Tukaran cenderamata Hamdan- Rupiansyah (kanan) |
SANGATTA,KABARKALTIM.CO.ID-
Studi banding panitia khusus Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Penajam Paser Utara
(Pansus DPRD PPU) disambut baik Asisten
Ekonomi dan Pembangunan Sekkab Kutim Rupiansyah. Acara penyambutan dilangsungkan
di lantai 2 ruang Tempudau, Kantor Bupati Bukit Pelangi, Senin (9/5/2016).
Kunjungan kerja wakil rakyat PPU di Sangatta dalam rangka
menghimpun data informasi terkait
menyusunan rancangan peraturan daerah (Raperda) tentang retribusi pelayanan
kepelabuhanan. Sayangnya, Kutim juga masih dalam tahapan proses penyusunanan
Raperda pengelolaan pelabuhan..Jadi antar Kutim-PPU sama masih proses Raperda Kepelabuhanan.
“Memang di Kutim ini sedang dikerjakan pelabuhan umum di
Kenyamukan. Juga pelabuhan internasional di Kipi Maloy sedang dibangun. Insya Allah
tahun depan (2017) semua fasilitasi bisa difungsikan. Dua pelabuhan itu di
Kutim nantinya menambah pendapatan asli daerah,” harap Rupiansyah.
Pembangunan pelabuhan Kenyamukan di wilayah Kecamatan
Sangatta Utara dari sisi laut sudah ada yang rampung pembangunannya. Itu
dibangun dengan anggaran tahun jamak (multiyears).
Pelahuban Kenyamukan dari sisi darat, juga hampir selesai. Tersisa masih ada
sekira 500 meter jalan darat penghubung yang pembebasan lahannya masih dalam
proses penyelesian.
Anggaran pembangunan sisi laut pelabuhan Kenyamukan sekitar
Rp 160 miliar. Anggaran pembangunan sisi darat pelabuhan Kenyamukan menghabiskan
dana sekira Rp 200 miliar. Juga pembangunan terminal dan kantor pelabuhan
Kenyamukan menelan anggaran Rp 50 miliar.
Selanjutnya, untuk pembangunan KIPI Maloy dari segi
pembiayaan ada dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (APBN) dan ada
dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ( APBD) Kaltim. Untuk Kutim sendiri
hanya kebagian penyediaan lahannya saja. Di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy,
Kecamatan Kaliorang, sudah disiapkan
lahan seluas 1.000 hektare. Dari 1.000
hektare lahan itu sudah dibebaskan sekira 600 hektare.
“Pembangunan KEK Maloy di back up gubernur Kaltim (Awang
Faroek Ishak,Red),” kata Rupiansyah.
Sarana di sisi laut pelabuhan Kenyamukan sudah terbangun, namun
dari sisi daratnya masih ada dalam proses pekerjaan. Sementara di KEK Maloy sendiri justru pembangunan di sisi darat sudah ada terbangun seperti jalan darat 3.000
meter dengan lebar 20 meter sudah hampir
rampung. Kantor perhubungan sudah
dibangun. Listrik dan pengadaan air bersih belum ada. Juga pengelola KEK Maloy
sudah dibentuk. Ada PT Kutai Timur Investama Pemkab Kutim, PT MBS pemrpov
Kaltim, PT Trans Kalimantan Kencana dan lainnya.
Mengenai pembangunan tangki timbun di KEK Maloy sesunggunya
sudah direncanakan dua tahun lalu (2014). Namun, pekerjaaan bangunan tangki
timbun terkendala lahan. Sehingga hingga berita ini ditulis belum terealisasi. “Kementerian
terkait tidak mau bangun tangki timbun kalau lahannya tidak memiliki
sertifikat,” bebernya.
Sedangkan Ketua Pansus DPRD PPU Hamdan menyatakan, Kutim menjadi
pilihan studi banding karena, Kutim dinilai memiliki potensi yang banyak
terkait pelabuhan. Apakah itu pelabuhan rakyat sebelumnya. Atau ada potensi
pelabuhan lainnya yang bisa menarik retribusi untuk menambah pendapatan asli
daerah (PAD). “Juga dipilihnya Kutim sebagai daerah tujuan studi banding karena
menyesuaikan kondisi keuangan perjalanan dinas anggota DPRD PPU. Hinnga menjadi pendapat asli dewan,” kelakar Hamdan.
Kendati Kutim lebih tua tiga tahun dari PPU. Namun soal
kemajuan pembangunan menurut Hamdan, Kutim lebih maju 6 kali lipat dari PPU.
Untuk itu, Pansus dua DPRD PPU merasa tidak salah kalau Kutim menjadi tujuan
studi banding. Guna menyempurnakan revisi peraturan terkait kepelabuhanan di
PPU. Untuk mendapatkan perhatian prioritas terkait pembangunan pelabuhan
dipastikan masuk rencana induk pelabuhan (RIP) dari kementerian terkait. Demi
memudahkan urusan serta alokasi anggaran yang bersumber dari APBN. (bahar sikki)
Baca Juga :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar