok Songong Sudah Daftar Cagub, yang Lain Pilih Calon Saja Bingung?
Nolwi
22 September
Kontestasi Pemilihan Gubernur DKI Jakarta Adalah Fakta Peperangan Antara
Rakyat dan Cukong
Imam Prasetyo
22 September
Tren di Google
Kapolda Metro Jaya Irjen Moechgiyarto Akhirnya Dicopot Tito Karnavian
Mawalu
16 September 2016
Sudah Terbongkar Kasus Selingkuh, Hok Lai Es Krim Terjerat Pasal
Penganiayaan
TJin Kwang
22 September 2016
Agus Harimurti, Kuda Hitam Pilgub DKI?
Ilyani Sudardjat
22 September 2016
Melihat Kepentingan Megawati, SBY dan Prabowo di Pilkada 2017
Musni Umar
22 September 2016
Sungguh Kejam, Agama Dibawa Ke Politik
Asep Bahtiar Pandeglang
22 September 2016
Gres
Aku...
Zhalle Zhal
22 September
Kepergian Koilo
Kiara Vie
22 September
Minimnya Film Fantasi Karena Takut Berimajinasi?
Albert Cain
22 September
Ada Cinta
Didah Kholidah
22 September
Budayakan Siaga Bencana Melalui Sandiwara Radio Kolosal
Zaid Makruf
13 September
Tentang Kompasiana Syarat & Ketentuan
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/aspianosahbas-gagasan.kontrol-politik-hukum/demokrasi-di-era-digital_54f433b1745513932b6c88ea
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/aspianosahbas-gagasan.kontrol-politik-hukum/demokrasi-di-era-digital_54f433b1745513932b6c88ea
Perkembangan demokrasi
tidak lagi semata-mata dipengaruhi oleh jaringan sosial yang bersifat
konvensional. Jaringan konvensional dimaksud adalah melalui
pertemuan-pertemuan tatap muka. Atau perkumpulan-perkumpulan
organisasional --- melalui dunia nyata.
Sebagai akibat dari kemajuan perkembangan teknologi komunikasi dan
informasi, demokrasi bergerak dengan melibatkan bentuk jaringan sosial
melalui perubahan-perubahan yang bersifat online. Atau melalui media
internet yang kemudian disebut dengan jejaring sosial.
Pada waktu pemilihan Presiden beberapa waktu yang lalu, siapa saja yang
melek internet menyaksikan betapa gegap gempitanya media-media online
saling memberikan dukungan atau penolakan terhadap masing-masing calon.
Selain media online, ada juga situs jejaring sosial (social network
sites), seperti "facebook", "twitter", "blog" dll, yang secara tidak
langsung ternyata juga mampu memengaruhi proses demokratisasi politik.
Tidak saja di Indonesia tapi juga diberbagai belahan dunia.
Tak dapat dipungkiri, bahwa kepopuleran situs jejaring sosial atau
social networking di era globalisasi saat ini telah menjadi sebuah
fenomena tersendiri. Situs jejaring sosial pun semakin populer dan akrab
dalam pergaulan hidup masyarakat. Oleh sebab itu, dalam rangka
mendorong ke arah demokratisasi politik para politisi sudah seharusnya
bisa memanfaatkan media jaringan sosial di internet guna menyampaikan
gagasan, tindakan, serta melakukan aktivitas politik lain untuk
pembinaan konstituen dan masyarakat luas.
Di Indonesia kita juga pernah mencatat betapa significantnya pengaruh
jejaring social dalam menggerakan aspirasi masyarakat mendukung kasus
agar tidak terjadi proses kriminalisasi Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Bibit-Chandra. Kasus Bank Century, dan yang paling mencengangkan
kekuatan jaringan sosial terbukti ampuh dalam menggerakkan massa untuk
mengumpulkan koin untuk membantu Prita Mulyasari melawan RS Omni
International Alam Sutera pada Desember 2009. “Gerakan Koin Untuk
Keadilan” ini mampu meraup koin senilai lebih dari Rp 655 juta! Sebuah
gerakan yang dirancang oleh sekelompok orang dengan tujuan jelas:
membantu Prita melawan ketidakadilan, dengan mengusung isu rasa
solidaritas masyarakat melalui berbagai situs jejaring sosial seperti
Facebook, Twitter dan Blog.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/aspianosahbas-gagasan.kontrol-politik-hukum/demokrasi-di-era-digital_54f433b1745513932b6c88ea
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/aspianosahbas-gagasan.kontrol-politik-hukum/demokrasi-di-era-digital_54f433b1745513932b6c88ea
Perkembangan demokrasi
tidak lagi semata-mata dipengaruhi oleh jaringan sosial yang bersifat
konvensional. Jaringan konvensional dimaksud adalah melalui
pertemuan-pertemuan tatap muka. Atau perkumpulan-perkumpulan
organisasional --- melalui dunia nyata.
Sebagai akibat dari kemajuan perkembangan teknologi komunikasi dan
informasi, demokrasi bergerak dengan melibatkan bentuk jaringan sosial
melalui perubahan-perubahan yang bersifat online. Atau melalui media
internet yang kemudian disebut dengan jejaring sosial.
Pada waktu pemilihan Presiden beberapa waktu yang lalu, siapa saja yang
melek internet menyaksikan betapa gegap gempitanya media-media online
saling memberikan dukungan atau penolakan terhadap masing-masing calon.
Selain media online, ada juga situs jejaring sosial (social network
sites), seperti "facebook", "twitter", "blog" dll, yang secara tidak
langsung ternyata juga mampu memengaruhi proses demokratisasi politik.
Tidak saja di Indonesia tapi juga diberbagai belahan dunia.
Tak dapat dipungkiri, bahwa kepopuleran situs jejaring sosial atau
social networking di era globalisasi saat ini telah menjadi sebuah
fenomena tersendiri. Situs jejaring sosial pun semakin populer dan akrab
dalam pergaulan hidup masyarakat. Oleh sebab itu, dalam rangka
mendorong ke arah demokratisasi politik para politisi sudah seharusnya
bisa memanfaatkan media jaringan sosial di internet guna menyampaikan
gagasan, tindakan, serta melakukan aktivitas politik lain untuk
pembinaan konstituen dan masyarakat luas.
Di Indonesia kita juga pernah mencatat betapa significantnya pengaruh
jejaring social dalam menggerakan aspirasi masyarakat mendukung kasus
agar tidak terjadi proses kriminalisasi Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Bibit-Chandra. Kasus Bank Century, dan yang paling mencengangkan
kekuatan jaringan sosial terbukti ampuh dalam menggerakkan massa untuk
mengumpulkan koin untuk membantu Prita Mulyasari melawan RS Omni
International Alam Sutera pada Desember 2009. “Gerakan Koin Untuk
Keadilan” ini mampu meraup koin senilai lebih dari Rp 655 juta! Sebuah
gerakan yang dirancang oleh sekelompok orang dengan tujuan jelas:
membantu Prita melawan ketidakadilan, dengan mengusung isu rasa
solidaritas masyarakat melalui berbagai situs jejaring sosial seperti
Facebook, Twitter dan Blog.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/aspianosahbas-gagasan.kontrol-politik-hukum/demokrasi-di-era-digital_54f433b1745513932b6c88ea
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/aspianosahbas-gagasan.kontrol-politik-hukum/demokrasi-di-era-digital_54f433b1745513932b6c88ea
Perkembangan demokrasi
tidak lagi semata-mata dipengaruhi oleh jaringan sosial yang bersifat
konvensional. Jaringan konvensional dimaksud adalah melalui
pertemuan-pertemuan tatap muka. Atau perkumpulan-perkumpulan
organisasional --- melalui dunia nyata.
Sebagai akibat dari kemajuan perkembangan teknologi komunikasi dan
informasi, demokrasi bergerak dengan melibatkan bentuk jaringan sosial
melalui perubahan-perubahan yang bersifat online. Atau melalui media
internet yang kemudian disebut dengan jejaring sosial.
Pada waktu pemilihan Presiden beberapa waktu yang lalu, siapa saja yang
melek internet menyaksikan betapa gegap gempitanya media-media online
saling memberikan dukungan atau penolakan terhadap masing-masing calon.
Selain media online, ada juga situs jejaring sosial (social network
sites), seperti "facebook", "twitter", "blog" dll, yang secara tidak
langsung ternyata juga mampu memengaruhi proses demokratisasi politik.
Tidak saja di Indonesia tapi juga diberbagai belahan dunia.
Tak dapat dipungkiri, bahwa kepopuleran situs jejaring sosial atau
social networking di era globalisasi saat ini telah menjadi sebuah
fenomena tersendiri. Situs jejaring sosial pun semakin populer dan akrab
dalam pergaulan hidup masyarakat. Oleh sebab itu, dalam rangka
mendorong ke arah demokratisasi politik para politisi sudah seharusnya
bisa memanfaatkan media jaringan sosial di internet guna menyampaikan
gagasan, tindakan, serta melakukan aktivitas politik lain untuk
pembinaan konstituen dan masyarakat luas.
Di Indonesia kita juga pernah mencatat betapa significantnya pengaruh
jejaring social dalam menggerakan aspirasi masyarakat mendukung kasus
agar tidak terjadi proses kriminalisasi Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) Bibit-Chandra. Kasus Bank Century, dan yang paling mencengangkan
kekuatan jaringan sosial terbukti ampuh dalam menggerakkan massa untuk
mengumpulkan koin untuk membantu Prita Mulyasari melawan RS Omni
International Alam Sutera pada Desember 2009. “Gerakan Koin Untuk
Keadilan” ini mampu meraup koin senilai lebih dari Rp 655 juta! Sebuah
gerakan yang dirancang oleh sekelompok orang dengan tujuan jelas:
membantu Prita melawan ketidakadilan, dengan mengusung isu rasa
solidaritas masyarakat melalui berbagai situs jejaring sosial seperti
Facebook, Twitter dan Blog.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/aspianosahbas-gagasan.kontrol-politik-hukum/demokrasi-di-era-digital_54f433b1745513932b6c88ea
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/aspianosahbas-gagasan.kontrol-politik-hukum/demokrasi-di-era-digital_54f433b1745513932b6c88ea
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar